Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

29. Bohong

"Apa benar, bahwa cerita kita sudah usai?"

*****

Shanette kembali  pada rutinitasnya, kembali bersikap normal seperti saat dia belum kembali. Shanette harus fokus, ujian akhir hanya tinggal beberapa hari lagi. Semester dua sudah hampir terlewati.


Shanette sudah sebisa mungkin melupakan kejadian beberapa hari yang lalu, masa yang kelam dan tidak baik untuk diingat.

"Gimana Sha? Semester 3 kita jadi sekelas ya," ujar Raskal, keduanya sedang berada di perpustakaan saat ini.

"Kalau IPK lo mencapai target yang  gue tentukan, kita bakalan sekelas Kal. Jadi belajar yang rajin, jangan asik pacaran sama Athena."

"Hmm, kita lagi break, dia fokus ujian, begitu juga gue."

Shanette yang semula tidak memerhatikan Raskal, kini sedikit kaget melihat bagian pipinya yang sedikit membiru. "Dipukul sama bokap lagi?"

"Lo udah tau jawabannya."

"Kenapa, lo ngelawan lagi?"

"Gue pulang larut, dan bokap kebetulan ada di rumah. Dia mengira bahwa selama ini kerjaan gue cuma keluyuran gak jelas."

"Makanya jangan suka keluyuran, mampus kan lo."

Raskal mencubit hidung Shanette, "Gitu banget lo."

"Hahahah."

"Ponsel lo bunyi," ujar Raskal.

Shanette mengecek ponselnya, ada satu pesan dari seseorang yang membuat jantungnya kembali berdebar.

Temui gue di gedung bersejarah kita. Gue mau semuanya selesai Sha. Gue pengen ngobrol sama lo seperti dulu dan jelasin semuanya.
P

lease, untuk satu permintaan. Tolong datang, gue bakalan nunggu.

Galang.

"Kenapa, Sha?"

Shanette memperlihatkan layar ponselnya pada Raskal.

"Temui dia Sha, setidaknya melupakan akan terasa mudah. Jika lo sudah memaafkan dia."

"Gue gak sanggup."

"Percaya sama gue, lo kuat. Shanette selalu kuat, kapan lo pernah lemah, semua hal pasti bisa terlewati Shanette."

"Jadi gue harus datang?"

"Iya."

****

Shanette sudah tiba di atap gedung, Galang masih berdiri dengan posisi menghadap ke depan.

"Makasih, karena lo udah datang."

Shanette melihat senyuman Galang, tapi ada yang berbeda. Wajah lelaki itu terlihat kelelahan dan kurang tidur.

"Dulu, saat lo merasa gagal dan sendiri di dunia ini, gue datang dan menawarkan dunia gue supaya lo bisa kuat. Tapi kalau sekarang gue minta hal seperti itu sama lo, apa bakalan lo kabulin Sha?"

"Gue gak bermaksud minta imbalan, tapi gue cuma gak pengen sendiri. Gue kacau, hancur, gak punya niat sama sekali buat raih semua rancangan masa depan gue."

"Gue gak apa-apa, kalau lo cuma diem aja. Tapi tolong dengerin semua cerita gue Sha."

"Tapi, saat gue belum mulai. Gue mau tanya sama lo, apa kabar?"

Hanya dua kata, tapi Shanette mendapatkan reaksi berlebihan. "Seperti yang lo lihat, gue lebih baik dibandingkan lo.

"Lo stress, sampai kurang tidur kayak gini. Muka lo kacau banget tau gak sekarang, tujuan lo pulang ke sini apa? Mau nyakitin diri sendiri? Gak guna."

Galang tersenyum tipis, mendengar rentetan kalimat khawatir Shanette.

"Gue kangen sama lo."

"Gue enggak," jawab Shanette cepat.

"Seandainya gue tetap di sini saat itu, pasti kejadian ini gak bakalan terjadi, gue bego Sha. Sampai akhirnya kehilangan lo kayak sekarang."

"Gak usah bahas tentang semua hal yang udah berlalu, hidup lo akan terus maju ke depan. Bukan mundur ke belakang, mungkin takdir lo emang sama Reta makanya ini semua terjadi."

"Tapi gue beneran dijebak Sha, tolong dengerin cerita gue."

"Gue gak punya waktu banyak, silahkan mulai cerita lo."

"Oke."

"Awal semester dua gue dia Amerika, ada satu teman gue yang ulang tahun. Namanya Steven, dia adain acara di hotel yang bisa dibilang sangat mewah, karena gue merupakan teman dekat dan kita sekelas, yaudah gue ikut ke acara itu."

"Hmm, lo tau sendiri kan? Kalau setiap acara kayak begitu, pasti ada pesta alkoholnya. Jujur, gue minumnya kebanyakan sampai mabuk, setelah gue mabuk. Gue gak sadar lagi Sha, pas bangun. Gue udah ada di apartemen, dan Reta di sebelah gue. Tapi, gue berani bersumpah gak ngelakuin apa-apa Sha."

"Lo udah kelewat mabuk, wajar kalau gak ingat."

"Sumpah Sha, dan anehnya lagi cctv yang ada di kamar gue juga mati."

"Lo udah pastiin, kalau Reta benar-benar hamil."

"Belum sih, soalnya dia tiba-tiba datang ke gue, dan bilang kalau dia hamil."

"Bego." Umpat Shanette pelan, "Lo bisa percaya gitu aja, tanpa minta buktinya dulu? Otak lo kemana Lang?"

"Gue panik Sha, dia juga udah duluan kasih tau mama sama papa gue karena itu gue sampai lupa."

"Kalau Reta cuma pura-pura hamil gimana? Kalau dia cuma bohong gimana?"

"Jadi, gue harus apa Sha?" tanya Galang, sedikit menemukan jalan.

"Ajak dia ke dokter, semisal cek kandungan gitu."

"Oke, kenapa gue sampai melupakan hal penting kayak gitu."

"Gue kira lo ke sana makin pintar, ternyata sama aja ya."

Galang sama sekali tidak tersindir, yang terpenting Shanette masih mau berbicara dengannya.

****

Seperti saran yang dikatakan oleh Shanette, malam harinya Galang mengajak Reta ke rumah sakit. Gadis itu terlihat antusias.

Selama menunggu, Galang tidak henti-hentinya berdoa kalau Reta memang tidak hamil, melainkan gadis itu hanya pura-pura saja.

Dokter yang baru saja mengecek keadaan Reta tersenyum, "Bayinya semakin sehat."

"Jadi, dia beneran hamil, Dok?" tanya Galang memastikan.

"Iya, hampir 3 bulan. Kenapa anda seperti tidak yakin, belum siap menjadi seorang papa anak muda?" tanya Dokter itu sedikit bercanda.

"Lang, kamu masih belum percaya? Aku beneran hamil anak kamu."

Galang seolah tuli, dia berlari meninggalkan Reta yang berulang kali memanggil namanya.

****

Galang mengetuk pintu berwarna putih itu berulang kali, dia langsung memeluk Shanette saat gadis itu baru saja membuka pintu untuknya.

"Maaf Sha, maafin gue. Tapi gue benar-benar gak salah, gue yakin kalau itu bukan anak gue. Tolong kasih gue waktu, buat buktiin semuanya sama lo."

"Galang lepasin."

"Gak mau, lo pasti bakalan tinggalin gue. Tolong kasih gue waktu Sha."

"Lepasin gue, atau gue benar-benar gak mau maafin lo."

Galang melepaskan pelukan itu.
"Jadi benar kalau Reta hamil?"

"Iya, tapi gue yakin itu bukan anak gue Sha."

"Selamat, sebentar lagi lo jadi seorang ayah. Gue ikut senang."

"Gak, tolong katakan sama gue. Kalau saat ini lo lagi terluka Sha. Katakan sama gue kalau lo bakalan bantu gue buat nyari jalan keluar ini semua, tolong bilang sama gue. Kalau lo bakalan selalu ada di sisi gue, tolong katakan Sha, kalau bahagia lo cuma sama gue. Please, dengan begitu. Gue akan kembali berjuang."

"Bahagia gue bukan sama lo."

"Lo bohong, stop pura-puranya. Gue tau lo lagi gak baik-baik aja Sha."

"Gue baik-baik aja Galang, gue bisa bahagia meskipun bukan sama lo."

"Gue gak percaya."

"Gue bakalan ke acara pertunangan lo, menyaksikan semuanya. Tenang, gue bakalan ikut bahagia, karena lo memang gak pernah menjadi sesuatu hal yang berarti yang mesti gue tangisin. Lo gak penting Lang, jangan terlalu percaya diri."

Shanette menutup pintunya secara kasar.

"Sha, gue tetap bakalan berjuang buat lo." Teriak Galang dari luar rumah, setelah itu Shanette dapat mendengar suara motor yang sudah melaju meninggalkan rumahnya.

"Bohong, kalau gue bisa baik-baik aja tanpa lo Lang, tolong jangan percaya sama kalimat gue tadi. Gue gak baik-baik aja."

****

Ayuk vote dan komen lagi😊

Happy or Sad?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro