Page 6
"Layer putih nan polos itu melindungi segala aspek kreatif dari dirinya. Bagaimana bisa aku, yang hebat ini, tidak melindunginya?"
.
Panggung milik Wonderlands x Showtime kembali meriah setelah pertunjukkan lalu. Semua orang merasa senang dan perasaan semangat segera memenuhi staff para theme park, membuat mereka kembali bekerja dengan cepat. Meskipun kencan yang dialami oleh Tsukasa dan Emu hanya mereka berdua yang tahuー
"Oya, sepertinya ada yang pergi berkencan tanpa sepengetahuan kita kemarin," sahut Rui dengan senyuman khasnya, membuat Tsukasa tersentak kaget dan dipenuhi wajah yang memerah. Melihat reaksi tersebut, entah mengapa Rui hanya menepuk bahunya seraya terkekeh.
Hawa mengerikan ini, Tsukasa tahu betul. Terlebih lagi, saat suara Rui menginterogasinya, "fufufu, bagaimana sepatunya, Tsukasa-kun? Apa kau suka?"
Jadi memang benar kau pelakunya!
Tsukasa membatin, menggerutu, namun tak bisa mengelak karena ia juga menyukainya. Belum sempat ia menjawab godaan dari Rui, sebuah pelukan penuh kejutan sontak saja diterima oleh Tsukasa. Membuatnya mengaduh kesakitan dan segera melotot kepada sang tersangka yang sudah ia hapal di luar kepala.
"Emu! Sudah berapa kali harus kubilang untuk tidak menyerangku secara tiba-tiba seperti itu?!" omel Tsukasa.
"Hehe!"
Cengiran ceria seperti biasa, mampu membuat pemuda blonde itu menggeram, mencoba menahan diri. Ingin rasanya ia berteriak, bagaimana bisa Tuhan menciptakan makhluk seimut dan selucu dirinya? Sungguh tidak adil.
Kalah telak, Tsukasa menghela napas dan memalingkan wajah. Melihat responnya tersebut, Emu dan Rui tertawa seolah mereka mempunyai otak yang sama. Sementara Nene yang melihat kelakuan ketiga member-nya dalam diam itu hanya mampu melemparkan tatapan datar. Emu pun mengulurkan tangan, "Tsukasa-kun, ayo! Ayo kita pergi bersama!"
"Tidak, tidak mau! Nanti kau menarikku, lagi!"
"Eeh? Padahal kemarin Tsukasa-kun terlihat sangat senang!"
"Hm, jadi yang dilihat Nenerobo kemarin memang benar? Mah, tidak mengejutkan, sih."
"Haha, bukankah sudah kubilang, Nene?"
Tsukasa mengepalkan tangannya mendengar semua perkataan yang seolah berniat untuk menghancurkan harga dirinya, meskipun dalam kenyataannya tidak. Pemuda itu selalu saja dikerjai dan diejek oleh member unitnya. Padahal ia adalah leader, hal ini benar-benar membuat hatinya teriris. Apakah ia pernah dihormati oleh mereka atau hanya sekadar menjadi badut percobaan saja?
Tapi, pemuda bermarga Tenma itu tahu betul bahwa interaksi seperti ini adalah bentuk kasih sayang dari mereka. Bagaimana mereka bisa tertawa lepas dan mengekspresikan diri dengan bebas. Semua itu berada di theme park, di panggung ini.
Para member Wonderlands x Showtime mulai berjalan menuju panggung pertunjukkan mereka, berusaha kembali membangun senyuman para penonton melalui latihan langkah per langkah. Tsukasa menoleh ke belakang, memperhatikan pagar area yang membatasi daerah show milik mereka.
Setelah ia diwawancarai, ia berharap langsung mendapatkan role yang besar. Namun, ia bertemu dengan Emu dan yang lain. Emu lah yang menyadarkan dirinya kalau tujuan utama yang ia inginkan adalah membuat orang-orang tersenyum, terutama yang ia kasihi.
"Tsukasa-kun?" panggil Emu, kebingungan karena menemukan sosok Tsukasa, "ada apa?"
"Tidak, bukan apa-apa!" balas Tsukasa sembari menggeleng. Ia pun kembali menoleh, menatap ke arah depan dan ikut melangkah bersama Emu. Melihat Nene dan Rui yang tak berada di jangkauannya, Tsukasa menggenggam tangan Emu secara perlahan. Membuat gadis berhelai rambut merah muda tersebut mengerjapkan matanya, antusias.
Senyum secerah mentari Emu ulas, lantas ia mengeratkan genggamannya tersebut. Mengabaikan rona merah Tsukasa yang telah menyebar di sekitar pipinya.
"S-sampai di depan panggung saja kita gandengannya!" ujar Tsukasa, setengah gugup.
Emu mengangguk penuh semangat, "Uhn! Ini sudah menyenangkan, kok!"
Dirinya bagaikan rainbow crepes cake, luaran yang ia miliki tersebut terlihat polos namun di dalamnya penuh kejutan dan rasa. Sebuah pencuci mulut yang mampu membahagiakanmu untuk sejenak, membawa serotonin untuk sesaat. Namun, memorinya membekas di ingatan.
Tsukasa tak ingin saat ini menjadi memori yang sia-sia. Setidaknya tidak, ia belum ingin meninggalkan saat ini sampai gadis di sampingnya itu tersenyum.
Sebelum langkah kakinya berhenti ketika mendekati panggung, iris Tsukasa melebar karena mendapati detak jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Terlebih lagi, untuk beberapa hari ini. Menyadari perasaan tersebut, Tenma Tsukasa menggerutu pada dirinya sendiri.
Jangan-jangan ... aku menyukai Emu?
Memikirkan hal tersebut, Tsukasa menertawakan dirinya sendiri. Ada yang lebih penting dari perasaan romantis yang ia miliki, yaitu mengutamakan keberhasilan panggung dan mimpi Emu.
"Benar, dengan seperti itu, aku bisa lebih bahagia! Hahaha!"
Emu yang tidak mengerti dengan tawa tiba-tiba Tsukasa pun ikut tertawa. Asal Tsukasa merasa senang, menurutnya sudah lebih dari cukup. Bagaimana bisa ia tidak mengutamakan sang penyelamatnya?
Mereka berdua hanyalah anak sekolah menengah atas dan tanpa sadar memiliki tujuan yang sama. Kapan mereka menyadari perasaan masing-masing? Hanya waktu dan Rui juga Nene yang dapat mengawasi tingkah dari kepala kuning dan merah muda tersebut.
.
.
.
[END]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro