Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

21. Apa Kabar?

"Aku selalu bilang, pundakku selalu tersandar buat kamu, silahkan nangis. Aku siap dengerin semua keluh kesah kamu, bukan cuma kamu yang hancur sendirian kayak sekarang."

****

"Gimana keadaan Shanette?" tanya Galang saat Raskal duduk menemaninya di balkon rumah.

"Dia semakin membaik, baru kali ini gue liat lo gak punya nyali kayak sekarang Lang."

"Yang nentang gue orang tua Shanette Kal, jadi gue pasti bakalan kalah sama mereka."

"Dan lo nyerah begitu aja, tanpa ada niat buat berjuang?"

Galang mengembuskan asap rokok ke udara, tatapannya sayu dan kelihatan seperti orang kekurangan tidur.

"Udah lama gue gak liat lo sekacau ini Lang."

"Udah lama juga gue gak merasa sekacau ini."

"Temuin Shanette, gue gak tega liat dia tiap hari nelpon gue buat nanyain kabar lo."

"Gue belum siap buat nyakitin dia lebih dalam lagi, apalagi sampai dia tau fakta gue menjauhi dia karena apa.

"Kalau Shanette tanyain kabar gue, bilang aja gue baik-baik aja. Cuma harus fokus sama ujian, makanya nomor gue gak aktif."

"Dengan cara kayak gini Shanette malah tambah sakit, Lang. Lo menjauhi dia secara tiba-tiba dan Shanette gak tau apa-apa."

Galang terdiam, kembali mengembuskan asap rokoknya.

Bagaimana mungkin dalam keadaan seperti sekarang dia harus menemui Shanette.

****

Galang menaikkan tudung hoodie hitamnya, dia berjalan dengan langkah pelan di rumah sakit yang sudah sangat sepi.

Jam menunjukkan pukul satu malam, bukankah ini gila? Galang sama sekali tidak bisa memejamkan matanya sebelum melihat keadaan Shanette.

Dia mencari-cari letak keberadaan ruang anggrek, dia berhenti di pintu bertuliskan angka '12'.

Galang mengintip melalui pintu yang kebetulan berbahan kaca, dia sedikit terkejut saat mengetahui bahwa tidak ada yang menjaga Shanette.

Kemana kedua orang tua gadis itu? pikirnya. Meninggalkan Shanette sendiri dalam kondisi jauh dari kata sehat seperti sekarang ini.

Galang membuka pintu itu, melangkah perlahan. Dia melihat Shanette berbaring dengan posisi menyamping. Karena luka tusukan berada di bagian punggungnya.

Selama tiga hari tidak melihat Shanette, Galang benar-benar merindukan gadis ini, gadis yang selalu terlihat baik-baik saja, meskipun dunia membencinya.

Perlahan tangan Galang terulur membelai lembut rambut Shanette, menikmati maha karya tuhan yang sangat indah, Shanette benar-benar sangat cantik apa adanya.

Galang mendekatkan bibirnya ke telinga Shanette, lalu berbisik pelan. "Cepat sembuh, jangan bikin gue khawatir."

Shanette mengeliat dari posisi tidurnya, Galang hendak berlari keluar namun terlambat karena Shanette sudah terlebih dahulu membuka mata dan menemukan keberadaannya.

"Galang," panggil Shanette pelan.

"Gue bangunin lo ya, sorry. Lo tidur lagi aja, gue pulang sekarang."

"Gak, gue pengen lo di sini."

Galang menurut, dia berdiri berhadapan dengan Shanette yang berusaha duduk.

"Apa kabar?"

Pertanyaan dari Galang menghadirkan senyuman dari wajah cantik Shanette.

"Baik, lo sendiri gimana?"

"Seperti yang lo liat, gue baik-baik aja."

"Sibuk banget ya sama ujian, makanya sampai gak sempat ngecek HP."

"Seperti yang lo tau, gue bakalan kuliah di Amerika, jadi sudah sepatutnya gue giat belajar."

Senyuman Shanette perlahan memudar, "Jadi lo beneran lanjut ke sana?"

"Itu mimpi gue, selangkah lagi gue berhasil."

"Berarti waktu kita buat bisa bersama cuma sebentar lagi kan?"

"Iya."

"Gue senang, kalau lo berhasil meraih mimpi itu."

Lalu bagaimana dengan lo Sha, apa bakalan baik-baik aja di sini?

Pertanyaan itu tidak berani Galang tanyakan, karena dia benar-benar harus melepaskan Shanette meskipun berat, dan dengan alasan kuliah ke luar negeri. Mungkin Shanette akan lebih mudah melupakannya.

"Hubungan lo sama Kavin gimana? Apa kalian udah resmi jadian?"

Lagi, Galang berusaha menyakiti Shanette sekarang dengan pertanyaannya.

"Gue sama dia sebatas sahabatan, karena sepertinya lo belum lupa, siapa orang yang benar-benar gue suka."

"Jangan suka sama gue Sha," pinta Galang.

"Kenapa? Karena lo gak suka sama gue lagi, iya kan?"

"Iya."

Shanette tetap berusaha tersenyum, meskipun dadanya serasa ditusuk oleh ribuan duri. Sesak, tapi dia tidak ingin menangis dan terlihat lemah.

"Jadi, lo mengingkari semua janji kita?"

"Janji apa?" tanya Galang berpura-pura lupa.

"Janji buat koalisi bahagia."

"Apa gue pernah berjanji mengenai hal itu?"

Bolehkah Shanette menangis sekarang?

"Gue lupa, ternyata gue janjinya bukan sama lo. "

"Tapi sama Kavin, kan?"

"Iya."

Galang ingin sekali bertepuk tangan, melihat akting mereka berdua yang sama-sama ingin menyakiti.

"Jadi, gak ada yang harus dibahas lagi kan? Gue pulang, lo tidur lagi, istirahat yang banyak. Gue doain semoga cepat sembuh."

"Gue gak perlu doa lo."

Langkah Galang terhenti, dia menatap Shanette yang menatap ke arah lain.

"Buat apa gue sembuh kalau pada akhirnya kita berakhir dengan perpisahan kan? Gue benci itu, Lang. Bukannya lo tau? Gue paling takut ditinggal pergi."

"Gue minta maaf."

"Minta maaf gak bakalan bikin keadaan balik kayak semula, mana janji lo katanya gak akan pernah meninggalkan gue, tapi sekarang apa? Lo meninggalkan gue kan sama kayak orang lain."

"Lo terlalu percaya sama janji manusia yang penuh kebohongan. Maaf, Sha. Gue bukan penepat janji yang baik, makanya gue harus pergi meninggalkan lo."

Bulir bening itu tidak sanggup lagi Shanette tahan. "Seandainya gue bisa mengulang waktu, gue bakalan milih tetap mati di hari itu dan gak perlu percaya sama janji manusia. Tapi gue bodoh, dan pada akhirnya gue bakalan tetap sendiri."

Ingin rasanya Galang menghapus air mata Shanette, namun sekuat tenaga Galang tetap berada di posisinya.

"Lupain kalau lo pernah ketemu sama orang jahat kayak gue, dengan begitu lo bakalan baik-baik aja."

"Gue gak yakin bisa melupakan seseorang yang selalu ada untuk membuat gue kembali menjadi kuat, gue gak bisa mengatakan orang itu jahat, karena gue yang terlalu percaya diri. Pergi Galang, kejar mimpi lo, gue bakalan baik-baik aja. Dan tolong berhenti peduli sama gue."

"Oke, selamat malam."

Galang tidak lagi berada di ruang rawat Shanette, gadis itu menangis sesengukkan, semuanya sudah berakhir. Pertemuannya bersama Galang hanya akan menjadi sebuah kenangan yang membuatnya akan sulit melupakan.

Karena kerpegiannya kali ini benar-benar nyata, lelaki itu tidak akan pernah kembali lagi. Meskipun Shanette terluka begitu hebatnya.

Semuanya sudah berakhir.

****

Tim KavinShanette?

Tim GalangShanette?

Atau tim gak dua-duanya?

Ayuk Vote dan komentar lagi untuk kelanjutan ceritanya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro