Day 29

•••

Alicia baru menyadari bahwa indekos barunya cukup elit. Terdapat kolam berenang di belakang indekos tersebut. Airnya begitu jernih, hingga keramik berwarna hijau muda di bawah sana tampak.

Jika begini caranya, tentu Alicia akan betah. Gadis itu bisa menyegarkan pikiran dengan berendam di kolam tersebut kala pikirannya tengah dilanda stres. Atau, sekadar duduk di tepian kolam sembari menikmati langit malam bertabur bintang.

Ponsel yang di genggaman gadis itu bergetar, menunjukkan adanya panggilan suara yang masuk. Alicia segera menggeser tombol hijau ke atas, lantas menyapa orang yang ada di seberang sana.

"Aku baru sehari enggak di rumah, Kak. Sebegitu kangennya sama adik tercinta sampai ditelepon terus setiap hari?"

"Tingkat pede kamu boleh juga, ya. Kakak telepon kamu karena dari tadi disuruh Papa sama Mama. Mereka berdua khawatir. Takut anak perempuannya hilang di kota orang."

"Heh, mulut!" tegur Alicia. "Papa dan Mama yang kangen, atau kamu yang kangen, Kak?"

"Dibilangin Papa sama Mama juga."

Alicia terkekeh kecil ketika mendengar kekesalan yang tersirat di kalimat Arifin.

"Halo."

Alicia segera menoleh, mendapati ada seorang gadis sebaya yang menyapanya.

"Kak, aku matiin dulu teleponnya. Nanti aku telepon lagi," ujarnya kepada Arifin lantas segera mematikan panggilan suara tersebut.

Alicia tersenyum, melihat ke gadis yang menyapanya tadi. "Halo juga," sapa Alicia dengan ramah.

"Kamu penghuni baru di sini, ya?" tanya gadis itu.

Alicia mengangguk kecil.

"Kenalin, aku Sari. Kebetulan, aku juga tinggal di sini. Semoga kita bisa berteman baik, ya," ujar Sari yang segera diangguki oleh Alicia.

"Aku Alicia. Semoga kita bisa berteman baik, ya, Sari."

"Kamu mau aku kenalin sama teman-teman yang lain?"

"Boleh!" jawab Alicia antusias.

"Ayo, kita masuk ke dalam."

Alicia menyunggingkan senyum. Sepertinya, dia akan segera nyaman dengan suasana di sini.

•••

29 Desember 2022
278 kata