Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

22. Melupakan

Melupakanmu aku rasa itu akan menjadi suatu hal yang teramat sulit untuk aku lakukan."

****

"Sha."

"Sha."

"Shanette."

"Shanette." Kavin menggoyangkan tubuh Shanette, membuat gadis itu kembali ke alam sadarnya.

"Kenapa, Vin?"

"Lo kenapa sih? Kok bengong aja. Dari tadi gue udah manggil padahal, lagi ada masalah apa? Coba cerita sama gue."

"Gak ada kok, gue cuma merasa bosan di rumah. Udah dua minggu gue gak kemana-mana, pulang dari rumah sakit cuma berdiam diri di rumah."

"Gimana kalau kita jalan-jalan, supaya lo gak bosan?" Ajak Kavin.

"Mama gak bakalan izinin pasti, gue mesti istirahat."

"Siapa bilang? Tadi mama lo yang nyuruh gue ke sini, buat ajak lo jalan-jalan biar gak bosan."

"Lo gak bohong?"

"Apa perlu gue telepon mama lo buat memastikan?" tanya Kavin.

"Eh gak usah." Shanette mencegah tangan Kavin yang hendak mengambil ponsel di meja, dia sudah sangat paham. Bahwa mama dan papanya sangat menyukai Kavin.

"Yaudah sana siap-siap, gak pakek lama ya."

"Iya, bawel banget."

*****

Keduanya berjalan berkeliling mall, bermain game sepuas mungkin, berbelanja, dan menonton.

Shanette tersenyum lebar sejak tadi, dia sedikit bisa melupakan masalahnya.

Perlahan senyuman itu hilang, saat Shanette bertatapan dengan seseorang yang sangat tidak ingin dia temui.

Di sana Galang sedang bersama Reta, keduanya terlihat saling melempar senyum. Meskipun Galang sudah mengetahui kehadiran Shanette.
"Jadi makan kan, Sha?"

"Jadi kok Vin, gue udah laper banget."

Shanette menggandeng tangan Kavin, dan memutuskan pandangannya ke arah Galang, sebisa mungkin Shanette harus terbiasa hidup tanpa kehadiran Galang. Shanette yakin, dia akan baik-baik saja.

Galang yang melihat Shanette pergi berdua dengan Kavin, ada sedikit rasa sakit yang menjalar.

Tapi dia cukup sadar diri, dia bukan siapa-siapa Shanette. Melainkan hanya seorang lelaki yang telah menyakiti hati gadis itu.

"Galang bagus gak?"

"Bagus."

"Kalau yang ini?"

"Bagus."

"Gimana kamu bisa bilang bagus, kamu aja gak liat apa yang aku tunjukkin."

Galang menghempaskan tangan Reta kasar, lalu menatap Reta tajam. "Lo udah mau gue temenin bukannya berterima kasih, tapi malah negelunjak kayak sekarang. Terserah lo mau beli apa aja, gue gak peduli."

"Galang."

Galang melangkahkan kakinya cepat, dia sudah muak jika harus berdekatan setiap harinya dengan Reta.

Galang memilih masuk ke toilet, membasuh wajahnya agar bisa berpikir jernih.

Setelah mengembuskan napas dalam-dalam, dia keluar dari toilet dan menabrak Shanette yang hendak masuk ke toilet cewek. "Sorry gue gak liat."

"Hmm."

Shanette kembali berjalan, dan Galang mengejar langkah gadis itu.

"Harus ya bersikap kayak orang asing gini?" Pertanyaan bodoh itu keluar begitu saja, karena Galang tidak sanggup melihat Shanette menjauhinya seperti ini.

"Emang kita kenal? Salah orang kali lo."

Jawaban Shanette sukses menampar Galang melalui tangan tak kasat mata.

"Shanette, gue gak suka lo yang kayak gini."

Shanette diam, seolah tidak mendengar.

"Shanette." Bentakan itu sukses membuat Shanette sedikit gemetar, namun gadis itu berusaha tetap bersikap normal.

"Apa ada yang salah tuan Galang? Bukannya ini yang lo mau? Gue lagi berusaha melupakan segala hal yang bikin gue sakit, dan sekarang. Lo seolah gak berdosa dan meminta gue agar menjadi Shanette seperti biasanya, hello! Dunia gak selucu itu kali."

"Kita masih bisa temenan Shanette."

"Teman macam apa yang rela meninggalkan temannya sendiri?"

Galang sukses terdiam dengan jawaban sarkas Shanette, "itu mimpi gue--."

"Iya, gue paham. Apa gue pernah melarang lo buat mengejar mimpi itu? Gak kan."

"Gue pengen kita baik-baik aja."

"Apa setelah perpisahan kemarin malam semuanya bakalan baik-baik aja."

"Gue cuma pengen kita saling nyapa, apa itu gak bisa?" Suara Galang kembali meninggi.

"Gue gak bisa sebahagia lo Lang, mungkin nanti setelah lo di sana. Lo bakalan dengan mudah melupakan gue, melupakan semuanya yang pernah terjadi, melupakan semua janji bahagia yang pernah terucap, tapi lagi-lagi sayangnya gue bukan lo Lang! Gue gak bisa baik-baik aja setelah penyemangat gue pergi. Jadi biarin gue melupakan lo, jangan pernah muncul lagi, biarin gue terbiasa sendirian. Gue gak mau ini makin sulit."

Galang menyerah, "Gue minta maaf Shanette, maaf karena gue udah membuat lo terluka sedalam ini. Gue bakalan menjauh, tapi dengan satu syarat."

"Apa?"

"Pastikan lo selalu bahagia, bukan sekadar baik-baik saja, apa lo bisa menjanjikan hal itu?"

Shanette meremas ujung kaosnya, dia tidak berani lagi menatap Galang, dia tidak mau Galang sampai tau bahwa sekarang dia menangis.

"Jangan nangis, gue cuma mau liat lo bahagia, bisa kan?"

"Iya."

Galang mendekat, menarik gadis itu ke dalam pelukannya membuat tangis Shanette semakin menjadi-jadi.

Galang tidak peduli, jika saat ini dia dan Shanette menjadi pusat perhatian.

"Gue mau lo baik-baik aja Sha, jangan terluka lagi."

Shanette membalas pelukan itu, melimpahkan segala rasa sakitnya melalui tangisan.

"Seminggu lagi gue pergi. Kita benar-benar gak bakalan ketemu lagi, gue gak bakalan pernah datang lagi ke kehidupan lo. Dan kisah kita benar-benar selesai."

Kenapa Galang harus mengatakannya sekarang, di saat Shanette sudah sangat terluka begitu hebatnya.

*****

Double update kan

Vote lagi dong.

Apa Galang benar-benar pergi?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro