7. Gak baik
"Jangan datang bila hanya sekedar singgah, karena akan ada hati patah lewat sebuah sapaan berujung perasaan."
******
Shanette mengembuskan napasnya berkali-kali, mencoba menetralkan detak jantungnya. Dia juga menghapus sisa-sisa air mata yang semula jatuh membasahi pipinya akibat menangis.
Shanette turun dengan langkah pelan mencoba untuk tidak menimbulkan suara yang akan membuat papa atau mamanya tau. Ruang tamu terlihat sepi, mungkin mama dan papanya sudah beristirahat.
Shanette membuka pintu pagarnya dan mendekati Galang yang masih duduk di atas motor, lelaki itu masih sibuk berkutat dengan ponselnya dan belum menyadari kehadiran Shanette.
"Ada apa?" tanya Shanette.
Galang menyimpan ponsel ke dalam saku jaketnya, dia turun dari motor dan berdiri di hadapan Shanette.
Tanpa aba-aba Galang meraih tangan Shanette, menggulung lengan baju yang dipakai Shanette, Shanette ingin mencegah namun tidak bisa saat Galang menatapnya dengan tajam seakan ingin membunuh.
"Ini yang namanya lo gak butuh gue lagi? Ini yang lo lakuin supaya bisa ngalihin rasa sakit? Gue salut Sha. Gue kira lo beneran udah baik-baik aja, tapi kalau kayak gini? Apa masih bisa di sebut baik-baik saja? lo lebih milih lukai diri lo sendiri daripada berbagi keluh kesah sama gue? Gue ada di sini sebagai sandaran lo, lo gak usah pakai topeng pura-pura baik di depan gue, karena sekalipun lo lagi berada di kondisi terapuh. Gue bakalan tetap ada di sini buat lo, gue gak bakalan kemana-mana."
Shanette menarik tangannya dari genggaman Galang, namun hasilnya nihil karena Galang semakin mempererat genggamannya.
"Lepas, Galang," ucap Shanette.
"Sejak kapan?" tanya Galang, Shanette mengernyitkan dahinya bingung.
"Sejak kapan lo limpahin rasa sakit lo ke self injury? Lo tau, kan? Sekali udah nyoba lo bakalan sulit buat berhenti, ini sama aja kayak lo kecanduan sama narkoba. Seharusnya lo bisa pikir baik-baik Sha sebelum ngelakuin hal yang membahayakan kayak gini."
"Bukan urusan lo, gue ngelakuin ini semua buat kebaikan gue sendiri. Lo urusin aja hidup lo." Shanette lagi-lagi memberontak minta dilepaskan.
"Sha." Galang mengenggam kedua tangan Shanette "Gue ada di sini buat lo, bisa gak lo buka mata diri lo sendiri. Masih ada gue di sini, masih ada gue yang akan terus bertahan dan gak bakalan ninggalin lo sendiri, soal mama dan papa lo mungkin mereka masih kecewa, tapi mereka akan lebih sangat kecewa kalau tau lo ngelakuin hal yang gak berguna kayak sekarang. Apa self-injury bisa mengubah semuanya? Apa dengan self-injury lo jadi keterima di fakultas kedokteran? Apa dengan self-injury mama papa lo gak bakalan kecewa lagi? Lo salah besar Sha, lo udah salah langkah.
"Dengan lo kayak gini yang ada orang tua lo semakin kecewa sama lo, seharusnya yang harus lo lakuin berjuang untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya, berusaha supaya mama dan papa lo gak kecewa untuk kedua kalinya sama lo, pundak gue selalu ada buat lo bersandar, telinga gue juga masih berfungsi buat dengar semua keluh kesah lo dan tangan gue akan selalu mengenggam, menuntun lo supaya bisa keluar dari kerapuhan ini. Bisa lo hargai usaha gue? Bisa gak lo buka mata dan liat ke sekeliling bahwa masih ada orang yang benar-benar peduli dan pengen lo terus bahagia, jangan bikin orang-orang semakin kecewa Sha. Hidup lo berharga, masa depan lo masih panjang dan masih banyak kesempatan buat raih semuanya, setiap kegagalan pasti bakalan ada keberhasilan yang menunggu. Percaya sama gue Sha, jangan patah semangat kayak sekarang. Masih ada kesuksesan yang menunggu lo, lo hanya perlu bersabar dan terus optimis supaya bisa raih semua itu."
"Gak semudah itu, Lang. Lo gak pernah ngerasain gimana rasanya gak dianggap, gimana rasanya gue yang ada tapi serasa gak nyata buat mereka. Setiap gue pengen bicara mereka gak pernah mau dengar, gue sendiri sekarang, gue benar-benar merasa sendiri di saat mama dan papa gue memilih menjauh dan meninggalkan gue. Rasanya berat banget, Lang. Gue gak sanggup lagi dan dengan self-injury gue bisa limpahin rasa sakit itu. Gue sedikit lega saat darah mengalir dari bekas sayatan akibat ulah gue dan gue menikmati setiap rasa perihnya, dengan itu bikin gue tenang." Shanette kembali menitikkan air matanya.
"Stop lakuin itu! Masih ada gue di sini, kapan pun lo butuh gue bakalan selalu ada. Mau tengah malam, pagi, subuh, siang, sore gue bakalan selalu ada buat lo. Jangan pernah ragu apalagi takut gue terganggu. Gue gak masalah Sha, karena gue sendiri yang berusaha buat selalu ada buat lo. Ingat itu baik-baik," ucap Galang.
"Akan gue coba."
"Stop nyakitin diri sendiri, semua orang akan berhasil saat sudah waktunya. Lo cuma tinggal nunggu aja"
"Makasih Lang, gue beruntung kenal sama lo."
"Gue juga senang bisa kenal sama lo, gue pulang ya, gak enak kelamaan di sini karena udah malam. Istirahat yang cukup jangan ngelakuin hal nekat lagi. Selamat malam, Sha," ucap Galang seraya membelai lembut rambut Shanette.
"Hati-hati dan selamat malam kembali, Galang."
Galang hanya tersenyum lalu dia melajukan motornya meninggalkan rumah Shannete.
*****
Galang tidak langsung pulang ke rumah melainkan mampir dulu ke rumah Raskal.
Galang masuk ke rumah Raskal setelah mengucapkan salam, rumah Raskal yang selalu sepi karena mama dan papanya sibuk bekerja, Raskal anak tunggal dan sering di tinggalkan sejak dia masih SD, Raskal hanya tinggal bersama dua orang pembantu yang menyiapkan segala kebutuhannya.
Galang masuk ke kamar Raskal, lelaki itu belum sadar karena Raskal masih sibuk menatap ke arah layar monitor, hanya dengan bermain game yang sering Raskal lakukan agar tidak merasa kesepian di rumah seluas dan sedikit penghuni.
"Game mulu." Galang menoyor pelan kepala Raskal.
"Eh Lang, pulang dari mana lo? Keliatan rapi," ujar Raskal, kemudian lelaki itu mematikan komputernya dan mendekati Galang yang sedang berbaring di kasurnya.
"Habis dari rumah Shanette gue."
"Ngapain? Nanyain tentang itu?"
"Hmm, ternyata Shanette emang ngelakuin hal nekat itu. Barusan gue liat bekas sayatan di tangannya. Untung gue datang.'' Galang bangun dari posisi berbaring menjadi duduk.
"Jaman sekarang banyak yang ngelakuin self-injury terutama remaja cewek, faktornya ya kebanyakan karena masalah keluarga"
"Kalau Athena karena apa?" tanya Galang.
"Gue belum tau, besok gue coba cari informasi lagi."
"Mau gue bantu?" tanya Galang.
"Gak deh, kasus Shanette aja udah cukup buat lo pusing. Soal Athena itu urusan gue, lo gak perlu ngelibatin diri," tolak Raskal
"Apa lo takut Athena malah jadi suka gue? Makanya lo gak mau gue bantu?"
"Ya gak lah! Gue bantu Athena bukan karena suka, gue cuma pengen semua orang sadar bahwa mereka masih bisa berpikiran positif tanpa harus ngelakuin hal nekat kayak gitu. Contohnya kayak gue, gue sibukin diri dengan game supaya gue bisa lupain kalau gue gak pernah di harapkan kehadirannya."
"Orang tua lo kerja semuanya demi lo Kal, lo gak boleh salah sangka dan berpikiran buruk tentang orang tua lo sendiri."
"Iya ceramah mulu lo, capek gue dengerinnya," ucapan Raskal membuat Galang tertawa pelan.
"Itu supaya lo gak lupa bersyukur, gue penasaran sama Athena. Gue pengen ngeliat dia dari dekat, pengen tau orangnya kayak gimana dan pengen ajak dia buat ngobrol, siapa tau dia mau berbagi keluh kesah sama gue. Kan gak ada masalahnya mencoba dulu."
"Semoga aja, besok deh lo coba deketin Athena."
"Gue cuma pengen kenalan aja, gak mau rebut dia dari lo kok. Gue udah punya Shanette."
"Iyain deh, gue percaya."
"Jangan percaya sama gue, rukun iman lo bertambah entar."
"Iya deh, main game yuk. Temenin gue," ajak Raskal.
"Ayuk aja udah lama juga kita gak duel."
*****
Note: Jangan pernah coba self-injury ya! Bahaya😉
Jangan lupa vote dan bacotan kalian😊
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro