Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

20. Jauhi Shanette

"Lagi-lagi persoalan kehidupan, kenapa semua harus menjadi rumit, tanpa kehadiran kata mudah?"

*****

Badan Shanette terasa sangat sakit, kepalanya berdenyut hebat dan suhu badannya sangat panas.

Dia ingin bangun, tapi tidak bisa, pandangannya mengabur dan tidak jelas, yang bisa dia lakukan hanyalah terbaring lemah tidak berdaya.

Sudah berapa lama dia tidak merasakan sakit seperti sekarang, dan saat ini dia harus menunjukkan kelemahannya.

Pintu kamarnya terbuka, mamanya membawa bubur dan juga segelas teh hangat.

"Makan dulu buburnya, dan jangan lupa minum obat."

"Mama mau kerja?"

"Iya, kamu gak apa-apa kan? Kalau harus sendiri?"

"Iya gak apa-apa kok Ma, Shanette cuma pusing aja kok."

"Ya sudah, Mama pergi dulu. Setelah makan langsung istirahat."

Pintu kamar kembali tertutup rapat, Shanette sedikit lega sekarang. Karena perlahan-lahan hubungan dengan kedua orang tuanya semakin membaik.

Setelah makan, minum obat, Shanette memutuskan untuk tidur, dan melupakan beberapa hal yang belum terselesaikan, salah satunya masalah dirinya dengan Galang.

Karena setelah mendengar ucapan Shanette yang dianggap lucu oleh Galang, lelaki itu segera pergi dan Shanette harus pulang saat hujan turun dan berakhir dengan demam seperti saat ini.

*****

Dering ponsel menganggu tidur Shanette, gadis itu melirik jam yang menunjukkan pukul dua siang. Selama enam jam dia tertidur karena pengaruh obat.

Shanette melihat nama Raskal di layar teleponnya. Biasanya setiap Raskal menelepon pasti berhubungan dengan Galang, jadi ada apakah saat ini?

"Halo, Kal? Kenapa?"

"Lo di mana Sha?"

"Di rumah."

"Bisa lo ke daerah halte SMA Senja sekarang?"

"Emangnya ada apa? Kenapa gue harus ke sana."

"Galang ikut tawuran, gue udah berusaha buat nyuruh dia berhenti. Tapi dia tetap keras kepala, bisa lo ke sini? Tenang aja, gue jamin lo bakalan aman kalau udah sampe."

"Bisa."

Shanette mengabaikan kondisinya yang masih jauh dari kata sehat, memastikan Galang agar tidak kenapa-kenapa itu jauh lebih penting.

Shanette membasuh mukanya, memakai baju seadanya, lalu berjalan ke luar dari rumah.

"Non mau ke mana? Nona kan masih sakit."

"Saya gak apa-apa, Pak, cuma pergi sebentar aja. Tolong jangan kasih tau mama." Pesan Shanette pada satpam yang bertugas di rumahnya.

"Baik, Nona."

Shanette melihat bahwa sekitar SMA Senja memang sedang terjadi perkelahian hebat, Shanette terlebih dahulu menelepon Raskal. Dan meminta lelaki itu menjemputnya karena Shanette tidak berani turun sendiri.

Kaca mobil diketuk, Shanette segera membayar tagihan dan turun dari taksi.

"Galang di mana?"

"Itu lagi hajar anak orang."

Shanette menatap penampilan Galang saat ini, dasi yang diikat di kepalanya, seragam putih yang entah kemana, karena lelaki itu hanya memakai kaus hitam polos.

"Emang ada masalah apa? Kok bisa taruhan."

"Anak SMA Patriot emang gak pernah bisa akur sama SMA Senja dari dulu, tawuran pasti bakalan ada setiap bulannya, dan entah kenapa hari ini Galang malah jadi ikut-ikutan."

"SMA Patriot sekolah gue dulu, dan gue baru tau. Kalau sekolah kita musuhan."

"Lo sih keasikan belajar," ujar Raskal.

"Gue samperin Galang dulu."

"Sha."

Shanette sudah terlebih dahulu berlari, Raskal hendak menyusul, namun dirinya harus cepat menangkis pukulan yang hampir mengenai wajahnya.

"Galang."

Galang menendang cowok yang sedari tadi dia hajar, lalu menatap kaget pada Shanette yang berlari ke arahnya.

"Kok lo bisa ada di sini?"

"Karena lo di sini."

"Gue serius Sha, siapa yang nyuruh lo ke sini?"

"Bukan siapa-siapa, gue ada di sini mau mastiin lo baik-baik aja."

"Ya udah sekarang kita pulang, muka lo pucat banget."

Galang mengenggam tangan Shanette, menariknya untuk menghindari pukulan kayu.

Galang kembali menghajar murid SMA Patriot, Suasana semakin ricuh. Shanette takut, apalagi saat melihat Galang diserang oleh kedua orang sekaligus.

Seseorang yang mengenggam pisau. hendak menusuk Galang dari belakang. Shanette berlari cepat dan menghalau pisau itu agar tidak mengenai punggung Galang.

Shanette merasakan perih karena punggungnya yang menjadi pengganti, dia jatuh dan memeluk Galang dari belakang.

"Shanette."

Galang benar-benar murka sekarang, dia semakin lepas kendali dan menghajar habis-habisan musuhnya dengan tangan kosong.

Setelah musuhnya terkapar, Galang segera menggendong Shanette dan membawanya ke mobil.

Raskal pun ikut masuk ke mobil itu dengan perasaan bersalahnya.

Mobil Galang melaju seperti tak terkendali, banyak orang yang berteriak marah, tapi Galang tidak peduli. Keadaan Shanette jauh lebih penting untuk saat ini.

Sampai di rumah sakit, Shanette segera dibawa ke ruang ICU.

Galang menonjok tembok melampiaskan amarahnya.

"Pukul gue aja Lang, semua salah gue. Kalau gue gak telepon Shanette dan minta dia buat ke lokasi, mungkin keadaannya gak bakalan kayak gini."

"Gue gak mau salahin siapa-siapa, karena keadaan gak bakalan balik kayak semula sekalipun gue salahin lo. Gue cuma mau kita sama-sama berdoa. Supaya Shanette baik-baik aja."

Raskal kagum pada Galang, meskipun berandalan. Namun pikirannya selalu dapat terkendali dengan baik.

"Lo gak kasih tau orang tua Shanette."

"Oh iya, untung lo ingetin."

Galang membuka HP Shanette dan untungnya tidak harus memasukkan password.

Setelah mengabari orang tua Shanette, beberapa saat kemudian orang tua Shanette datang dengan raut wajah khawatir.

"Bagaimana keadaan Shanette?"

"Dokter masih memeriksa, Tan."

"Yang mana Galang?" tanya papa Shanette.

"Saya, Om."

"Boleh kita bicara sebentar?"

"Boleh, Om."

"Ikut saya."

Galang berjalan mengikuti papa Shanette, keduanya berdiri di koridor yang sepi.

"Berapa lama kamu sudah mengenal putri saya?"

"Beberapa bulan ini, Om."

"Kamu tau, kan? Apa perbedaan kamu sama putri saya? Dia gadis yang saya didik agar pintar, dan mempunyai etika. Saya rasa, kamu cukup sadar diri, tolong jauhi putri saya, jangan gara-gara bergaul dengan kamu. Masa depannya terancam suram," ujar papa Shanette setelah melihat penampilan Galang yang jauh dari kata rapi, bahkan sudut bibirnya sedikit mengeluarkan darah, serta keringat yang membuatnya semakin terlihat berantakan.

"Tapi saya mencintai Shanette, Om. Saya akan berusaha buat Shanette bahagia. Meskipun saya berandalan, tapi untuk Shanette saya akan menjadi lebih baik lagi. Tolong jangan minta saya menjauhi Shanette."

"Punya apa kamu untuk membahagiakan putri saya? Kamu hanya remaja SMA yang taunya bolos, keluyuran dan tidak tau aturan. Buktinya hari ini kamu telah gagal menjaga putri saya. Masih banyak yang mau dan bersedia menjadi pendamping putri saya, jadi tolong mundur saja. Karena saya tidak akan merestui hubungan kalian, sekalipun kamu bersujud memohon."

Papa Shanette pergi, Galang terdiam dan berusaha sadar diri, bahwa yang dikatakan papa Shanette semuanya benar, gadis pintar dan cantik seperti Shanette pasti banyak yang suka. Tanpa dirinya, Shanette juga pasti bisa menemukan kebahagiaannya sendiri.

Jadi, apa sudah saatnya Galang mundur dan menjauh dari kehidupan Shanette?

****

Ayuk Vote dan komen untuk kelanjutannya

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro