Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Awal Mula

★★★★ : Untuk mengganti Scene, tempat, dan waktu.

☆☆☆☆ : Untuk Flashback.

♠♠♠♠♠♠

Seorang wanita berpakaian biru oranye, berjalan ditengah keramaian sebuah desa.

Pemandangan yang selalu ia lihat setiap harinya. Semua orang menunduk, menandakan hormat mereka pada wanita itu.

Kerendahan hatinya, membuat siapapun begitu menyukainya. Ia akan selalu datang, memberikan kemampuan yang ia miliki, untuk kesejahteraan rakyat.

"Selamat pagi Tuan Yan, apa sakit Anda sudah lebih baik?" tanyanya lembut.

"Ya. Semua ini berkat Anda, Nona.."

"Aku hanya membantu semampuku. Sekarang kita mulai pengobatan berikutnya.."

Banyak diantara mereka, hingga membuat patung menyerupai wanita itu sebagai simbol kehormatan.

Walaupun begitu, banyak pula dari mereka yang iri akan kemampuannya. Pasalnya, wanita itu sulit dikalahkan. Bahkan hidupnya, hampir menginjak 1218 tahun.

Namun, wajah serta tubuhnya masih terlihat seperti gadis belia. Sukar untuk diterima, ia seorang wanita yang begitu tua.

Tak terlepas dari itu, ia selalu hidup berkelana. Ia menghampiri setiap klan besar, maupun klan kecil.

Bahkan sebelum adanya Kultivator seperti saat ini, ialah wanita yang membasmi para iblis serta roh yang menganggu dan membunuh manusia.

Itulah mengapa, ia dijuluki Annchi Bao-yu*.

*[Annchi : Bidadari Cantik. Bao-yu : Permata yang berharga].

Hal itu tak membuatnya sombong atau merasa tinggi. Ia justru semakin senang, karena orang-orang begitu menyukainya.

"Nona.. Apa suatu hari nanti, aku bisa jadi seperti dirimu?" tanya seorang gadis kecil.

"Tentu. Kau hanya perlu belajar, dan percaya pada dirimu. Jangan lupa untuk tetap sehat" ujarnya seraya membelai rambut gadis itu.

"Baik! Aku akan makan dengan baik, agar bisa tumbuh dewasa!"

"Anak pintar.."

Dari seluruh klan yang ada, tersisa sebuah klan yang selalu ia kunjungi terakhir. Mengapa? Karena ia mungkin saja, akan lebih lama berada disana.

Aliran air yang begitu lembut, dihiasi teratai disetiap sisi. Menambah suasana yang begitu indah dan tenang.

Dengan sebuah perahu, ia menyeberangi lautan. Mulai terdengar suara para murid, melakukan pelatihan mereka.

Begitu juga seseorang yang meneriaki namanya dari kejauhan, sambil melambaikan tangannya.

Begitu kapal berlabuh, pria itu mengulurkan tangannya untuk membantunya turun dari kapal.

"Akhirnya kau datang, Suyin" ucap pria itu.

"Tentu aku akan datang, Wei Ying. Senang bisa melihatmu juga, Jiang Cheng." sapa Suyin pada pria berbaju ungu yang tengah bertolak pinggang disebelahnya.

"Kau terlambat"

"Terlambat? Benarkah? Aku yakin kau merindukanku" ledeknya menekan pipi orang itu.

"Yang benar saja" jawab Jiang Cheng menyingkirkan tangan Suyin, lalu tersenyum.

"Nyonya Yu, Paman dan Shijie sudah menunggumu." jelas Wei Wuxian.

"Benarkah? Hm.. Apa aku seterlambat itu.."

"Oh iya, bagaimana pelajaran kalian di Gusu Lan?"

"Sungguh menyenangkan. Benarkan, Jiang Cheng?"

"Itu sebelum kau mengacaukannya dan membuat Lang Wanji marah padamu."

"Lan Wangji marah? Hebat sekali.. Aku belum pernah melihatnya marah ketika dewasa. Seperti apa dia marah?"

"Kau tak akan percaya. Ia berteriak, walau suaranya masih saja tenang."

"Hahaha.. Kau memang selalu bisa melakukan hal yang tak ingin orang lain lakukan.."

Suyin, Wuxian dan Jiang Cheng pun pergi ke aula utama Klan Yunmeng Jiang.

"Senang melihat kalian baik baik saja." ujarnya sambil memberi hormat.

"Kami pikir Kau tak akan datang kali ini, Nona Suyin."

"Itu tidak benar. Aku pasti akan datang. Lagipula aku sudah menganggap kalian seperti keluargaku. Mana mungkin aku tidak datang.."

"Kami senang Kau berpikir seperti itu." ucap Jiang Yanli, anak pertama Klan Yunmeng Jiang.

"Perjalananmu pasti sangat jauh dan melelahkan, sebaiknya Kau istirahat sejenak" lanjutnya.

"Tapi aku.." Suyin melirik kedua pemimpin klan tersebut, begitu juga kedua temannya.

"Kau bisa bicara pada mereka nanti" Jiang Yanli memberi hormat pada orang tuanya, lalu mendorong Suyin pergi.

Malam harinya, Wuxian dan Jiang Cheng datang ke kamar Suyin untuk mengobrol dengannya.

Tentu mereka diterima dengan baik, karena saat itu pula Jiang Yanli, juga ada disana.

"Suyin, berapa lama kau akan disini?" tanya Jiang Cheng.

"Ada apa? Kau tidak suka aku disini?"

"B-Bukan begitu. Aku hanya ingin tahu."

"A-Li, lihat adikmu. Dia tak suka aku disini"

"A-Cheng.."

"Ckckck.. Sebenci itukah dirimu pada Suyin, Jiang Cheng" tambah Wuxian.

"Sudah kukatakan aku hanya bertanya!" serunya lalu melipat kedua tangan.

Tawa mulai pecah diantara mereka berempat. Jiang Cheng tak lama ikut tertawa bersama.

Kedekatan mereka seperti lem yang tak dapat dilepas. Suyin sudah mengenal sejak mereka masih kecil, ia datang ke Yunmeng Jiang dan bertemu mereka.

Pertama ia melihat Wei Wuxian, membuatnya tertarik untuk terus kembali. Begitu juga Jiang Cheng dan Jiang Yanli.

★Next★

Setelah kunjungannya ke Yunmeng Jiang yang menghabiskan waktu lebih lama, Suyin memutuskan untuk kembali mengelilingi klan lainnya.

Tempat yang cukup jauh disana. Selama kepergiannya, banyak hal yang terjadi. Mulai dari tragedi Klan Qishan Wen yang menghabisi banyak klan karena perbuatan mereka.

Kejadian itu membuat Suyin marah, ia hidup untuk melindungi klan lemah dan klan lainnya. Namun, Klan Wen dengan mudahnya menghancurkan mereka.

Begitu pula berita bahwa mereka telah mengambil Lotus Pier, dan melenyapkan Klan Yunmeng Jiang.

Tana pikir panjang, ia segera menuju tempat klan tersebut. Walau jalannya terus dihalangi oleh para Kultivator Klan Wen, ia tetap menyingkirkan tanpa melukai mereka.

Tubuh mereka terhempas, ketika berhadapan dengan Suyin. Dan sampailah wanita itu dihadapan pemimpin klan, Wen Ruohan.

"Apa maksudnya ini?"

"...."

"Jawab aku, Wen Ruohan. Apa maksud dari perbuatan klanmu ini?! Aku bicara denganmu!"

"Berani sekali wanita sepertimu bicara seperti itu padaku."

Dengan cepatnya ia menuju Wen Ruohan, dan berdiri dihadapannya.

"Aku tidak peduli siapa kau sekarang. Aku bertanya padamu, kenapa kau melakukan semua ini?!"

Tiba tiba sesosok pria muncul dari belakang Wen Ruohan, dan menyerang Suyin. Namun, wanita itu bukan tandingannya.

Suyin melompat turun dari tempat dimana Wen Ruohan berada.

"Ingat akan sumpahmu sendiri. Untuk tidak memihak klan manapun, dan ikut campur dalam urusan mereka."

"Aku memang mengatakan hal itu. Tapi perbuatanmu sudah diluar batas. Aku hidup untuk melindungi mereka, tapi kau justru menghancurkan mereka!"

"Apa kau kemari, karena hancurnya Klan Yunmeng Jiang?"

"Tidak hanya mereka, tapi klan lainnya yang kau serang juga."

"Apa karena Wei Wuxian?"

Sesaat tubuh Suyin membeku. Pemandangan itulah yang Wen Ruohan inginkan.

"Dengar aku, Wen Ruohan. Aku memperingatkanmu untuk berhenti melakukan hal ini. Jika tidak kau--"

"Jika tidak, apa? Kau akan membunuhku dan juga klanku?"

Suyin hanya bisa mengeratkan kepalan tangannya, ia pun berbalik dan pergi.

★Next★

Waktu terus berlalu, Klan Yunmeng Jiang mulai kembali berdiri. Kini klan tersebut dipimpin oleh Jiang Cheng.

Sebelum itu, para tetua klan telah berkumpul untuk menyiasati melawan Klan Wen. Suyin yang ikut dalam rapat tersebut, memutuskan untuk ikut dalam perlawanan itu.

"Aku memang tidak boleh memihak klan manapun, tapi perbuatan mereka justru membuatku tak punya pilihan."

Sekarang ia bersama Jiang Cheng melatih anggota Klan Yunmeng Jiang yang baru. Ketika Jiang Cheng bertemu kakaknya, tanpa disadari seorang anggota Klan Wen memata matai mereka.

Saat ia akan melaporkan hal itu, ia sempat dihentikan. Namun, tidak untuk sinyal pemanggil yang sempat ia nyalakan.

Terjadilah pertarungan antara Klan Yunmeng Jiang yang dibantu oleh beberapa Klan Gusu Lan, melawan Klan Wen.

Suyin tidak bisa membunuh mereka, tapi ia bisa menghempaskan mereka sejauh mungkin.

Karena jumlah yang tak seimbang, semua orang hampir mati dan Jiang Cheng tertangkap oleh putra Wen Ruohan, Wen Chao.

"Hentikan saja, atau akan kubunuh dia"

"A-Cheng!"

Tiba-tiba suasana berubah mencekam. Gagak mulai bermunculan, dan api berubah menjadi hijau.

Terdengar suara suling dimainkan, diikuti bangunnya mayat yang telah mati.

Wei Wuxian telah kembali. Dia membangkitkan mayat-mayat itu dan menyerang Klan Wen.

Semua musnah, termasuk Wen Chao. Walau begitu, Lan Wangji yang ada disana tak menyukainya.

Karena Wuxian kini seorang Kultivator Iblis. Tentu Jiang Cheng membelanya.

"Dia masih dalam klanku, jadi untuk hukuman itu adalah urusan kami."

Tak terlepas dari itu, Suyin terlihat senang Wei Wuxian masih hidup.

"A-Ying.." serunya sambil memegang tangan Wei Wuxian.

"Suyin."

★Next★

Hari hari berlalu, sementara waktu Suyin tinggal di Lotus Pier untuk kembali memulihkannya.

Ia juga ikut melatih kultivator Klan Yunmeng Jiang. Nyonya Yu dan suaminya telah tiada, Suyin tak bisa meninggalkan Jiang Cheng dan Wei Wuxian.

Dengan kekuatannya, ia membantu untuk mengobati kedua pria itu, agar mereka pulih sebelum penyerangan terhadap Klan Wen dilakukan.

Setelah semua persiapan selesai, dengan bersatunya seluruh klan. Mereka menyerbu tempat Wen Ruohan berada.

Perang besar terjadi. Semuanya mengerahkan kemampuan yang mereka miliki untuk menghancurkan Klan Wen.

Dengan perjanjian awal, Suyin membantu untuk dalam peperangan tersebut. Menghancurkan perisai dan membiarkan klan lain memulai penyerangan.

Yunmeng Jiang, Lanlingji, GusuLan dan Qinghenie bersatu untuk mengalahkan Klan Wen.

Wei Wuxian yang memperoleh kekuatan barunya, membuat kemenangan dapat dilihat dengan jelas.

Satu persatu, bahkan ratusan nyawa melayang dalam kejadian besar itu. Dan akhirnya.. Pengorbanan mereka tak sia sia.

Klan Wen telah dihancurkan. Tak ada kultivator yang tersisa. Beberapa klan yang mungkin tersisa, akan dibawa dan dijadikan budak.

Klan Wen yang tersisa, dibawa oleh Wei Wuxian menuju Bukit Luanzang. Mereka membangun desa kecil mereka sendiri disana.

Dunia telah damai, tak ada persetruan besar terjadi. Banyak rumor beredar, sejak kejadian itu..

Kalau Wei Wuxian akan menikahi Suyin. Berita itu membuat beberapa klan gempar, pasalnya Suyin dan Wuxian memiliki perbedaan yang bertolak belakang.

Mungkin dulu mereka terlihat cocok. Namun, Suyin adalah seorang Kultivator yang menghapuskan iblis serta para roh, hingga membuatnya dalam incaran.

Kini akan menikah dengan seorang Kultivator Iblis itu sendiri. Ditambah ia seorang wanita yang sudah begitu lama hidup.

Walau begitu, Suyin tetap pergi menemui Wuxian di Bukit Luanzang.

"Nona Suyin, bagaimana keadaan Anda hari ini?" tanya seorang pedagang buah.

"Aku baik baik saja. Terima kasih. Bagaimana denganmu? Apa sakit tanganmu sudah membaik?"

"Tentu saja. Semua ini berkat Anda, Nona Suyin."

"Aku senang bisa membantu" Suyin melihat beberapa buah dagangan wanita itu.

"Anda mau apel? Kami baru saja kedatangan sekeranjang apel segar pagi ini. Anda bisa membawanya pulang."

"Ah.. Aku tidak bisa menerima hal seperti itu."

"Terimalah, Nona Suyin. Kebaikan Anda lebih besar, dibandingkan apel yang kami berikan. Terimalah.."

Suyin menerima apel tersebut, lalu tersenyum ramah.

"Terima kasih."

Menerima apel begitu banyak, adalah sebuah anugerah baginya. Dan harus ia bagikan pada yang lainnya juga.

Ia memutuskan untuk pergi ke Bukit Luanzang. Menemui para sisa Klan Wen, dan juga kekasihnya, Wei Wuxian.

"Selamat sore" sapanya pada mereka yang tengah berlalu lalang ditempat itu.

"Nona Suyin!" anak anak berseru dan mengerumuni dirinya.

"Oh Suyin, kau datang kemari.."

"Ya, Wen Qing. Aku kemari membawa sesuatu untuk kalian.."

Tiga keranjang apel terbang menghampirinya, dan berhenti tepat disebelah kanan.

"Siapa yang mau apel?"

"Aku aku!!"

Satu persatu apel dibagikan. Apel yang manis, membawa senyuman untuk mereka.

"Terima kasih, Suyin. Oh, apa kau kemari untuk bertemu dengannya?" tanya Wen Qing.

"Ya. Kurasa begitu." Suyin bangun dari duduknya, dan berjalan kerumah Wei Wuxian.

Sebelum itu, Wen Qing memanggilnya dan melempar dua buah apel.

"Kau juga harus memberikan itu untuknya."

Suyin tersenyum. Ia melanjutkan perjalanan menuju tempat Wuxian berada.

Krieeettt...

"A-Ying?"

Ketika pintu dibuka, tak ada siapapun disana. Tempat tidurnya kosong, belakang rumah pun tak ada siapapun.

"Dimana dia?"

Disaat yang bersamaan, ia merasakan aura yang mengancam dirinya.

Dengan cepat tubuhnya berbalik, dengan kuku tajam bersiap merobek lawannya.

Tak ada siapapun disana. Ia mungkin tak boleh membunuh orang dengan sembarangan, seperti halnya orang lain. Namun, siapapun yang dirasa berbahaya memang harus dilenyapkan.

Pintu terbuka dan tertutup sendiri, seperti seseorang baru saja lewat disana.

"A-Ying?" panggilnya kembali.

Secara tiba tiba, sesosok bayangan menutup matanya dari belakang, dan memegang kuat kedua tangannya.

Apel yang ia bawa pun terjatuh, ia meronta agar dapat melepaskan diri.

"Apa yang kau lakukan disini? Kau mau kumakan? Hahahaha.."

Tutupan itu terbuka, dan saat ia menoleh. Disanalah Wei Wuxian berada, berdiri sambil menatapnya lucu.

"Ya! Suyin, kau akhirnya datang kemari. Ada apa? Kau merindukanku?"

"Tidak, aku hanya datang berkunjung" jawab Suyin sambil kembali mengumpulkan apel yang terjatuh.

"Dasar kau ini, apelnya hampir saja rusak"

Wei Wuxian tertawa, dan mengambil satu apel lalu memakannya.

"Jadi bagaimana? Kau sudah menyelesaikan pekerjaanmu?"

"Begitulah. Itu kenapa aku kemari, lagipula.. Aku jadi teringat kalian disini."

Suyin berjalan dan duduk disebelah Wuxian.

"Jiang Cheng benar benar sudah dewasa sekarang. Ia dengan baik memimpin klannya sendiri."

Tak ada respon dari pria itu, membuat Suyin menoleh padanya.

"Ada apa, A-Ying?"

"Tidak ada. Aku hanya merasa bersalah meninggalkannya sendirian."

"Tapi yang kau lakukan itu, untuk kebaikannya juga. Aku bangga padamu."

Wanita itu mengacak acak rambut Wuxian layaknya anak kecil. Wuxian tak tinggal diam, ia menangkap tangan itu dan menariknya.

Hingga wajah mereka saling berdekatan.

"Kau masih saja memperlakukanku seperti anak anak."

"Bagiku kau memang selalu terlihat seperti itu. Apalagi saat aku ingat kau dulu pernah memanjat pohon, menangis karena seekor anak anjing."

Bukannya kesal karena diledeki, ia justru mendorong Suyin jatuh didepanya. Sedangkan dirinya, berada diatas wanita itu.

"Kalau begitu, perlihatkan wajah ketakutanmu."

"Bisakah kau?"

"Tentu saja."

Wajah mereka semakin dekat dan dekat. Namun, ekspresi yang Wuxian inginkan bukanlah apa yang Suyin tunjukkan. Wanita itu justru terlihat sedih.

"Ada apa?"

"A-Ying. Kau yakin akan menikah denganku?"

"Kenapa tiba tiba kau menanyakan hal itu?"

"Aku hanya berpikir, kenapa kau mau menikah denganku. Seseorang yang menikah denganku, akan memiliki hidup yang panjang. Jika aku mati, begitu juga denganmu."

"Tapi jika aku mati, apa kau akan tetap hidup?"

"Aku juga akan mati. Kita terhubung satu sama lain."

Pria itu tersenyum, dan membisikkan sesuatu ditelinga calon istrinya.

"Bukan masalah untukku."

★Next★

Keesokan paginya, Suyin membuatkan sesuatu untuk Wuxian. Saat itu pula, seseorang mengetuk pintu rumahnya.

"A-Cheng.."

"Suyin? Apa yang kau lakukan disini?"

"Aku sedang membuat sarapan untuk A-Ying. Kebetulan sekali, kau bisa ikut sarapan disini."

"Dimana dia?"

"Dia masih tidur. Kau bisa membangunkannya." Suyin berlalu menyelesaikan masaknya.

Jiang Cheng masuk ke kamar Wei Wuxian, dan mendapati pria itu masih tidur dibawah selimut.

Perlahan ia mendekati telinga kakak seperguruannya itu, lalu berteriak.

"Kebakaran!!"

Tanpa pikir panjang, Wuxian bangun dan melihat kesana kemari.

"K-Kebakaran?!" kejutnya.

Namun, tak ada yang terjadi. Dan ia melihat Jiang Cheng hanya terdiam melihatnya.

"Kau mengejutkanku saja." keluhnya sambil menggaruk kepalanya.

"Aku tidak tahu, kau mulai tidur tanpa pakaian. Tunggu.. Kau tidak tidur seperti itu dihadapan Suyin bukan?"

Wei Wuxian duduk perlahan sambil memandang Jiang Cheng.

"Kau bisa bilang begitu.."

"Apa? Jangan katakan kalian--"

"Hei, sarapan sudah siap" tiba tiba Suyin muncul dan memanggil mereka berdua.

★Next★

Banyak hal terjadi setelahnya. Seperti kematian Jin Jixuan dan Jiang Yanli yang tak disengaja. Karena kematian Jin Jixuan disebabkan oleh Wen Ning.

Membuat ia dan kakaknya, Wen Qing. Merasa bersalah, dan memilih menyerahkan diri. Namun, hal itu dicegah oleh Wei Wuxian dengan beranggapan, itu adalah kesalahannya.

Wen Qing tak kehabisan cara, ia menggunakan kemampuan akupunturnya untuk membuat Wuxian tak dapat bergerak selama tiga hari.

Begitu ia bangun, Wen Qing telah menerima hukumannya dengan berubah menjadi abu. Sedangkan Wen Ning disegel.

Kejadian itu membuat Wuxian marah, hingga akhirnya tak terkendalikan. 2000 hingga 5000 orang mati dalam tragedi tersebut.

Kini Wuxian benar benar dianggap sebagai ancaman. Lan Wangji yang berniat melindunginya, terancam dihukum berat oleh klannya sendiri.

Ketika ia terbangun, Suyin duduk disebelahnya dengan wajah khawatir.

"A-Ying, kau sudah bangun?"

"Dimana aku?"

"Kau ada di Bukit Luanzang. Disini kau akan tetap aman.." jelasnya sambil menyembuhkan Wuxian.

"Wen.. Aku harus menolong mereka" ia mencoba untuk bangun, tapi dihalangi oleh Suyin.

"Jangan pergi.. Kumohon, A-Ying.. Kau bisa mati.."

"Aku tak bisa diam saja melihat mereka dihancurkan."

"Tapi kau akan membiarkan dirimu mati? A-Ying.. Jangan pergi.."

"Jika aku mati. Kau akan tetap hidup untuk mengingatku, bukan?"

Pernikahan belum terlaksanakan. Janji suci diantara mereka pun, belum terjadi. Wuxian dan Suyin belum terikat kehidupan mereka.

"Walau begitu.. Aku tak ingin kau mati!"

"Suyin, kau ingat janjimu? Untuk tidak memihak siapapun. Terlebih penjahat sepertiku."

"Itu tidak benar. Kau melakukan ini untuk kebaikan semua orang. Kau bahkan melakukan hal buruk, karena ketidaksengajaanmu."

Suyin mencoba untuk meyakinkan Wuxian. Namun, itu tidaklah berhasil.

"Kalau begitu, aku akan membantumu."

Wuxian berbalik menoleh padanya.

"Aku akan melawan dunia sekalipun, asalkan melindungimu, A-Ying.."

"Suyin.."

Pria yang dijuluki Yiling Patriarch, berjalan mendekati kekasih tercintanya. Dan memeluk wanita itu, serta membelai rambutnya.

"Terima kasih.."

Ia melepaskan pelukkannya, dan memegang lembut wajah Suyin. Tak lupa ia juga mengecup lembut bibirnya.

"Aku mencintaimu, Suyin."

"Begitu juga denganku, A-Ying.. Aku sangat mencintaimu."

Buukk..

Tubuh Suyin jatuh dalam pelukkan Wuxian. Ia memukul leher wanita itu, membuatnya tak sadarkan diri.

Wuxian menyembunyikan Suyin disebuah gua, dan menyandarkannya disana.

"Tetaplah hidup. Jiang Cheng, pasti akan menjagamu dengan baik." ujarnya seraya membelai lembut rambut wanita pujaannya, dan pergi meninggalkannya sendirian.

Peperangan besar kembali terjadi, empat klan terkemuka kembali bersatu untuk menghentikan teror yang mengerikan.

Kini lawan mereka adalah Wei Wuxian. Pria yang pernah menjadi salah satu dari mereka, yang kini mereka anggap sebagai pengkhianat.

Tak ada yang bisa membantunya. Lan Wangji tengah menjalani hukumannya di Gusu Lan. Perang itu dipimpin oleh Shidi*nya sendiri. Yang tak lain adalah Jiang Cheng.

*[Shidi : Adik seperguruan].

Banyak korban berjatuhan dalam perang itu. Namun, sekuat apapun Wei Wuxian yang mereka kenal sebagai Yiling Patriarch. Dapat dikalahkan, karena iblis yang menjadi senjatanya berbalik kepadanya sendiri.

Alhasil, tubuhnya hancur oleh kekuatan iblisnya itu. Disaat yang bersamaan, Suyin yang tersadar langsung mencari Wuxian.

Dan disanalah ia, pria berambut panjang dengan pakaian hitam merah mulai hancur perlahan oleh kekuatannya.

Suyin menyingkirkan orang orang yang menghalangi jalannya. Dan saat ia sampai tepat didepan pria itu, ia terlambat.

Seluruh Klan Wen yang tersisa disana telah lenyap. Begitu pula tubuh dari pria yang ia cintai, hancur tak tersisa kecuali suling yang ia tiup untuk mengendalikan para iblis.

Suyin mengambil suling itu, dan terjatuh ketanah. Semua klan terdiam melihatnya. Kemenangan yang manis bagi mereka, terasa menyakitkan bagi seseorang.

"A-Ying.." gumamnya.

Jiang Cheng yang saat itu juga ada disana, ingin sekali menenangkan Suyin.

"A-Ying... A-Ying... A-YIINNGGG...!!" tangisnya sambil memeluk Chen Qing.

"Suyin.." Jiang Cheng menyentuh bahu wanita itu.

Sesaat Suyin terdiam. Namun secara tiba tiba, tubuhnya melayang. Tubuhnya berbalik menghadap semua klan yang ada disana.

Kedua matanya biru menyala. Diikuti angin kencang dan suara yang menderu.

Suyin menghilang dari pandangan mereka dan hanya menyisakan kelopak mawar hitam.

Kematian Wei Wuxian dianggap sebuah berkah bagi semua klan. Beritanya hingga menggemparkan dan membuat mereka senang.

Tapi tak banyak juga yang merasa kasihan, tentang keadaan Suyin yang seharusnya menikah dengan Wei Wuxian, beberapa hari sesudah penyerangan tersebut. Jika semua tak terjadi.

Sejak saat itu, Suyin menghilang dan tak ada satupun klan yang ia kunjungi. Tak ada yang tahu, apakah wanita itu masih hidup atau memilih untuk mengakhiri hidup panjangnya.

★Next★

Sebuah malam yang cukup tenang, ditengah hutan..

Seorang pemuda tengah mengumpulkan buah berry untuk ia bawa pulang. Ditengah pekerjaannya, ia diganggu dengan suara semak semak yang ada disekitarnya.

Pemuda itu akan selalu menoleh, saat suara itu terdengar. Semakin lama, semakin kencang. Ia pun menyudahi kegiatannya. Dan membawa sekeranjang kecil buah berry.

Ia pergi meninggalkan tempat itu. Tak lama beberapa orang muncul dan melihat pemuda itu meninggalkan tempat.

"Ternyata hanya petani biasa." ujar salah seorang dari mereka.

"Tapi kenapa seorang petani berada ditengah hutan seperti ini, ditengah malam.." timpal temannya.

"Benar juga. Dia juga terlihat mencurigakan."

"Haruskah kita mengikutinya? Tapi ketua tak mengatakan hal seperti itu."

"Jika ia seorang Kultivator Iblis, dan kita bisa menangkapnya. Ketua akan bangga pada kita."

"Aku bukan seorang Kultivator Iblis"

Tanpa mereka sadari, pemuda yang tadi mereka amati kini berada diatas pohon.

"Sialan! Lagipula bagaimana kami bisa percaya kau bukan seorang Kultivator Iblis?!"

"Mudah saja.." pemuda itu turun dari atas pohon.

"Coba kalian perhatikan sepatuku."

Dengan bodohnya, tiga orang itu memperhatikan sepatu pemuda itu.

"Tak ada yang--"

Splasshh

Wajah mereka bertiga kini kotor oleh buah berry yang dilemparkan.

"Arggh... Mataku!! Bocah sialan.."

"Itu salah kalian, yang percaya pada seseorang dengan mudah." ledeknya sambil mengedipkan sebelah mata, dan menjulurkan lidahnya.

Seorang dari mereka langsung menyerang pemuda itu dengan pedangnya.

Diluar dugaan, pemuda tersebut dengan mudahnya bisa menghindari serangan tersebut.

Bak seorang penari handal. Semua serangan dapat ia hindari dengan mudah.

"Hanya itukah kemampuan kalian? Payah sekali" ledeknya.

Bzzztt..

"Ahh.." ia mendeteksi sebuah aura besar dari belakangnya. Dengan cepat pemuda itu melompat dan bertumpu pada satu tangannya untuk kembali berdiri.

"Hampir saja.."

Namun, serangan tak berhenti sampai disana. Sebuah cambuk masih saja mengarah padanya. Ia mengeluarkan pedangnya untuk menahan serangan tersebut.

"Ketua!"

"Gerakan yang bagus" puji seorang pria dengan pakaian ungu.

"Terima kasih untuk pujian Anda. Kulihat Anda adalah seorang yang hebat dan mereka adalah pengikut yang setia. Tapi apakah Anda mengajarkan sesuatu pada mereka?"

"Apa maksudmu?"

"Maaf atas kelancanganku. Tapi mereka termasuk pengikut Anda yang lain, telah merusak beberapa tanaman disini. Menangkap hewan dan sejenisnya."

"Lalu?"

"Sesuai ketentuan yang kuketahui. Itu melanggar aturan perburuan. Siapapun bisa saja terjaring oleh jaring milik Anda."

"Kau pintar dari dugaanku."

"Ibuku yang mengajarkanku."

"Sepertinya Kau memang berbakat. Apa Kau pernah berpikir menjadi seorang Kultivator?"

"Ya. Tapi Aku tidak bisa."

Pria itu kembali bertanya pada sang pemuda berpakaian hitam didepannya.

"Kenapa?"

"Aku tak bisa meninggalkan ibuku sendirian. Jadi Aku tak bisa."

"Oohh.. Ibumu tak bisa jauh darimu? Atau Kau hanya seorang anak manja?" ucapnya dengan nada merendahkan.

"Kau benar. Aku tak bisa hidup tanpa dirinya. Kalau begitu, Saya permisi." pemuda itu memberi hormat, lalu mengambil keranjang berry yang ia sembunyikan.

"Tunggu" panggil pria itu lagi.

"Siapa namamu?"

Pemuda itu hanya diam, dan mulai berbicara.

"Ibuku mengatakan untuk tidak mengatakan namaku pada seseorang yang tidak kukenal."

"Lancang sekali Dirimu. Kau tidak tahu siapa dia?!"

"Hentikan. Kau hanya akan memperburuk keadaan." tegas sang ketua klan.

"Kau bisa mengatakan nama pedangmu padaku."

"Fang Gui*. Itulah namanya." setelah mengatakan itu, ia menghilang ke hutan paling dalam.

*[Fang : Tegak dan Jujur | Gui : Dihormati/Mulia].

Pemuda itu terus berlari memasuki hutan, hingga sampai disebuah gua. Ia memasuki gua itu. Selangkah demi selangkah ia ambil.

Gua yang cukup gelap. Namun, terlihat nyaman dan sunyi. Didalam sudah ada seorang wanita yang menunggunya sejak tadi.

"Aku pulang, bu.." ujarnya.

"Aku sudah menunggumu..."

.

.

.


.

"Wei Jiao."

Bersambung

Ya.. Ini Fanfic pertama Mo Dao Zu Shi yang Rai buat. Maaf kalau emang OOC. Dan sebenarnya ini seperti hasrat yang akhirnya tersalurkan.

Rai agak bingung sama nama nama serta arti dan cara penulisannya. Itu Rai pilih dari internet. Jadi jika kalian memang paham dalam bahasa cina, dan ada yang salah. Silakan kasih tahu Rai, yang benar seperti apa.

Thanks for reading, votes, comment and follow!

Akan dilanjut setelah banyak peminatnya. Silakan tinggalkan respon seperti komentar "Lanjut" atau mau revisi typo/ kesalahan salam bahasa mandarin(cina?).

Atau votes, untuk respon mudahnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro