6. Perihal Keluarga
"Apa yang lebih menyakitkan? dibandingkan tidak mendapatkan kepercayaan dari orang tua sendiri.''
*****
Selepas bermain basket, Galang duduk di pinggir lapangan dengan meluruskan kakinya, di sebelahnya ada Raskal yang sedang mengelap keringatnya.
"Kenapa lagi? Masalah Shanette?" tanya Raskal seolah dapat menebak situasi.
"Hmm, dia minta supaya gue jauhin dia. Dia gak menginginkan gue ada di sisinya, mungkin dia udah sadar dan tau bahwa gadis pintar dan baik kayak dia mana cocok temenan sama gue."
"Bukan gitu, Lang. Mungkin dia gak mau terlalu merepotkan lo. Dia berpikiran luas kalau lo sekarang ini udah kelas XII. Lo perlu fokus belajar dan Shanette merasa gak enak kalau dia terus bergantung sama lo."
"Hmm, tapi dia bilang semalam kalau dia bakalan mencoba mengalihkan rasa sakitnya sendiri, dia udah menemukan cara yang tepat katanya. Apa dia punya pacar?"
"Pikiran lo hanya sebatas pacar aja, kasus dia hampir sama kayak Athena."
"Athena? Siapa? Pacar lo?" tanya Galang.
"Itu, cewek yang duduk di depan kelas XI Bahasa yang pakek sweater tosca," tunjuk Raskal dan Galang mengikuti arahan dari Raskal.
"Kenapa emangnya dia?"
"Nama dia Queen Athena, nama yang cantik kayak orangnya." Raskal tiba-tiba tersenyum sendiri
"Eh anjir malah bahas yang gak penting, maksud lo dia hampir sama kayak Shanette? Emangnya dia kenapa?"
"Athena, cewek yang harus gue jaga, sama kayak lo jagain Shanette. Gue pertama kali ngeliat dia di gudang sekolah sendiri pas pulang sekolah sehabis latihan futsal, gue kira kuntilanak karena muka dia ke tutup rambut, tapi namanya aja gue cowok pemberani dan gak percaya sama hal mistis ya udah gue deketin dia, gue kaget pas liat dia lagi senyum sedangkan tangannya udah berdarah gara-gara disayat."
"Kok ngeri sih, emang dia kayak gitu kenapa?"
"Gue gak tau pasti, gue belum sedekat itu sama dia, dia juga lumayan tertutup gak gampang bercerita kayak Shanette. Tapi karena rasa penasaran gue coba browsing di internet dan gue tau bahwa Athena udah kecanduan ngelakuin self injury. Semua itu dia lakuin untuk melimpahkan rasa sakit yang gak terlihat menjadi terlihat, gue rasa yang Shanette maksud melimpahkan rasa sakit ke hal lain adalah itu Lang, lo harus tetap di sisi Shanette sebelum dia kecanduan ngelakuin hal gila itu. Karena kalau sekali udah nyoba setiap kali merasa sakit hati atau kecewa sama dirinya sendiri, mereka bakalan mencoba untuk kedua, ketiga dan seterusnya. Karena cuma dengan itu mereka merasa tenang."
"Gila, ngeri parah. Gue yang cowok aja gak berani ngelakuin hal nekat kayak gitu."
"Orang yang udah kecanduan gak bakalan merasa sakit lagi, malahan mereka bahagia pas liat tetes demi tetes darah yang keluar dan menikmati kepedihan yang terlihat daripada harus menahan pedih yang gak bisa disembuhkan. Gue lagi berusaha supaya Athena berhenti ngelakuin hal gila kayak gitu, tapi lumayan susah karena dia gak punya temen dekat. Dia selalu sendiri."
"Berusaha Kal, lo berjuang untuk Athena dan gue berjuang untuk Shanette. Kasus kita hampir sama." Galang menepuk pundak Raskal.
****
Shanette sedari tadi duduk di kursi meja belajarnya mencari-cari contoh soal SBMPTN. Ujian penerimaan mahasiswa baru memang masih lama, namun Shanette harus mempersiapkan semuanya secara matang, dia tidak mau kembali gagal dan mengecewakan mamanya lagi.
Shanette menyimpan ponsel serta contoh soal SBMPTN tahun lalu saat adzan magrib sudah berkumandang.
Selepas shalat magrib Shanette berbaring di kasurnya sambil mencari-cari lagi contoh soal. Meskipun sangat membosankan namun dia tetap harus terbiasa, demi mama dan papanya.
Pintu kamar Shanette di ketuk, Shanette segera bangun dari posisi berbaringnya, membuka pintu dan menemukan mamanya.
"Makan."
Hanya sepatah kata yang keluar dari bibir wanita paruh baya itu sebelum meninggalkan kamarnya, Shanette hanya berusaha kuat dan mencoba terbiasa dengan keadaan yang seperti sekarang, semuanya terasa asing dan berbeda. Sangat jauh dengan suasana hangat saat dirinya masih duduk di bangku sekolah, di mana dulu selalu ada canda tawa, pembicaraan hangat, apalagi saat mamanya selalu membanggakan prestasi Shanette dan mengabuli apa saja yang diminta Shanette asalkan gadis itu bisa mempertahankan prestasinya.
Shanette tiba di ruang makan yang hening, di sana ada mama dan papanya yang sibuk menikmati makanannya masing-masing.
"Malam Mama, Papa."
Shanette kembali tersenyum miris kala kedua orang tuanya seolah tidak mendengar suaranya barusan dan tetap sibuk dengan makanannya masing-masing.
"Sampai kapan? Sampai kapan Shanette diginiin?" ujar Shanette dengan nada lemah.
"Apa Mama sama Papa gak bisa maafin Shanette? Apa Mama sama Papa gak punya sedikit aja rasa sayang sama Shanette lagi? Shanette sangat-sangat minta maaf karena sudah mengecewakan kalian. Tapi apa Papa sama Mama lupa? Kalau sudah banyak penghargaan di sekolah yang udah Shanette raih, dari bidang akademik maupun non-akademik. Tapi hanya gara-gara satu kegagalan Mama sama Papa melupakan itu semua?"
Shanette menghapus tetes demi tetes air matanya, saat orang tuanya masih tetap mengabaikan dirinya.
"Shanette harus apa? Supaya Mama sama Papa maafin Shanette? Tolong kasih tau Shanette."
"Makan, setelah itu kembali ke kamar dan teruskan belajar," ucap papanya tegas.
"Lama-lama Shanette bisa depresi kalau kayak gini terus. Kita hidup di tempat yang sama, di ruang yang sama. Tapi kenapa semuanya terasa asing? Kenapa Shanette merasa di benci sama kalian?"
"Papa sama Mama memang membenci kamu!" Papa Shanette bangun dari duduknya dan menatap tajam ke arah Shanette.
"Kamu tau? Gara-gara kegagalan kamu, Papa malu sama rekan bisnis Papa. Anak-anak mereka berhasil, sedangkan kamu? Masuk jurusan kedokteran aja gak mampu. Prestasi kamu gak ada artinya lagi kalau kamu masih gagal masuk Universitas ternama. Kamu masih terlalu bodoh dibandingkan teman-teman kamu. Ngapain aja kamu pas tes? Tidur di ruang ujian? Dasar bodoh!" Bentak papa Shanette.
Cukup sudah, perasaan Shanette sungguh sangat terluka sekarang, jangankan orang lain, papanya saja sudah membencinya saat ini.
Shanette tidak jadi makan malam, dia berlari menaiki tangga untuk kembali menuju kamarnya, dia membanting kasar pintunya dan merosot terduduk di lantai kamarnya.
Shanette berusaha untuk tidak mengeluarkan suara tangisnya, namun semakin lama rasa sakit itu semakin meradang yang membuatnya tidak sanggup lagi menahan semuanya.
Shanette membuka laci meja belajarnya, mengambil sebuah pisau yang sudah beberapa hari sengaja dia letakkan di situ.
Shanette menggulung kaos lengan panjangnya sampai ke siku, terlihat lah beberapa bekas sayatan di sana. Ada yang sudah mengering dan ada juga yang masih sedikit berdarah.
Shanette mengarahkan kembali pisau ke tangannya, ingin membentuk sebuah ukiran lagi untuk mengalihkan rasa sakit yang tidak terlihat dan tidak mampu lagi dia tahan.
Sedikit lagi pisau itu sudah menyentuh permukaan kulit Shanette, namun terhenti saat ponsel yang dia letakkan di atas meja belajarnya berdering.
Shanette meletakkan pisau itu di atas meja dan beralih mengambil ponselnya, ternyata ada sebuah pesan dari Galang.
Shanette mengucek matanya untuk memastikan bahwa dia tidak salah melihat nama dari si pengirim, setelah mengucek matanya namun tidak ada yang berubah. Pesan itu memang dari Galang.
Gue di depan gerbang rumah lo sekarang, keluar atau gue perlu ketuk pintu dulu?
Shanette melempar ponselnya ke kasur, kenapa juga lelaki itu harus datang di saat yang tidak tepat seperti sekarang.
*****
Kuy Vote&Comment
Kisah tentang Athena&Raskal akan hadir setelah cerita ini ending.
"Depresi" bakalan update setiap hari Rabu & Minggu😊
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro