Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

32. Lo banci

"Aku mencintaimu pada hari-hari yang telah lalu.
Aku mencintaimu sebelum kau meninggalkanku.
Aku mencintaimu, seandainya kau tidak memutuskan untuk pergi dihari itu.
Dan kini, aku masih mencintaimu, pada angan semu yang terasa halu."

****

"Minggir, gue mau pulang. "

"Gak. Lo harus ikut gue."

"Gue injek ni kaki lo."

"Injek aja, rasanya gak bakal sesakit liat lo sama cowok lain."

"Dasar bucin. Mau lo apa sih? Kemarin bertingkah seolah gak saling kenal. Terus sekarang malah nahan gue di sini berdua sama lo? Gue benar-benar gak ngerti sama pemikiran lo."


"Karena itu, coba pahami gue."

"Apa mau lo?"

Galang tersenyum lega. "Ikut gue, untuk hari ini."

"Basi, untuk hari ini. Besoknya juga bakalan ngomong kayak gitu, gue udah hafal modus lo."

"Gue serius, untuk hari ini."

"Gue gak ada waktu."

"Please."

Galang menunjukkan wajah memelasnya, jelas saja Shanette merasa tidak tega melihatnya.

"Oke, untuk hari ini."

****

Galang melepaskan tautan tangannya, "Ngapain lo ajak gue ke sini?" tanya Shanette saat mereka berdua sudah sampai di pantai.

"Gue mau kita di sini sampai sore. Untuk hari ini, anggap aja kita seperti dulu, sebelum berjauhan kayak sekarang. Bisa kan?"

"Gue coba."

"Ayuk." Galang meraih tangan Shanette untuk digenggam.

"Galang, ngapain sih? Gak usah kayak bocah deh."

"Kita buat istana pasir."

Shanette duduk di pasir, mulai ikut membangun istana itu. "Gue gak pernah buat yang kayak gini sebelumnya." Shanette menghentikan gerakan tangannya, pandangannya menatap laut yang terhampar indah.

"Masa kecil gue hanya sebatas belajar dan bisa menjadi juara kelas. Monoton emang, tapi anak kecil gak bisa apa-apa, di saat teman gue asik main petak umpet, gue fokus hafalin perkalian. Saat liburan mereka pulang kampung dan bertemu sanak saudaranya, gue malah bimbel tambahan supaya gak lupa sama materi. Gue baru ingat sekarang, kehidupan gue memang menyedihkan."

"Gak perlu lo ingat lagi, sekarang lo udah bebas, gak tiap waktu harus belajar, selama nilai masih bisa dipertahankan."

"Setelah gue bertemu dengan Kavin, gue merasa bersyukur banget sama tuhan." Shanette lanjut bercerita, "Kehadiran Kavin bikin hidup gue sedikit bebas, dia sering ajakin gue buat belajar di luar sekaligus main, mama memang mempercayai dia, karena Kavin cowok pintar tapi hidupnya gak monoton."

"Sha."

"Hmm."

"Tolong jangan bahas orang lain, selain kita berdua."

"Maaf."

"Iya gak apa-apa, kita naik kapal yuk."

"Kapal? Emang ada?"

"Kapal kecil-kecilan, bukan kayak titanic."

"Gue takut."

"Ada gue," kata Galang dan Shanette tidak bisa membantah lagi.

Selama berada di kapal, Shanette sebisa mungkin menikmatinya, selama hampir 19 tahun dia merasakan kehidupan, baru kali ini Shanette berada di kapal.

"Lo suka?"

"Sebisa mungkin gue menyukainya, faktanya gue takut."

Galang terkekeh pelan, "Seandainya waktu bisa diberhentikan, gue pengen lakuin itu Sha."

"Tujuan kita senang-senang gak usah melow dulu, merusak suasana tau gak."

"Lo udah beda sekarang ya, beda banget."

"Apanya yang beda?" tanya Shanette.

"Lebih dewasa, dan tambah cantik."

"Gombalan lo receh."

"Gue suka, lihat pipi lo merah kayak sekarang." Shanette menepis tangan Galang yang hampir menyentuh pipinya.

"Gue cinta sama lo, sampai detik ini."

"Maaf, karena gue gak mencintai lo lagi."

"Oh ya, kasih gue bukti."

"Bukti apa?"

"Bukti kalau lo emang gak mencintai gue lagi."

"Galang, kita mau ke mana?"

Galang memposisikan Shanette berhadapan langsung dengannya, keduanya berdiri di pembatas kapal, sedikit saja bergeser maka akan langsung jatuh ke dalam lautan.

"Galang gue takut di sini."

"Setelah lo jawab pertanyaan gue, kita balik ke tempat tadi."

Galang menangkup wajah Shanette, dalam jarak sedekat ini Galang kembali menganggumi Shanette.

"Tatap mata gue, dan katakan dengan tegas. Bahwa lo emang gak mencintai gue lagi Sha."

"Lang, gue takut."

"Jawab Sha."

"Lang."

"Gue butuh jawaban yang pasti, agar gue ikhlas melepaskan lo dengan alasan, bahwa cinta gue memang bertepuk sebelah tangan."

"Lang."

"Ucapkan dengan tegas."

"Gue gak mencintai lo lagi."

"Gue gak dengar lo ngomong apa, yang kencang. Supaya langit, awan, lautan serta angin mendengarkan ucapan lo."

Shanette mengadahkan kepalanya, menatap langsung ke dalam manik mata Galang. "Gue, gak cinta sama lo lagi, bahkan kata benci masih terdengar sangat spesial untuk banci kayak lo. Sadar gak?" teriak Shanette.

"Setelah lo kasih harapan, membuat gue melayang setinggi-tingginya, dan berjanji gak bakalan tinggalin gue. Nyatanya apa? Lo melakukan semuanya, mengkhianati janji lo sendiri. Lo itu BANCI Galang Abiputra.

"Gue gak nyangka lo bakalan sejahat itu, menipu gue dengan mengatakan bahwa impian lo bisa masuk UI. Tapi nyatanya apa?" Shanette mendorong dada Galang.

"Lo kira itu lucu? Gue benci manusia munafik kayak lo, semua hal buruk ada di diri lo Lang. Lantas bagian mana yang harus gue sukai? Gak ada kan? Lo aja selalu menganggap diri lo buruk, itu artinya bagus. Karena masih bisa sadar diri."


Galang tetap diam, membiarkan Shanette mengeluarkan seluruh rasa kebencian untuk dirinya.
"Mungkin sebelumnya lo mengenal gue sebagai cewek yang bisa menghilangkan rasa benci kepada seseorang setelah menangis, tapi sekarang. Menaruh dendam kepada lo menjadi hal terbaik dan gue puas, menjadi orang yang baik sama sekali tidak menyenangkan, dan gue menyadarinya sekarang. Jadi, jangan terlalu percaya diri kalau gue masih mencintai lo. Gak usah halu."

Setelah puas mengutarakan semuanya, Shanette berbalik badan hendak meninggalkan Galang, namun yang dilakukan lelaki itu membuatnya melotot dan berlari mendekat.
"Galang."

Shanette terlambat, lelaki itu sudah duluan menjatuhkan dirinya ke tengah lautan.

"Tolong, tolong, tolong."

"Kenapa mbak?"

"Tolongin teman saya, dia jatuh ke laut."

Orang-orang yang ada di situ langsung ikut menyebur ke lautan untuk menyelamatkan Galang yang hampir tenggelam.

Tubuh Galang dibaringkan di lantai kapal. Shanette segera meletakkan kepala Galang di pahanya.

"Tolong jangan kenapa-kenapa. Karena kalau itu sampai terjadi, gue akan sangat merasa bersalah Lang."

***

Part-part mau ending.

Jangan lupa vote dan komen.

Setelah cerita ini tamat, bakalan ada kisah Raskal dan Athena. Dua manusia keras kepala, yang dipertemukan dalam satu waktu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro