Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

25. Galang pasti bangga

"Perlahan-lahan aku terbiasa. Kehadiranmu tidak pernah lagi menjadi hal yang aku tunggu."

****

Shanette tersenyum lebar kala melihat penampilan dirinya saat ini. Kemeja putih dimasukkan ke dalam rok hitam sebatas lututnya. Dia benar-benar akan mengikuti ospek selama empat hari ke depan.

Lagi-lagi senyumnya kian melebar, saat mama dan papa menunggu kehadirannya.

"Gak nyangka Sha, akhirnya kamu benar-benar keterima di UI."

"Papa senang melihat kamu yang bahagia kayak sekarang."

"Ya udah, langsung makan aja. Nanti kamu terlambat."

Rasa hangat dari kekeluargaan membuat Shanette mulai melupakan Galang, dia bahkan tidak pernah menangisi lelaki itu, karena Galang memang tidak akan kembali.

Shanette menikmati sarapan paginya, setelah sarapan dia menyalami mamanya.

Sudah lama juga Shanette tidak pernah satu mobil dengan papanya. Terakhir kali Shanette diantar ialah saat melihat pengumuman kelulusan, dan hari ini dia kembali diantarkan oleh papanya.

Shanette turun dari mobilnya, dia melihat Raskal yang berada di parkiran, lelaki itu terlihat sibuk dengan ponselnya. Shanette tau, pasti Raskal sedang menanyakan keberadaannya.

Shanette melangkah secara perlahan, menepuk bahu Raskal. Membuat lelaki itu sedikit kaget.

"Untung gue gak punya penyakit jantung, Sha."

"Titania mana?"

"Udah duluan ke lapangan katanya, biasa. Pacar posesifnya gak mau liat Titania dekat sama cowok lain, termasuk gue."

"Ya udah gak usah curhat. Kita langsung masuk aja."

"Gandeng dong," ucap Raskal.

"Lo mau kita di sidang, di hari pertama ospek?"

Raskal tertawa, kemudian mereka berdua melangkah beriringan.

Shanette kebetulan satu kelompok dengan Raskal, keduanya duduk bersebelahan dan mendengar arahan dari senior.

Shanette mencatat beberapa poin penting yang tidak boleh dilanggar selama ospek.

"Kavin daritadi liatin lo tuh." Bisik Raskal.

Shanette mengetahui itu sejak awal, hanya saja dia bersikap seolah tidak tau.

"Kok lo cuekin? Kan teman?"

"Gue belum cerita satu hal sama lo ya?"

"Soal Kavin?" tanya Raskal, membuat Shanette mengangguk.

"Kenapa?"

"Dia seolah mau ngatur hidup gue, ngedeketin mama dan papa supaya mereka juga setuju, kalau selama kuliah gue bakalan diawasi sama Kavin, dan gak boleh dekat sama cowok mana pun. "

"Termasuk gue?"

"Kalau lo merasa cowok, berarti gue juga harus jauh-jauh dari lo."

"Gue cowok sejati kali Sha, terus mama lo setuju?"

"Mama masih ragu, karena gue menolak itu."

"Iya, dia seolah udah kayak suami lo aja. Padahal cuma teman."

"Yang di belakang? Maju."

Shanette tau mata senior mengarah kepada dirinya dan Raskal, terpaksa Shanette harus bangun dan semua mahasiswa baru menatap ke arah mereka berdua sambil berbisik-bisik.

Dasar anak alay.

"Kalau mau pacaran, jangan di sini."

"Kita gak pacaran, Kak."

"Berani membantah kamu?" tanya senior itu pada Shanette.

"Saya tidak membantah, hanya mengatakan kebenaran. seperti sumpah mahasiswa, bahwa tidak akan ada bahasa kebohongan. Jadi saya sudah jujur, Kak."

"Kamu mahasiswa baru, tapi berlagak udah tau semua hal di kampus."

"Saya tidak mengatakan demikian Kak, hanya saja cara Kakak berpikir dan menyalahkan saya, itu sama sekali tidak termasuk dalam hal keadilan."

"Nama lo siapa?"

"Shanette Ambaswra, mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Manajemen," ucap Shanette tanpa rasa takut.

"Kalau lo?"

"Raskal Alvano, mahasiswa manajemen."

"Kalian berdua sudah membuat jurusan malu, apa kalian sadar?"

"Apa kita berbuat mesum? Sehingga harus merasa malu, maaf Kak. Saya sama sekali tidak melakukan kesalahan, kami memang berbicara tapi bukan pacaran di area kampus saat ospek."

"Sok suci, enaknya kita apain nih?"

Semua mahasiswa baru mulai memberikan pendapat, Shanette muak jika harus terjebak disuasana seperti ini, di mana semua orang menganggap bahwa dirinya paling benar.

Kavin yang sedari tadi berdiri di ujung lapangan, sekarang mulai mendekat.

"Dia gak salah, mereka gak pacaran."

"Tapi ngobrol dibarisan, itu juga kesalahan."

"Yang ajak Shanette ngobrol itu Raskal, jadi dia yang harus dihukum sendiri, bukan malah melibatkan Shanette."

Enak aja ini manusia egois.

Raskal mendumel dalam hatinya.

"Maaf Kak, tapi kalau saya tidak mendengar Raskal. Pasti lelaki ini tidak lagi berbicara, jadi sudah jelas. Kalau yang salah memang kami berdua."

"Shanette, gue udah bela lo ya," ucap Kavin pelan.

"Gue gak perlu pembelaan lo, kalau Raskal yang harus dihukum sendirian. Jadi senior coba bersikap adil. Jangan sok berkuasa karena jabatan kalian lebih tinggi dari kami, padahal nyatanya hanya perihal umur yang membedakan. Selebihnya semua sama."

Senior tadi melongo mendengar penuturan Shanette yang sudah sangat berani.

"Lo berdua gue hukum bersihkan toilet."

"Ini bukan SMA, apa gak ada hukuman yang lebih menarik?" ucap Raskal menantang.

Senior itu terlihat kesal. "Duduk."

"Apa Kak?" tanya Raskal pura-pura tidak mendengar.

"Duduk, sebelum gue berubah pikiran."

Shanette dan Raskal  saling melempar senyum, keduanya kembali duduk di tempat semula.

"Gitu cara lawan senior, Sha," ujar Raskal.

"Udah,  jangan berisik. Lo mau maju ke depan lagi?"

"Mereka gak bakalan berani."

Shanette tidak lagi mendengar ucapan Raskal, dia kembali fokus mendengar senior yang sedang memberitahukan informasi.

Raskal memperhatikan Shanette, dia mengulum senyum agar tidak terlihat oleh siapa pun. "Galang pasti bangga sama lo Sha," ucap Raskal dalam hati.

****

ayuk Vote dan komen lagi.

Endingnya masih lumayan lama lah.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro