Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Our Memories [Bonus]

[YN] Pov

Sudah 2 tahun berlalu.. Sejak pernikahanku dan Dazai. Tapi aku masih terbayang-bayang hari pernikahan kami.

Walau begitu, hubungan kami tidak pernah renggang. Memang sudah cukup lama kami tinggal bersama. Sejak umurku 16 tahun kami sudah bersama.

Umurku dan Dazai hanya berbeda 2 tahun, itu tidak membuatnya terlihat tua bukan?

Tapi tenang saja, kami menikah saat umurku 18 tahun. Sudah cukup dewasa untuk itu.

Lupakan soal umur, itu membuatku sedih saat setiap tahunnya semakin bertambah.

Banyak hal yang kami lalui. Pada awalnya kupikir kami tak akan bisa akrab satu sama lain.

Mengingat dia dulunya adalah atasanku. Seorang eksekutif mafia yang dikenal kejam.

Mungkin itulah yang mereka katakan tentangnya. Tapi kurasa, hal itu tidak benar benar terjadi.

Dazai tidak pernah memukul atau bahkan menembakku, seperti yang ia lakukan pada Akutagawa.

Uuhh... Aku tak bisa membayangkan jika hal itu terjadi padaku.

Tapi masih jelas kuingat hukuman yang pernah ia berikan...

☆☆☆☆

"[YN]..!"

Ia memanggilku dengan nada dingin dan tatapan tajamnya. Aku tak bisa menatap sebelah matanya langsung.

Mengingat ia memakai perban di mata kanannya, tunggu itu tidak penting. Tapi mengingat itu sangat mengerikan.

"Kau dengar aku?"

"I-Iya Dazai-san"

"Dimana laporan yang ku minta kemarin?"

"Ehh.. Etto.."

"Jawab aku, [YN]"

Bagaimana aku bisa menjawabnya. Aku terlalu takut untuk melakukannya!!

"Etto.. Aku.. Belum menyelesaikannya.."

Brak!

Dazai-san memukul tembok yang berada tepat dibelakangku. Wajahnya mulai mendekat, saat itu aku tak bisa bergerak karena tersudutkan olehnya.

"Bukankah sudah kukatakan padamu, untuk segera menyelesaikannya?"

"M-Mungkin akan lebih cepat jika aku mengetiknya, Dazai-san.."

"Aku tidak pernah memintamu untuk membuat laporan dari hasil mengetik, bukan?"

Kepalaku menggeleng.

"Maaf.."

"Maaf tak akan membuat laporanmu selesai" ucapnya lalu menarik diri.

"Sebagai hukuman, aku mau kau menyelesaikan laporanmu malam ini. Dengan salinannya sebanyak 3 kali"

"M-Malam ini?! 3 salinan?!" kejutku.

"Ada apa? Ada masalah?"

Deg

"Tidak.."

Ia berbalik dan meninggalkan ruangan. Aku hanya bisa terduduk dan menatap jam yang menunjukkan pukul 10 malam.

"Bagaimana aku membuat 3 salinan. Sedangkan aku belum menyelesaikan laporannya. Dan semua berjumlah 35 lembar!!"

"Semangat [YN], kau pasti bisa!!"

Dan saat itu juga, aku menyelesaikan 140 halaman dalam waktu 2 jam.

☆☆☆☆

Tanganku hampir lepas setelah menulis semua itu.

Walau begitu, setelah misi selesai.. Dazai memberikanku hadiah.

☆☆☆☆

"Kerja bagus."

Tek

Ia meletakkan sekotak es krim diatas mejaku.

"Untukku?"

"Kau tidak suka?"

"Aku suka! Terima kasih Dazai-san!!"

Karena tak ingin es krim itu meleleh, aku langsung memakannya.

"Kau mau, Dazai-san?"

"Aku tidak memakan es krim" ia memutar kursinya.

"Ini enak, kau harus mencobanya"

Ku bangun dari tempat dudukku, dan menyendokkanya es krim.

"Sedikit saja. Kau pasti suka."

Sesaat ia menatapku dan membuka mulutnya.

"Bagaimana?"

"..." ia hanya terdiam dan mengalihkan pandangannya.

"Ya." jawabnya singkat.

☆☆☆☆

Mengingat hal itu, membuatku tersenyum sendiri. Ia terlihat sangat manis sekali.

Mungkin sejak itulah, aku mulai menaruh perasaanku padanya. Tapi seharusnya aku sadar, hal itu tidaklah baik untuk pekerjaanku.

Begitu juga pekerjaan kami yang berbahaya. Dulu sebelum aksiku menyelematkannya dari Dragon Mafia, ia pernah menyelamatkanku dari sebuah gedung yang hampir meledak.

Saat itu entah kenapa seseorang menculikku dan mengikatku disebuah gedung. Kedua mataku tertutup, aku tak bisa jelas mengenali siapa yang membawaku.

Namun, aku masih dengan jelas mengingat suaranya.

☆☆☆☆

"[YN]!! [YN]!!"

"Dazai-san? Kau datang kemari? Apa yang kau lakukan?"

"Tidak ada waktu untuk bertanya. Kita harus segera pergi darisini"

Ctaass

Tali ditangan dan kakiku terputus, dan ia membuka penutup mataku.

"Kau terluka, Dazai-san!"

"Dan.. Ini.."

Tanpa kusadari, kobaran api mulai mengelilingi kami. Tubuhku gemetar. Namun, ia menutup kembali mataku.

"Percaya saja padaku. Berpeganganlah"

Ia menarikku pergi darisana, dan memintaku melingkarkan kedua tangan di lehernya.

Tangannya menarik diriku agar lebih dekat dengannya. Tubuh kami saling menekan satu sama lain.

Bisa kurasakan sepertinya kami melompat keluar dari gedung yang terbakar itu.

Bruk!

Tak kusangka kami melompat dari tempat itu.

Dazai-san membuka penutup mataku, dan kami sudah diluar.

"Kau baik baik saja?" ia bahkan sempat membersihkan wajahku.

"Ya. Maaf merepotkan--"

Sring!

Dan ya, saat itu juga seseorang menarikku dan menempelkan sebilah pisau dileherku.

"Kau datang rupanya."

"Ya. Tentu saja"

Disaat yang bersamaan, Dazai juga mengarahkan pistolnya pada kami.

"Kau mau menembakku? Kau tidak memikirkan tentang wanita ini, huh?!"

Bisa kurasakan dinginnya pisau itu menyentuh leherku.

"Jika kau menembakku juga, akan kugunakan wanita ini untuk melindungiku dari seranganmu itu"

Apa? Yang benar saja! Itulah yang terpikirkan olehku.

"12%"

Huh?

"12% saja wanita itu bisa melindungimu dari tembakan peluru ini. Tapi kau tahu? Peluru memiliki kecepatan yang berbeda disetiap jenis pistol yang digunakan."

"Apa?"

"Semakin kuat, maka akan semakin tajam pistol ini menembus kalian berdua"

Tunggu... Dia tidak seriuskan..?

Creek..

Dia tidak..

Dor!!

Huh? Aku masih hidup..
Pria yang menyanderaku juga. Dazai-san..

Dia menembak keatas?!

"Sekarang!!"

Aku tersadar dan melepaskan diri. Kutarik pisau itu dan membuat senjata makan tuan.

"Lakukan, [YN].."

Kututup kedua mataku, dan menekan pisau itu menembus perutnya.

"Gomen.."

"Akkhhh!!!!"

Bruk!

Kedua tanganku gemetar. Aku baru saja membunuh seseorang. Aku.. Membunuhnya..

"Jangan khawatir. Memang itulah satu satunya cara."

Dazai-san melepaskan jasnya, dan memakaikannya di pundakku.

"Kita pergi"

☆☆☆☆

Tapi bukan hanya itu, alasanku mau mengorbankan hidup, demi menyelamatkan Dazai dari Dragon Mafia.

Aku juga tidak menyelamatkannya hanya karena dia adalah atasanku.

Namun, karena aku memang harus menyelamatkannya. Aku.. Tak bisa membayangkan sekalipun hidupku, tanpa melihatnya.

Atau bahkan mendengar suaranya.

Ya lupakan masa lalu, terkadang tidak semuanya terasa pahit. Dan tidak semuanya juga terasa manis. Tetapi akhir akhir ini, Dazai terkadang sensitif dengan apa yang terjadi padaku.

Seperti hari itu..

☆☆☆☆

Malam itu, aku memasak makan malam untuk Dazai. Ia belum pulang bekerja, jadi kupikir setelah pulang dan mandi, dia bisa makan.

Karena kurang hati hati, aku tak sengaja mengiris jariku.

"Ahh.. Berdarah.."

Segera kuambil lap bersih, dan menghentikan darahnya. Disaat itu pula, Dazai pulang kerumah. Aku langsung berlari menghampirinya.

"Okaeri Dazai!" sambutku.

"Tadaima.." pandangannya lanhsung terarah ke tanganku.

"Kau terluka?"

"Oh.. Tadi aku tak sengaja, jadi.."

Tanpa bicara, Dazai menarikku dan mengobati tanganku. Ia memasangkan perban yang dililitkan disetiap jariku.

Padahal hanya jari telunjukku yang teriris.

"Seharusnya kau lebih hati hati."

"Aku baik baik saja, Dazai"

"Aku tidak suka kau melukai dirimu sendiri, kau ingat?"

Perlahan aku mengangguk.

"Jangan sampai terulang lagi."

"Baiklah"

☆☆☆☆

Bagaimanapun juga, dia adalah pria yang baik. Walau dia sering sekali bertengkar dengan Chuuya.

Semua kenangan, mulai dari perkataan, ekspresi, gerak geriknya. Aku tak bisa melupakan semuanya.

Tidak...

Aku tidak ingin melupakan semua itu.

Terima kasih karena sudah datang dalam kehidupanku. Mengisi semua kekosonganku, yang bahkan tak terbayangkan untukku.

Kau membangun kembali harapan yang telah lama hancur. Melengkapinya hingga menjadi sebuah kebahagiaan.

Aku mencintaimu, Dazai..

[YN] Pov End.

♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠

Dazai Pov

Sudah lama aku mengenalnya. Wanita yang memancarkan aura keputusasaan, namun tetap menampilkan wajah tersenyum polosnya itu.

"Kau [FN] [YN], bukan?"

"I-Iya. Perkenalkan, nama saya [FN] [YN], senang bertemu dengan anda, Osamu-san" ia membungkuk dihadapanku.

"Dazai juga tak masalah. Tapi aku suka sikapmu"

"Oh..hooh.."

Kurasa dia memang orang yang tepat.

"Mulai hari ini, kau adalah asistenku. [FN] [YN]!"

Sesaat [YN] terdiam, ia mematung disana sampai aku menyadarkannya.

"Maaf? Kau.. Memilihku?"

"Apa suaraku kurang jelas untukmu?"

"Oh tidak. Maaf, jadi mulai kapan aku harus membereskan peralatanku?"

"Sekarang. Aku akan menunggumu didepan."

Aku berjalan meninggalkannya yang terlihat panik, dan menunggu diluar ruangan.

"Dazai-san!!"

Dan disana pula, wanita berambut panjang menghampiriku.

"Kau.."

"Kougami Rei. Kau tak mengingat namaku? Tapi kau mengingat namanya."

Benar.. Dia yang selalu datang dan memberikan informasi untukku.

"Dan.. Kenapa kau memilihnya sebagai asistenmu, bukan aku? Apa aku kurang pandai? Apa informasi yang kuberikan kurang akurat?"

"Atau.. Aku kurang cantik untukmu?"

"Heh.." perkataanya membuatku ingin tertawa.

"Apa yang lucu?"

"Cantik bukan berarti kau bisa jadi asistenku. Ingat itu.."

Klak

"Maaf.. Aku harus membereskan barangku dulu, Dazai-san" [YN] muncul dari balik pintu membawa sebuah kardus.

"Tidak masalah. Kita pergi"

☆☆☆☆

Kupikir kami tak akan bertemu lagi sejak itu. Tapi ia justru kembali dan merusak rumah tanggaku.

☆☆☆☆

"Dazai-san?"

Saat aku berdiri dipinggir sungai, ia memanggilku dari balik jembatan.

"Kau benar benar Dazai-san? Lama tidak berjumpa!"

"Apa yang kau lakukan disini?"

Ia menceritakan bagaimana ia melarikan diri dari Port Mafia.

"Jadi aku mencarimu, untuk meminta tolong. Maukah kau menolongku?"

"Menolongmu?"

"Ya. Izinkan aku tinggal bersamamu sampai mereka melepaskanku"

Tinggal bersamaku? Maksudnya kami? Tentu aku tidak bisa mengatakan keputusanku. Dan tentunya [YN] pasti tidak akan setuju akan hal itu.

"Kumohon Dazai-san.."

"Kalau pun aku berkata tidak. Kau pasti akan mengikutiku, bukan?"

Rei hanya terdiam menatapku. Aku tak bisa berkata apapun juga, dan berjalan meninggalkannya.

Seperti yang kukatakan, ia mengikutiku sampai kerumah.

☆☆☆☆

Lupakan wanita itu. Lebih baik aku mengingat saat dimana aku bersama [YN].

Setiap hari libur, aku memilih untuk mengajaknya keluar rumah. Karena aku tahu, ia pasti bosan berada disana setiap saat.

Kami bermain ke taman hiburan. [YN] masih saja takut ketika masuk kerumah hantu.

☆☆☆☆

"D-Dazai.. Kau yakin kita masuk kesana?"

"Ya. Kenapa tidak?"

"B-Bukankah.. K-Kita sudah pernah.. Kesana..?"

"Itu 6 bulan lalu, bukan?"

"Aku tahu.. Tapi.. Kenapa kita kemari lagi?" bisa kurasakan [YN] memeluk erat lenganku.

Manisnya..

"Mungkin saja ada banyak hantu yang baru dibuat didalam. Jadi kita bisa melihatnya.."

"Dan mungkin akan lebih menyeramkan" ledekku.

"Dazaiii!!"

Tap tap tap

"Raaaauuu!!!"

"Kyaaaa!!!"

[YN] memendam wajahnya ditanganku. Aku hanya bisa tertawa melihat tingkah lucunya.

☆☆☆☆

Banyak hal yang sangat mengesankan terjadi diantara kami.

Jika kukatakan semuanya, mungkin akan memakan waktu yang lama.

Oh, aku mengingat sebuah kejadian. Mungkin ini tidak semanis biasanya, tapi ini saat dimana kami bertengkar.

Saat itu aku tak sengaja menghilangkan cincin pernikahan kami. Dan tak kusangka [YN] akan sangat marah akan hal tersebut.

Kami tak bicara satu sama lainnya dalam waktu yang cukup lama.

Tapi [YN] masih tetap melakukan semua seperti biasanya. Dia membuatkan sarapan untukku, dan juga makan malam.

Bahkan saat kami tertidur, kami saling menghadap arah berlawanan. Tetapi lengan kami, menyentuh satu sama lainnya tanpa disadari.

Sampai aku menemukan kembali cincin pernikahanku yang ternyata ada didalam dompetku.

[YN] terlihat sangat senang saat itu, kami akhirnya berbaikan.

Aku beruntung, kejadian itu tidak membuat [YN] depresi atau sejenisnya. Mungkin dia akan menjadi glitch, seperti dulu lagi.

☆☆☆☆

Saat itu, kami sedang berkunjung ke sebuah tempat yang menjual es krim. [YN] sangat menyukainya.

"Aku akan memesankannya untukmu. Kau tunggu disini ya"

"Baiklah" aku duduk dan menunggunya.

Sampai seorang wanita datang dan duduk di kursi depanku.

"Hei, kau sendirian?"

"Tidak juga."

"Kau tahu? Kau sangat tampan. Mungkin kita bisa jalan jalan sebentar"

"Maaf mengecewakanmu. Aku sedang bersama seseorang sekarang."

"Hm.. Apa wanita yang ada disana?" ia menunjuk kearah [YN] yang tengah memesan.

"Maaf menyinggung, dia tidak lebih menarik dariku. Benar bukan? Kenapa kau mau dengannya?"

Benar juga. Kenapa aku mau dengan [YN], dia memang pandai dalam apapun, tapi terkadang dia sangat ceroboh dan pemalu.

"Mungkin kau benar. Tapi aku mencintainya. Dan cinta itu, tidak memandang apapun."

"Oya.. Cinta itu terbagi menjadi dua, tampan. Kau mencintainya karena kasih sayang, atau karena kasihan pada dirinya"

Sesaat aku tak bisa memikirkan jawabanku. Apa yang sebenarnya harus kukatakan?

"Aku--"

"Dazai?"

Suara lembutnya memanggilku, ia berdiri disebelah kami dengan es krim yang ada ditangannya.

"Dia sudah kembali. Kalau begitu terima kasih waktunya, aku permisi~"

Wanita itu pergi meninggalkan kami dalam diam.

"Siapa wanita itu, Dazai?"

"Aku tidak tahu. Dia tiba tiba saja muncul dan duduk disini"

"..Padahal aku hanya pergi meninggalkanmu untuk memesan es krim.."

"[YN].."

"Tapi kau justru bersama wanita yang tak kau kenal!"

[YN] menjatuhkan es krimnya, dan pergi begitu saja. Ada apa dengannya? Dia begitu sensitif karena hal seperti ini?

Tanpa kusadari aku mengejarnya. Tentu aku harus melakukan itu, karena aku suaminya.

Namun, apa sebenarnya alasanku mencintainya..

"[YN]!!"

Ia tidak terlihat. Tidak mungkin dia bisa lari secepat itu dan menghilang.

..menghilang?

Aku mencarinya disetiap sudut tempat, dan disanalah dia.

Didekat semak semak, yang ada di taman.

"Pergi..!"

Ia menekuk kakinya dan menangis.

Tubuhnya menjadi glitch, terkadang terlihat, dan tidak. Apa semarah itu dia padaku?

Apa sebenarnya..

...aku mencintainya karena merasa kasihan?

Ia memintaku untuk pergi, apa aku harus benar benar pergi..

Aku tak bisa..
Dan disitulah, aku memeluk erat dirinya. Ia kembali menjadi semula.

"Maafkan aku, [YN].."

Benar.. Bukan aku yang mengasihani dirinya. Tapi [YN] yang mengasihani diriku.

Kegelapan menarikku dalam kesedihan tak berujung. Disanalah ia muncul, dan menarikku.

Aku membutuhkan dirinya..

☆☆☆☆

Begitulah kami. Kami memang terkadang sulit untuk dimengerti. Hanya aku, dan [YN] yang bisa memahami hal ini.

Terlalu banyak kenangan diantara kami. Aku pikir, aku tak ingin melupakan semua itu.

Aku tak ingin melewatkan satu kenangan pun, untuk dilupakan.

Terima kasih, [YN]..
Kau adalah abu abu, yang menarikku ke sisi putih, dari sisi hitam yang telah lama melekat.

Aku mencintaimu, [YN].
Selalu.. Dan selamanya.

Dazai Pov End

♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠

Chuuya Pov

Sejak kecil kami sudah dibesarkan bersama. Jadi sudah banyak kenangan yang kami lalui bersama.

Bagiku, [YN] seperti segalanya. Aku tak ingin kehilangan senyuman manisnya.

Walau ia sering sekali menangis dan ketakutan pada hal hal kecil. Tapi ibuku bilang, itu adalah hal wajar untuknya.

Jadi kupikir itu bukanlah masalah. Tapi hari itu, karena kelalaianku, ia harus menangis.

☆☆☆☆

"Aku akan mencari disini, kau disana.."

Hari itu, kami kehilangan sebuah kunci. Kunci itu adalah kunci rumah mainan kami. Jadi kami tak bisa masuk kedalam.

"Akh!"

Mendengar teriakannya, aku lanhsung menghampirinya.

"Chuuyaaa... Tanganku tertusuk!"

Kulihat sebuah duri menempel di jarinya.

"Kau.. Mencarinya di semak mawar?!"

"Sakiiiittt...huaaaa..."

"Uh.. Um.. Aku akan menariknya, kau tahan, okay?"

Dia mengangguk, perlahan kutarik duri itu.

"Ahh.. Sakit.."

[YN] masih saja menangis. Aku tak bisa mengatakan ke ibu, kalau [YN] terluka. Darahnya mengalir dari jarinya.

"Jangan menangis.."

Hingga aku mengingat sebuah kisah, aku menusuk jariku sendiri dengan duri itu.

"C..Chuuya?"

Lalu kutempelkan jariku yang berdarah bersama dengan miliknya.

"Dengan begini, kita tak akan terpisahkan."

"Apa..maksudmu Chuuya?"

"Aku pernah membaca sebuah buku. Jika kita mencampurkan darah satu sama lain, kita akan bersama selamanya."

"[YN] senang bisa selalu bersama Chuuya!" serunya. Ia mulai tersenyum.

"Ya. Aku juga begitu."

☆☆☆☆

Terlalu kekanakan, bukan? Tapi hal itu, seperti sebuah janji yang mengikat kami. Aku benar benar tak bisa melepaskannya.

Aku jadi teringat saat aku jatuh sakit, dan dia datang kerumahku.

☆☆☆☆

"Uh.. Pusing sekali.."

"Demammu belum juga turun, Chuuya. Sebaiknya kau istirahat saja" ibuku menggantikan kompres di kepalaku.

"Aku berjanji.. Akan bermain dengan [YN].."

"Ibu akan katakan pada [YN], kalau hari ini kau tidak bisa bermain dengannya. Tidurlah.."

Ia pergi dan meninggalkanku di kamar sendirian. Karena pengaruh obat, aku mulai mengantuk dan tertidur.

"Chuuya.."

Bisa kudengar suaranya memanggilku.

"Cepat sembuh, Chuuya"

Saat kubuka mata, [YN] disana mengelap keringatku.

"Nanti kita bisa main lagi. Cepat sembuh"

Dan dapat kulihat air matanya sedikit mengalir saat mengatakan itu. Tapi aku tak kuat untuk mengatakan apapun.

"[YN], biarkan Chuuya-kun tidur. Ayo kita pulang"

"Iya ibu!"
"Cepat sembuh, Chuuya!"

Chu~

Ia bahkan mengecup pipiku dan pergi meninggalkan kamar.

☆☆☆☆

Seminggu setelahnya aku sembuh, dan bisa kembali bermain dengannya.

Dan tak lama, kejadian itu terjadi. Aku tak bisa melupakan hal itu. Hari dimana, kami tak punya tempat tinggal lagi.

☆☆☆☆

[YN] menatap kosong kearah rumahnya yang terbakar. Tangannya gemetar. Pasti ini sangat berat untuknya. Harus kehilangan kedua orang tuanya sekaligus.

Aku juga kehilangan ibuku. Sejak kecil, aku tak tahu siapa ayahku.

Kugenggam erat tangannya.

"Kita akan tetap bersama. Jangan khawatir"

"Iya."

Kami berjalan dan mencari tempat untuk ditinggali. Pertama kami pergi kerumahku, tapi ternyata disana pun mereka mengawasi.

Tak ada satupun tempat untuk kami tinggali. Akhirnya kami duduk didepan sebuah toko yang ada di pinggir jalan.

D

an saat itulah, kami bertemu dengannya. Oozaki Kouyou, yang biasa kami panggil Anee-san.

Kami tinggal di Port Mafia setelah itu.

Anee-san sudah seperti bagian dari kami. Walau sejak itu aku dan [YN] jarang bertemu karena harus latihan.

Tapi [YN] selalu menyempatkan dirinya untuk menemuiku.

"Kerja bagus, Chuuya" ia membawakan handuk dan jus.

"Terima kasih"

Kami duduk dan bersantai dibawah pohon seraya makan siang.

"Aku membuatkan ini untukmu, Anee-san juga membantuku."

"Kelihatannya enak."

"Ne Chuuya.."

"Hm?"

"Suatu hari nanti, apa kita bisa bermain main lagi, seperti dulu?"

Ia menatap langit yang luas, diikuti angin yang membelai rambut indahnya.

"Terkadang aku bermimpi, bertemu kembali dengan ayah dan ibu. Pergi sekolah, dan bermain dengan teman teman lainnya.."

"Bertemu seseorang, dan menikah. Seperti yang pernah kuceritakan dulu"

"Ayah mengantarku di altar, dan aku menikah lalu bahagia. Tapi aku sadar, hal itu tak akan pernah terjadi"

Tatapannya kembali menurun. Seakan semua tak mungkin ia dapatkan.

Jika saja hari itu tak pernah terjadi.

"Tenanglah [YN]"

"Huh?" ia menoleh padaku.

"Aku yang akan mengantarmu ke altar, saat kau menikah nantinya"

Tapi dia justru tertawa.

"Mana mungkin aku bisa menikah. Tak akan ada yang mau menikahiku.."

"Tentu ada! Jika tidak, aku yang akan menikahimu"

"Kau ada ada saja. Kita ini sepupu, kau tak bisa menikahiku"

"Tidak masalah untukku"

"Hahahaha... Chuuya, kepalamu terbentur ya? Hahahaha..."

Kami berdua akhirnya tertawa bersama. Dibawah pohon yang menyejukkan..

☆☆☆☆

Hingga akhirnya, [YN] benar benar bertemu dengan pasangan hidupnya. Pria yang sangat kubenci. Tapi jika dia adalah kebahagiaan untuk [YN], aku tak keberatan.

Ya. Kuharap begitu..

☆☆☆☆

"Chuuya? Masuklah"

Aku berkunjung kerumahnya setelah 1 tahun pernikahan mereka.

"Aku sedang mencuci piring. Kau bisa duduk dulu"

"Aku akan membantumu." ku lepaskan jas dan topiku, lalu menggulung lengan baju.

"Kau pasti lelah, jangan memaksakan dirimu"

"Tak apa, tenang saja"

Selama ia membersihkan piring, aku mengelapnya dengan kain.

"Jadi bagaimana harimu?" tanyaku.

"Sungguh menyenangkan. Beberapa hari ini, Dazai memang jarang sekali pulang kerumah karena tugasnya. Tapi selama ia baik baik saja, aku bisa tenang."

Kami pun kembali terdiam, hingga sebuah pertanyaan terpikirkan olehku.

"Apa kau bahagia bersamanya?"

Kedua tangan [YN] berhenti. Ia tak lagi menggosok piring piring itu.

Ada apa dengannya?

"[YN]?"

"Huh? Uh, ya. Tentu saja aku bahagia. Ada apa dengan pertanyaanmu itu.. Hahaha.."

"Ya. Sepertinya aku hanya sedikit hilang kendali"

[YN] apa kau mencoba membohongi perasaanmu lagi?

☆☆☆☆

Aku menghabiskan seluruh waktukku demi melindungi dirinya. Melindungi kebahagiaannya.

Karena ia, satu satunya keluarga yang masih kumiliki. Aku tak ingin kehilangan keluargaku lagi.

Terima kasih, [YN].
Kaulah adik kecilku, yang mulai tumbuh dewasa dan mungkin melupakanku perlahan.

Walau begitu, aku akan tetap menyayangi dan melindungimu.

Apapun yang terjadi...

Aku mencintaimu..

Chuuya Pov End.

♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠

End of Our Memories.

QNA

Q1 : "Chuuya, Bagaimana pertama kau dan [YN] bertemu?"

Hm.. Aku tak terlalu ingat hal itu. Tapi ibu mengatakan, dulu [YN] dan aku tidak pernah akur.

Aku masih berumur 3 tahun, dan [YN] masih hampir setahun. Ia selalu menangis, dan membuatku kesal.

Sampai [YN] sering menarik narik bajuku saat aku mengabaikannya.

Tapi suatu hari saat aku kehabisan kue yang kumakan, ibu tak mau membelikannya lagi.

Dan [YN] membagikannya untukku. Ia memberikan kuenya untukku.

Sejak saat itu, aku berubah dan selalu ingin dekat dengannya.


Q2 : [YN], saat apa yang paling mengesankan dalam hidupmu?

[Silahkan isi sendiri. Bisa dari kisah ini, Chance atau Destiny. Atau membuatnya sendiri].


Q3 : Dazai, saat kalian berdua tidur. Hal apa yang kau sukai?

Aku lebih suka memeluknya. Berdua ditempat tidur. Dan mendengar napasnya ketika tertidur. Wajahnya ketika tidur, terkadang begitu indah.

Terima kasih telah memberi support untuk kisah ini. Sampai bertemu lagi di book selanjutnya, [YN].

Aku akan menunggumu disana..

End

Ditunggu ya, S3 malam ini! Tepat pukul 00.00 wib hanya di Raivin Holmes!

Thanks for votes, comment, and follow!

Bisakah Rai dapat banyak support di akhir chapt ini?

See ya next book!
Raivin Holmes

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro