5. Selamat Tinggal?
"Terkadang takdir dan harapan sering tidak sejalan, oleh karena itu aku tidak terlalu ingin berharap lebih."
****
Sesuai janji keduanya, malam ini, mereka berdua memutuskan untuk kembali bertemu di rooftop. Ini bukan permintaan Galang melainkan kemauan Shanette sendiri.
Shanette sengaja langsung meminta bertemu tanpa perlu Galang menjemputnya ke rumah, karena Shanette takut mamanya malah tidak mengizinkan pergi.
Shanette tiba di gedung itu dan melihat Galang yang duduk menghadap ke arah depan menikmati pemandangan kota yang terlihat indah dari atas gedung ini.
Sebelum memutuskan untuk menghampiri Galang, Shanette berdiri terdiam seraya menatap punggung tegap itu yang belum menyadari kehadirannya.
Setelah Shanette berpikir-pikir dia juga tidak enak jika harus menggantungkan harapannya pada Galang, Shanette sadar hidup Galang tidak hanya sebatas tentang dirinya, Galang mempunyai dunianya sendiri, keluarga, teman, dan sahabat ceweknya yang harus dijaga.
Jika Shanette terus keras kepala menahan Galang agar tidak pergi yang ada lelaki itu akan tersiksa, Shanette tidak tau apa isi hati Galang, bisa jadi selama ini lelaki itu hanya kasihan, terpaksa atau bahkan merasa jijik kala harus dekat dengan dirinya, lagian mereka berdua hanyalah dua orang asing yang di pertemukan oleh takdir. Pertemuan yang mungkin hanya sekedar perkenalan bukan untuk saling mengenggam ataupun menguatkan satu sama lain.
Shanette yakin pada dirinya sendiri, tidak ada seseorang yang benar-benar akan menetap, semua orang akan pergi, jika tidak hari ini bisa jadi besok atau lusa, bulan depan atau tahun depannya. Intinya tidak akan ada yang benar-benar bertahan sekuat apapun usaha seseorang untuk mencegah, karena yang datang akan selalu pergi. Seiring berjalan waktu dan takdir yang sudah di tetapkan.
Mulai hari ini Shanette berjanji pada dirinya sendiri, dia tidak akan terlalu berharap lebih pada orang lain, cukup memendamnya sendiri dan tidak akan merepotkan.
Berat? Jangan ditanya rasanya pasti sangat melelahkan, kembali menjadi sosok kuat di balik semua penderitaan, jika di katakan kurang bersyukur juga tidak, karena tidak ada yang benar-benar tau keadaan seseorang kecuali dirinya sendiri. Kata-kata kurang bersyukur hanya untuk sekumpulan orang yang menganggap remeh tentang kehidupan orang lain, orang-orang yang tidak tau tentang berapa berat masalah yang sedang di alami seseorang, semua orang pasti merasa bersyukur, namun ada juga fase di mana seseorang merasa lelah akan hidupnya sendiri.
Merasakan di mana dirinya sendiri tanpa ada orang lain yang bisa dijadikan tempat untuk berbagi, tidak ada yang bisa memberikan solusi, dan saat sendiri kebanyakan orang hanya melampiaskan kekecewaan dengan cara menangis, agar kembali merasa sedikit lega meskipun tidak ada yang bisa dirubah.
"Lang, maaf lama. Jalanan macet." Shanette duduk di sebelah Galang.
"Gak apa-apa tenang aja, gue gak masalah perihal menunggu, yang terpenting lo tiba di sini dengan selamat."
"Gue mau ngomong sesuatu sama lo, sesuatu yang udah gue pikirin dengan sangat baik dari beberapa hari yang lalu."
"Apa? Kok lo jadi sok misterius gini?" tanya Galang.
"Boleh gue tanya satu hal sama lo? Dan tolong jawab dengan jujur."
"Apa?"
"Apa alasan lo mau bertahan di samping gue? Padahal kita baru kenal, lo gak tau tentang gue dan gue gak tau tentang lo. Kita sama-sama dua manusia asing yang di pertemukan di satu waktu," ujar Shanette.
"Karena lo butuh seseorang buat bersandar, makanya gue pengen ada di sisi lo, bisa jadi tempat buat lo berbagi cerita tanpa harus takut akan kesendirian dan ditinggal."
"Kalau gue gak butuh?"
"Maksud lo? Kok tiba-tiba jadi aneh gini. Perasaan kemarin baik-baik aja, ada apa? Lo pengen gue menjauh?"
"Bukan, gue cuma pengen kita hanya sekedar kenal aja. Gak lebih, gue gak mau bergantung hidup sama lo. Lo punya dunia lo sendiri, lo punya teman-teman lo dan sahabat cewek lo yang harus lo jaga. Gue baik-baik aja, Lang. Gue bisa berdiri sendiri sekarang. Makasih buat waktu beberapa saat ini, gue bahagia bisa kenal lo, gue bahagia pernah ditawarkan bantuan sama orang sebaik lo, tapi gue cukup sadar diri. Lo masih harus fokus sama sekolah lo, main sama teman-teman lo bukan hanya sebatas mikirin keadaan gue. Tenang aja, Lang. Gue gak bakalan bunuh diri lagi, gue udah tau solusi yang tepat untuk mengalihkan rasa sakit gue, kita masih bisa berteman, ketemuan tapi gak sesering sekarang."
"Kalau gue mau dunia gue hanya terfokus sama lo gimana?" Galang menatap dengan pandangan sendu.
"Jangan, Lang, gue gak mau ngerepotin lo. Kalau pun lo mau, anggap aja kita gak pernah ketemu. Lo gak pernah kenal sama gue dan gue juga bakal lupain lo," ucap Shanette.
"Lo kira segampang itu Shanette? Sorry gue gak bisa. Gue udah suka sama lo sejak pertama kali ketemu, lo udah bikin dunia gue hanya terpusat sama lo."
"Jangan suka gue, Lang. Gue gak pantas disukai sama cowok sebaik lo, dan gue cuma mau kasih tau satu hal sama lo, gue tau ini terkesan sangat egois. Tapi gue suka sama cowok lain, cowok yang gue taksir sejak SMA. Nama dia Kavin, gue udah jatuh cinta sama dia sejak kelas XI, maaf karena gue baru kasih tau sekarang dan kayaknya gue gak bakal pernah bisa suka sama lo. Lo bisa membenci gue, gue emang jahat."
Galang hanya duduk terdiam dan pandangan tertuju ke arah Shanette.
"Makasih Lang udah mau menawarkan bantuan yang bisa bikin gue jadi kuat lagi kayak sekarang, gue pulang dulu soalnya gue cuma dikasih izin keluar sebentar sama mama."
Galang hanya terdiam tanpa bergerak sedikit pun saat melihat Shanette perlahan-lahan hilang dari pandangannya, Galang mengacak-acak rambutnya kesal dan berteriak dengan suara lantang untuk meluapkan emosinya, jika malam ini mereka tidak bertemu pasti hal barusan tidak terjadi, penyesalan memang selalu datang terlambat.
Shanette yang sudah berada di dalam taksi sedari tadi tidak henti menghapus air mata yang membasahi pipinya, Shanette sadar kalau dia sudah membuat Galang terluka, Shanette seharusnya sadar bahwa dia tidak perlu mengatakan hal itu pada Galang yang semakin melukai Galang pastinya, namun mau bagaimana lagi. Hanya dengan itu Galang akan membencinya, dengan cara itu juga Galang akan menjauh dan takkan pernah lagi hadir untuk sekedar menyapa, Shanette tau dia pasti akan sangat merindukan sosok tengil yang selalu datang hanya untuk sekedar mengucap "Hai".
Shanette sama sekali tidak menyesal pernah di pertemukan dengan lelaki tengil bernama Galang Abiputra, lelaki yang begitu baik yang mau bertahan di samping gadis yang mendekati depresi seperti dirinya. Namun seperti yang Shanette katakan sebelumnya, tidak ada yang bisa diharapkan dari seseorang, setiap yang datang akan pergi. Jadi daripada harus merasakan sakit yang luar biasa saat Galang akan pergi nanti, ya lebih baik seperti ini, melepaskan Galang sebelum rasa nyaman itu datang dan akan membuatnya merasa sulit saat harus melepaskan.
****
Sorry lama
Note:
Aku cuma mau kasih tau, mungkin ini jadi part terakhir yang aku update, aku gak tau bakalan tetap lanjut atau gak karena satu hal yang gak perlu kalian tau, bisa jadi aku bakalan unpublish cerita ini. Doakan saja yang terbaik.
Intinya aku lagi ada di fase yang sulit di jelaskan, bukan hanya cerita ini. Bisa jadi cerita lain juga gak bakalan aku update, doakan saja semoga aku cepat sembuh😊
Terima kasih
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro