Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

D06

Ting!

Dentingan pelan mengalihkan perhatian kami, Nathalia segera mengenakan sarung tangan dan membuka penutup oven. Saat ia mengeluarkan kue dari oven, tercium aroma harum. Aroma semerbak menyelimuti ruangan masak, terlihat dari teman kelas kami bahkan guru terhenti akan aktivitasnya, memilih untuk menghirup aroma itu.

"Aromanya sangat tercium, Nathalia," komentarku dibalas anggukan setuju darinya.

"Padahal saat pertama kali membuat tidak sampai seperti ini." Ia ikut berkomentar, meletakkan kue tersebut di tempat aman. "Aroma kue ini benar-benar membuat siapa saja tergugah."

Netraku menatap kue polos berwarna merah marun, asap putih terlihat mengepul walau samar.

"Kujo Tenn, bisakah kau ambil beberapa buah di keranjang dan memotongnya?"

Aku mengangguk pelan, mengambil beberapa buah dan mencucinya. Kemudian memotong sesuai permintaan Nathalia. Aku melakukannya dengan telaten, buah demi buah kupotong berbentuk dadu. Saat memotong, aku merasakan seseorang tengah menatapku. Tanpa ditengok pun, aku sudah tahu siapa.

"Apa yang kalian masak, Anak-anak?"

Pertanyaan lembut menyapa kami, aku berhenti memotong dan menatapnya. Belum sempat aku menjawab pertanyaan itu, sebuah suara terdengar kembali.

"Kami memasak red velvet cake, Ma'am."

"Ah ... kue, ya."

Aku mengangguk sekilas dengan tatapan tak lekang darinya, melihat gerak-gerik guru masak kami.

"Baiklah, silakan dilanjutkan. Jangan lupa untuk selalu berhati-hati," ucapnya menasehati kami sembari melenggang pergi.

"Hai'!"

"Sepertinya sudah cukup."

Gumam pelan menarik perhatianku, menoleh ke samping dan menatap Nathalia. "Apa kau yakin?" tanyaku meminta kepastian. Anggukan pelan sebagai jawaban membuatku menghela napas sejenak dan mengalihkan atensi menuju red velvet cake. Tak ada asap putih mengepul lagi di sana, pertanda kue itu telah dingin.

"Sepertinya sudah dingin," kataku pelan.

"Kalau begitu aku akan memotongnya menjadi 3 layer."

Nathalia mengambil wadah dan pisau, mengambil kue sudah dingin yang masih berada di loyang. Ia mengeluarkan kue tersebut dan mulai memotongnya, bagian atas dipotong tipis olehnya, meletakkan bagian tipis di piring kecil. Aku hanya mengamati gerak-gerik gadis itu dengan sunggingan tipis.

Sesaat kemudian, aku mengambil krim putih buatannya dan mulai mengoles di atas bagian kue. Menata potongan buah di atas krim dan meletakkan kembali bagian kue lainnya, terus aku lakukan berulang hingga bagian terakhir bersamaan dengan krimnya.

"Krimnya sudah habis." Aku melaporkan pada Nathalia sembari menoleh. "Apa masih ada krim lagi?"

Laporanku dibalas dengan semangkuk krim kuning, aku mengambilnya sembari menukarkan mangkuk kosong. Tiba-tiba aku mencium aroma khas dari mangkuk krim tersebut, aroma familiar membuatku bertanya-tanya.

"Apa kau menggunakan buah di krim ini, Nathalia?"

"Iya, aku menggunakan buah mangga." Gadis itu menjawab pertanyaanku seraya membuat beberapa bunga untuk hiasannya. "Bahan pewarna alami krim," lanjutnya dengan mata perak tak lepas pada pekerjaannya.

Ucapannya membuatku mengerti, aku kembali melakukan tugasku, mengolesi krim pada seluruh bagian kue. Warna merah marun yang dihasilkan oleh buah bit tertutupi warna kuning buah mangga.

"Kau cukup mahir melakukannya, Kujo Tenn."

Pujian tulus datang padaku, pujian yang membuatku merasa senang. Lagi-lagi sunggingan tipis terbit di wajahku seraya menatap dirinya.

"Arigatou," sahutku. "Demikian juga kau, apa pernah membuat kue sebelumnya?"

"Hanya beberapa kali."

Aku masih menatap ia dan beberapa bunga hasil karyanya, terlihat cantik. Atensiku melirik ke jam dinding di depan, waktu tinggal sedikit lagi.

"Lebih baik kita menghias kuenya sekarang," ajakku dibalas anggukan kecil.

"Bantu aku menghiasnya."

Tahap terakhir yang kami lakukan ialah menghias red velvet cake dengan beberapa bunga, memindahkan bunga tersebut menggunakan gunting mawar ke atas kue secara hati-hati. Menata dan memberikan daun mint di sisi tiap-tiap bunga, setelah selesai di bagian atas, kami menyusun potongan buah secara melingkar, mengikuti bentuk red velvet cake.

"Baik anak-anak, waktunya telah usai!"

Bertepatan seruan itu, akhirnya kami selesai menghias. Kami melakukan tos tanpa disadari, saling melempar senyum samar.

"Kerja bagus, Kujo Tenn." Nathalia berkata demikian sembari mengalihkan atensi ke arah kue, terlihat gerakan bibir mungilnya mengatakan sesuatu diikuti pengharapan dariku. Kami menatap red velvet cake bertahtakan piring bermotif sulur tanaman, krim kuning bercitarasa mangga membaluri setiap inchi kue dan berbagai bentuk bunga sebagai penghiasnya.

"Kuharap ... kita melakukan terbaik untuk hari ini."

FIN!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro