Page 4
"Aku tidak ingin mengulang kesalahan yang sama. Baik padamu, maupun pada Tsumiki."
.
Gelap dan penuh dengan warna merah, tak lupa akan hawa pengap dalam ruangan setelah berani melangkah masuk. Jika dibandingkan dengan ukuran hidup dan mati ketika misi pertarungan, hal ini bukanlah apa-apa. Namun, tetap saja, kau tidak menyukai suasana ini. Sementara kau sibuk dengan pikiranmu sendiri, Megumi hanya melangkah maju seraya menyesuaikan bersama langkahmu.
Kau menegak salivamu, lantas memberi tatapan maut kepada semua staff manusia yang tengah berperan sebagai hantu. Bukannya takut, tapi kau tidak suka jika dikejutkan.
"Penakut," sindir Megumi tanpa rasa bersalah sama sekali. Mendengar ejekan tersebut, kau mendengkus kasar sembari memukul punggungnya dengan pelan. Ia hanya membalas dengan mengulas senyum miring, lantas kembali mengangkat suara, "heh."
Perempatan imajiner sontak saja memenuhi pelipismu, tak lupa dengan dahimu yang mulai mengerut, merasa kesal akan tingkahnya. Namun, kau tidak membalas dan hanya mengeratkan genggaman tanganmu padanya. Dalam batin Megumi, ia cukup tidak mengerti, kenapa kedekatan kalian berdua tak membuat dirimu merasa sama sepertinya. Lihatlah dirinya sekarang, selalu beranggapan senang ketika kau mengandalkan ia.
Apa yang harus Megumi lakukan agar kau dapat melihatnya seorang?
Memikirkan hal tersebut, Megumi membuang napasnya dengan kasar. Padahal, ia ke sini hanya untuk mengalihkan perhatianmu, tetapi pikiran-pikiran aneh mulai menghinggapinya. Fokus utamanya saat ini hanyalah menjalankan tugas dari Gojo.
"[Name]," panggilnya dengan pelan, seolah enggan untuk bersuara.
Tatapan sinis kau layangkan, masih melangkah bersama dengannya seraya membalas secara ketus, "Apa?"
"Itadori ... apa yang kau sukai darinya?"
"K-kenapa tiba-tiba kau bertanya seperti itu? Apa maksudmu aku menyukainya?"
"Sudah, jawab saja pertanyaanku. Memangnya bertahun-tahun, kita hidup bersama, tidak cukup untukku mengetahui bahwa kau menaruh perasaan pada Itadori?"
Alismu tertaut, ekspresimu berubah menjadi penuh rasa bingung. Lantas, kau melirik ke bawah, mencoba untuk berpikir. Belum sempat kau menjawab pertanyaan yang tiba-tiba tersebut, sebuah ide aneh hinggap di kepalamu. Kau mendelik, menatap ragu padanya, "Megumi ... jangan bilang kau cemburu padaku, karena aku juga menyukai Itadori-kun? Astaga, tenang saja. Aku tahu kalau kau peduli padanya, tapi tidak usah sampai membawaku ke tempat ini agar kau dapat menginterogasiku."
"Hah?!"
Megumi memalingkan wajahnya, menatapmu dengan perasaan kesal dan wajah memerah. Kadang kala, pemuda itu heran akan dirimu yang ketularan idiot dari teman satu team dan sang guru. Melihat ekspresi tersebut, kau hanya terdiam dan cengo, cukup terkejut. Siapa sangka, candaan tersebut malah menjadi bumerang bagimu?
Kalian berdua segera saja berhenti di tengah-tengah tur rumah hantu. Kau melotot, lalu dengan gerakan kaku, kau bergerak dumbfounded dan bertanya, "Jadi ... benar kau menyukai Itadori-kun?"
"Apa kau ketularan idiotnya sebelum ia pergi? Tidaklah, bodoh!"
Ia menjitak dahimu, membuatmu mengaduh kesakitan dan menggeram, sesekali menyumpah serapah dalam batin padanya. Terlalu sibuk dengan obrolan kalian berdua, sebuah hantu palsu datang mengagetkan dirimu dari belakang, membuatmu secara refleks langsung menarik lengan baju Megumi dan terjatuh.
Pelaku tentu saja menghilangkan diri dari peredaran kalian berdua setelah bertindak seperti itu. Megumi berada di atasmu, dalam posisi yukadon. Tak membutuhkan waktu lama untuk ia sadar, hingga pemuda berambut hitam tersebut segera saja bangkit dan membalikkan badan.
Kau ikut bangkit, namun merasa normal karena kejadian seperti ini tak hanya sekali terjadi pada kalian berdua. Telapak tanganmu menepuk-nepuk rok seragam yang kau kenakan, lantas mencoba menormalkan detak jantung yang cepat akibat kejutan tersebut. Bibirmu membuka, mengangkat suara dan bertanya, "Kenapa kau ikut terjatuh bersamaku? Padahal kau lebih kuat dariku."
"Aku sedang dalam keadaan tidak fokus, jadi diamlah," ketus Megumi. Ia masih tidak menatapmu sama sekali, bahkan melirik pun enggan.
Mendapati responsnya yang seperti itu, kau mengulurkan tangan dan melempar tatapan ke arah lain. Cukup tak ingin mengakui bahwa kau membutuhkan bantuannya untuk ke luar dari tempat pengap dan gelap ini. Hantu adalah hal yang menyeramkan.
"Megumi, kau harus tanggung jawab karena membawaku ke tempat ini meskipun sudah kutolak. Kau tidak akan lari dari perkataanmu, 'kan?"
Megumi mengerjapkan mata. Entah mengapa, ia merasa seperti hal yang ia harapkan berada tepat di hadapannya. Ia mendengkus kasar sembari menerima uluran tersebut, lantas tertawa angkuh, "Hmph, akan kubuat kau bisa berpartisipasi dalam pekan olahraga nanti."
Kau tertawa mengejek, membalasnya, "Aku tahu kalau kau sendiri juga ogah untuk ikut, tapi malah memaksaku begini, haha!"
Kalian berdua pun berjalan ke luar dari rumah hantu dalam suasana canggung dan hening.
Sungguh, Megumi tak ingin melihat punggungmu yang berjalan menjauhi dirinya. Cukup berada di dekatnya, di tempat yang ia gapai, meskipun ia tahu bahwa ia bukanlah pemenang sesungguhnya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro