Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

ㅡ; 11 (b) ;ㅡ

Sebelumnya, Part 11 bagian a udah di update yaa, tapi ceritanya kita privat. Like always, kalo mau baca silahkan di follow dulu bunda, trus bagi yg udah add ke library dihapus dulu, ntar add lagi. Kalo masih gamau logout dulu trus login lagi. Okey? Selamat membaca


-


"Jam sepuluh selesai meeting akan kujemput sayang, tunggu aku ya?"

"Aku akan menyuruh Daniel hyung membelikanku pakaian, aku akan berganti pakaian di kantor nanti."

"Sayang, kau mau aku gatal-gatal?"

"Baik-baik akan kukatakan pada Daniel hyung nanti."

"Baiklah kalau begitu, salam untuk Woojin dan Hyungseob."

"Aku lebih mencintaimu cintaku."

Pip.

Guanlin memutuskan sambungan telefonnya dengan Jihoon. Istrinya itu kini sedang berada di toko bunganya bersama Woojin dan Hyungseob sedangkan Guanlin berada di kantornya dan menunggu waktu menjelang pertemuan dengan rekan bisnis.

Hari ini adalah ulang tahun pernikahan Guanlin dan Jihoon yang pertama. Keduanya berniat untuk melakukan kencan sepanjang hari untuk merayakannya, itu permintaan Jihoon. Mereka berniat untuk kencan di taman hiburan kemudian melanjutkannya dengan makan malam bersama di tepi pantai, semuanya sudah direncanakan oleh Guanlin, ia menyerahkan urusan kantor pada Daniel dan akan memanjakan Jihoon hari ini sepulang ia menyelesaikan meeting.

Pintu ruangannya terbuka, Daniel muncul dibaliknya lalu melangkah kearah Guanlin sembari membawa berkas di tangannya, kemudian meletakkannya di atas meja Guanlin.

"Sudah kau urus?" tanya Guanlin sembari meraih berkas itu kemudian membuka isinya dan membaca rentetan kalimat yang berada di sana.

"Menurutmu?"

"Ya, sudah. Apa mereka sudah datang?"

"Sudah, mereka sudah kuantarkan ke ruang rapat."

"Ya, lima menit lagi aku kesana." ucap Guanlin sembari melirik ke arah arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.

Daniel mengusap kasar wajahnya, lalu menghembuskan nafasnya panjang.

"Hyung, pergilah ke mall. 2033." Guanlin masih memandangi berkasnya kemudian menyerahkan kartu debitnya pada Daniel.

"Untuk apa?" Daniel menyambut uluran kartu yang diberikan oleh Guanlin.

"Belikan aku jeans hitam, kaos polos hitam, dan bomber berwarna soft pink. Ah, belikan juga sepatu kets berwarna putih."

"Hah?" Daniel memasang wajah kebingungan, pink? "Tidak mau sekalian obat gatal?" tanya Daniel.

"Ya, belikan kalau ada."

"Guanlin, aku ingin bicara."

"Nanti malam saja."

"Kau bilang tidak akan pulang?"

"Kalau begitu besok."

"Ya Tuhan."

"Cepat belikan, biar Minhyun saja yang menemaniku untuk meeting."

Daniel memutar bola matanya dengan malas lalu pamit undur diri dari hadapan Guanlin dan meninggalkan ruangan sang tuan muda.

•°•°•°•°•

Guanlin melangkahkan kakinya masuk kedalam toko bunga, dilihatnya ke meja bundar di sudut ruangan dimana Jihoon dan kedua anak buahnya sedang bercengkrama disana. Ketiga orang itupun saling melirik kearah pintu masuk saat suara lonceng berbunyi dan melihat kearah Guanlin yang sedang berdiri di ambang pintu.

Hyungseob dan Woojin berdiri lalu membungkukkan tubuhnya, sedangkan Jihoon tersenyum bahagia lalu mendekat kearah suaminya.

"Wah jaketmu sangat bagus!" Jihoon tersenyum lebar sembari bergelayutan di lengan Guanlin, ternyata Jihoon juga memakai jaket berwarna senada dengan milik Guanlin. Keduanya nyaris memakai pakaian yang sepenuhnya sama dari atas hingga kebawah, perbedaan hanya ada pada kaos yang mereka gunakan. Guanlin mengenakan kaos berwarna hitam, sedangkan Jihoon mengenakan kaos berwarna putih.

"Keinginanmu, kau lihat? Gatal." Guanlin menunjuk kearah lehernya yang sedikit memerah karena ia garuk sedari tadi, sedangkan Jihoon hanya terkikik geli.

Guanlin dan Jihoon pun pamit pada Woojin dan Hyungseob kemudian keduanya menuju mobil Guanlin dan melesat menuju taman hiburan untuk kencan.

Sepanjang perjalanan Jihoon tidak henti-hentinya memuja dan memuji Guanlin dalam balutan jaket pinknya. Jihoon tak melepaskan matanya dari sang suami yang sedang fokus menyetir, sesekali melirik kearah Jihoon dan tertawa melihat wajah istrinya yang sangat bahagia.

"Kau suka?" tanya Guanlin, Jihoon mengangguk. "Apa aku terlihat tampan?" tanyanya lagi, Jihoon mengangguk pula. Senyumnya tak pernah lepas saat memandangi Guanlin. Guanlin pun terkekeh pelan lalu mengusak rambut Jihoon.

Guanlin menghentikan kemudinya saat lampu lalu lintas memerintahkan untuk berhenti. Guanlin menghadapkan tubuhnya kearah Jihoon dan Jihoon pun melakukan hal yang sama. Keduanya tersenyum lebar kemudian tertawa.

"Biar kulihat warna apa yang dikenakan istriku hari ini." ucap Guanlin sembari mencondongkan tubuhnya kearah Jihoon, Jihoon pun melakukan hal yang sama kemudian memajukan bibirnya.

"Raspberry!" jawabnya ceria.

"Boleh suamimu menyicipinya?" tanya Guanlin dengan nada ceria yang dibuat-buat sedemikian rupa, mengikuti sosok guru taman kanak-kanak yang berbicara kepada murid-muridnya.

"Ayay kapten!" Jihoon tertawa girang.

Kemudian bibir Guanlin menyapa lembut bibir Jihoon, memberikan lumatan singkat dan mengecup kembali bibir rasa raspberry itu.

"Tuan Guanlin butuh obat diabetes, apakah Dokter Jihoon punya?" Guanlin kembali menjalankan mobilnya saat lampu lalu lintas menjadi hijau, sembari mencuri pandang kearah istrinya yang sedang bersiap-siap memberikan 'obat diabetes' nya itu.

"Kkuku kkaka~" Jihoon melakukan gaya andalannya untuk merayu Guanlin, sembari melebarkan senyumnya dan mengedip-ngedipkan kedua matanya.

"Astaga sayang." Guanlin tertawa renyah dan Jihoon pun sama.

Keduanya saling tertawa bahagia sembari terus meramaikan suasana di mobil itu sepanjang perjalanan, saling berbagi tawa canda, Guanlin selalu menggoda Jihoon, dan Jihoon pun kerap kali melakukan sebaliknya.

•°•°•°•°•

"Guan kita main ini!"

"Guan kita main itu!"

"Guanlin aku mau yang itu~"

"Guan, ini bagus tidak?"

"Guanliiinnn~"

Sudah sekitar tiga jam keduanya berada di taman hiburan, mencoba berbagai wahana permainan yang tentunya atas permintaan Jihoon. Guanlin terus menuruti apapun kemauan istrinya itu, tak ada satupun yang ia tolak.

Sekarang keduanya sedang bertautan tangan dan melangkah menuju café yang berada di taman hiburan itu. Keduanya masuk kedalam dan memesan beberapa sajian lalu kembali ke luar untuk memilih tempat duduk outdoor. Jihoon lebih memilih untuk duduk bersampingan dengan Guanlin daripada berhadapan, ia sedang senang menempeli Guanlin belakangan ini. Guanlin pun meraih jemari Jihoon dalam genggamannya kemudian menciumi punggung tangan Jihoon.

Saat pesanan keduanya datang, Jihoon langsung meminum banana milkshake favoritnya lalu menyantap strawberry cheesecake tentunya. Sedangkan Guanlin hanya meminum macchiatonya, sesekali menerima suapan demi suapan cheesecake yang diberikan oleh Jihoon.

"Guan aku mau es krim." Jihoon memajukan bibirnya kemudian menyedot kembali banana milkshakenya hingga habis.

"Belum kenyang?" tanya Guanlin saat melihat cheesecake dan banana milkshake Jihoon yang sudah habis tak bersisa, Jihoon hanya menggeleng. "Baiklah kita beli es krim, nyonya?" goda Guanlin sembari menyubit hidung Jihoon.

"Lucky eight!" ucap Jihoon dengan girang.

"Siap!" Guanlin hormat kearah Jihoon lalu mencubit gemas pipi gembul istrinya, keduanya pun beranjak dari café lalu pergi mencari kedai es krim disana.

•°•°•°•°•

"Guanlin aaa~" Jihoon ikut membuka mulutnya saat menyuapi es krim kearah Guanlin, Guanlin menyambut suapan itu dan memakan es krim yang disodorkan oleh Jihoon.

"Sayang, aku benar-benar bisa diabetes jika seperti ini."

"Guan.." Jihoon merengut, kelihatannya ia merajuk. Astaga kenapa Jihoon jadi seperti ini?

"Iya iya cintaku, suapi aku lagi, okay?"

Jihoon tersenyum lebar lalu menyuapi Guanlin es krim lagi, pasalnya es krim itu nyaris semuanya ia suapi pada Guanlin, sedangkan Jihoon hanya satu atau dua kali suapan saja.

Guanlin memandang ke sekeliling kemudian sepasang matanya menangkap seorang lelaki, seperti mengenal seseorang itu, sedang berdua dengan lelaki yang lain. Ia bersumpah sangat mengenal sosok itu namun tidak dengan lelaki satunya yang sedang bersamanya, kenapa ia bisa ada disini? Kemudian pandangan Guanlin teralihkan ketika Jihoon menarik pergelangan tangannya.

"Guanlin ayo ke toko aksesoris!" ajak Jihoon lagi, belum sempat Guanlin menjawab, Jihoon sudah terlebih dulu menarik lengan Guanlin memasuki toko tersebut.

Jihoon melebarkan matanya dan tersenyum senang melihat banyak aksesoris atau bahkan mainan di dalam toko itu. Ia terus menarik pergelangan tangan Guanlin dan membawanya ke hadapan bando-bando karakter hewan.

"Guan pakai ini!" Jihoon sedikit berjinjit dan memakaikan bando bertelinga kelinci berwarna putih di kepala Guanlin.

"Aku? Ini apa, astaga." Guanlin menurut saja lalu memandang kearah cermin didekat mereka.

"Aku juga!" Jihoon berucap demikian, membuat Guanlin menoleh kearahnya dan melihat Jihoon yang menggunakan bando kelinci yang sama hanya saja miliknya berwarna pink.

Guanlin menggaruk leher sampai ke rahangnya.

"Guan belikan ini yaa?" Jihoon mengedip-ngedipkan kedua matanya sembari memeluk lengan Guanlin. Guanlin yang melihatnya pun tak tahan untuk tidak tersenyum dan mencubit gemas pipi istrinya.

"Apapun untukmu sayang." Guanlin pun mengiyakan, melihat Jihoon yang begitu senang dan bahagia maka ia melakukan apapun asal senyum itu terus terpatri di bibir merahnya.

Seusai membayar belanjaan mereka, Guanlin masih tetap memakai bando itu bersama Jihoon, keduanya keluar dari toko dan mengitari taman hiburan itu.

Banyak orang yang seringkali membungkuk ketika melihat mereka, ada yang mengambil gambar mereka dari jarak jauh, bahkan dari jarak terdekat sekalipun. Yah, mengingat Guanlin adalah orang terkenal di Korea, maka hal ini sangatlah wajar. Jihoon pun sudah mulai terbiasa saat menjadi pusat perhatian di tengah keramaian, ia tahu inilah resiko jika menikah dengan orang seperti Guanlin.

"Guan kita ke photobox yaa?" Jihoon merengek dan menunjuk-nunjuk kearah tempat photobox.

Guanlin selalu menjawab iya, kemudian keduanya pergi menuju tempat itu dan masuk ke dalam ruangan. Jihoon memilih berfoto dengan empat frame, masih mengenakan bando yang mereka beli tadi, keduanya mulai bergaya di hadapan kamera.

Gaya pertama, Guanlin merangkul bahu Jihoon dan istrinya itu memeluk manja pinggang Guanlin sembari menyandarkan kepalanya pada dada Guanlin. Gaya kedua, Guanlin memeluk Jihoon dari belakang lalu mencium pipi Jihoon dari samping. Gaya ketiga, Guanlin melepas bando Jihoon dan melingkari lengannya di sekitar leher Jihoon lalu menumpukan dagunya diatas kepala Jihoon. Gaya keempat, Guanlin masih berada di belakang Jihoon lalu meraih dagu Jihoon untuk menatapnya dari samping dan ia mengecup bibir Jihoon.

Seusai berfoto, keduanya menuju kasir dan membayar foto yang sudah tercetak. Jihoon kembali merengek mengajak Guanlin untuk bermain permainan memanah, hadiahnya yaitu boneka beruang berukuran sekitar setengah meter berwarna krim.

"Guanlin semangat!" Jihoon bertepuk tangan dan melihati Guanlin yang mulai ancang-ancang untuk memanah tepat pada sasaran.

Dan, shoot!

Tepat mengenai titik tengah.

"Guanlin hebaaaat!" Jihoon bertepuk tangan kemudian menyambut hadiah yang diberikan oleh penjaga kios game tersebut, Jihoon memeluk erat boneka beruang yang berada di dekapannya.

"Ini untuk istri tuan Lai." ucapnya penjaga kios tersebut.

"Terima kasih." Jihoon tersenyum dan membungkuk kearah orang tersebut, lalu ia dan Guanlin beranjak dari tempat itu.

•°•°•°•°•


Waktu mulai menyentuh sore hari, Guanlin dan Jihoon sedang bermain-main di tepi pantai. Keduanya saling menyiram, menuliskan nama mereka di tepi pantai, bahkan Guanlin menertawai Jihoon saat istrinya mengambil kerang untuk ia tiupi.

Jihoon berlari-lari, dan Guanlin mengejar. Guanlin menangkap tubuh Jihoon lalu menggendong tubuh istrinya itu di bahu seperti karung beras.

"Guanlin turunkan aku!" Jihoon berontak dalam gendongan Guanlin sembari tertawa dan menggoyang-goyangkan kakinya.

Guanlin menurunkan tubuh Jihoon dan memeluk pinggangnya. Menyentuhkan dahi dan ujung hidung mereka, lalu Guanlin memejamkan matanya dan kembali menatap Jihoon. Keduanya saling tersenyum sampai akhirnya Guanlin memperpendek jarak diantara mereka dan mempersatukan belah bibir mereka dalam sebuah ciuman yang lembut.

Cahaya matahari terbenam ikut menyaksikan kedua insan yang sedang berbagi cinta itu, memancarkan cahayanya yang indah sehingga menciptakan siluet seperti sebuah lukisan mahakarya dari sosok Guanlin dan Jihoon.

Guanlin melepaskan ciumannya, kemudian mengusap pelan bibir Jihoon sebelum mengecupnya pelan.

"Aku mencintaimu." ucap Guanlin.

"Aku mencintaimu, sangat." balas Jihoon.

"Selamat hari ulang tahun pernikahan sayang." bisik Guanlin lembut, kemudian menghujani bibir Jihoon dengan kecupan-kecupan lembut.

"Tetaplah seperti ini bersamaku Guanlin." Jihoon tersenyum dan mengusap pipi Guanlin.

Guanlin tersenyum kemudian membawa Jihoon dalam dekapannya yang erat, mengecupi dahi Jihoon dan mengusakkan wajahnya pada pucuk kepala istrinya.

"Sekarang kita bersihkan diri lalu berganti pakaian, setelah itu kita makan malam di restoran itu." Guanlin menunjukkan arah restoran yang ia maksud, tepat berada di tepi pantai, Jihoon mengangguk pelan dan tersenyum.

Guanlin melangkah menuju parkiran depan dimana mobilnya terparkir dan mengambil beberapa paperbag yang berisikan pakaian yang mereka beli sebelum ke pantai tadi.

Guanlin menghampiri Jihoon yang sedang menunggu di tempat berbilas dan memberikan paperbag yang berisikan pakaian milik Jihoon lalu mereka saling berbilas di bilik yang berbeda.

•°•°•°•°•


Guanlin dan Jihoon sedang makan malam bersama, restoran ini sepi, ya karena sudah disewa oleh Guanlin. Keduanya makan malam di balkon yang langsung mengarah pada pantai, ditemani angin malam yang sejuk dan suara dari deburan ombak malam hari.

"Guan.." panggil Jihoon, ia sedang menyandarkan kepalanya pada bahu Guanlin, sedangkan Guanlin merangkul Jihoon dan mengusap-usap bahunya dan menyandarkan kepalanya diatas kepala Jihoon, keduanya duduk berdampingan seusai menyantap makan malam.

"Hm?" jawab Guanlin.

"Tidak apa-apa, hanya ingin mendengar suaramu." ucap Jihoon, Guanlin tersenyum dan mengecupi pucuk kepala Jihoon.

"Aku punya sesuatu untukmu, sebagai hadiah."

"Guan? A-aku bahkan tidak memberimu hadiah." Jihoon bangkit dari posisinya dan memandang kearah Guanlin.

"Tidak apa-apa sayang, tunggu disini sebentar, oke? Aku akan mengambilnya dulu."

Guanlin mengecup dahi Jihoon lalu beranjak dari kursinya dan keluar dari restoran menuju ke mobilnya. Tidak lama kemudian Guanlin kembali duduk di tempatnya semula dan memberikan sesuatu kearah Jihoon.

"Ini apa?" tanya Jihoon sembari menerima uluran Guanlin.

"Buka saja."




TBC




-----------------------------------------------------------------
HAPPY 10K READS GUISE!
yaampuunnn senengnya ini kebangetan deh:') makasih buat yang udah komen, yang udah vote yang udah baca tp diam diam. Pokonya makasih buat kalian semua💛🙆

Chapter khusus buat para readers Destinacio❤

Ayo dong komen lagi, vote juga ya! Yang banyak muehehehe kalo gak nanti panwink karam, mau? ƪ(˘⌣˘)┐

Next? Votement juseyo🙆

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro