Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

14. Kita hanya teman

"Mendaki lah bersamaku untuk menuju puncak, dan akan kita temukan kebahagiaan di sana."

****

"Kok bengong sih? Kenapa?"

"Gak kok, Sha. Gue gak apa-apa."

"Ada masalah? Lo bisa cerita sama gue. Jangan cuma gue yang bisa ceritain semuanya, gue siap jadi pendengar yang baik."

Pagi minggu, mereka sekarang berada di rooftop. Kebetulan hari ini mama dan papa Shanette harus terbang ke luar kota karena urusan mendadak. Oleh sebab itu Shanette bisa bersama Galang sekarang.

"Lo masih ingat Reta, kan?"

"Reta sahabat lo?"

"Bisa dibilang begitu."

"Kenapa dengan Reta?"

Tarikan napas pelan terdengar, Galang meluruskan kakinya sebelum bercerita. "Gue benci sama dia, dia terlalu banyak menuntun gue. Dia selalu pengen menjadikan gue sesuai kemauannya, gue muak, gue benci karena dipertemukan sama orang egois kayak dia."

"Gak boleh gitu, gimana pun juga dia tetap sahabat lo, mungkin emang sifatnya ngeselin, tapi disetiap perlakuan dia. Bisa aja dia pengen lo menjadi lebih baik lagi."

"Gak, dia gak kayak gitu, Sha. Dia selalu memaksakan keinginan dia. Gue serasa boneka yang bisanya cuma disuruh-suruh. Gue muak, dia tukang ngaduan. Suka ngatur-ngatur kehidupan gue, padahal dia bukan siapa-siapa."

"Terus sekarang gimana? Lo mau jauhin dia?"

"Iya. Sha, kalau suatu hari nanti ada sesuatu yang lo dengar, tolong jangan percaya. Sebelum gue menjelaskan semuanya."


Shanette mengernyitkan dahinya, "Sesuatu apa dulu, nih? Tentang apa gitu?"

"Pokoknya sesuatu yang menyangkut masa depan kita."

"Masa depan kita? Ada-ada aja lo."

Galang menikmati semuanya sekarang, saat Shanette tertawa begitu lepas, bersamaan dengan angin sepoi-sepoi yang menerbangkan helaian rambutnya.

Shanette yang selalu bertutur kata penuh kesopanan, tidak pernah merendahkan orang lain. Karena itu juga Galang mencintai Shanette.

"Lo cantik."

Semburat merah jambu terlihat dikedua pipi Shanette. "Apaan sih, kok jadi gombal."

"Lo emang cantik kalau lagi ketawa kayak barusan."

"Hmm, jadi tentang apa dulu nih? Yang gak boleh gue percayakan."

"Gue gak bisa kasih tau sekarang, gue lagi berusaha menyelesaikan semuanya. Tolong jangan percaya sama omongan orang ya. Gue janji, bakalan jelasin semuanya. Tapi gak sekarang, gue lagi nunggu masa yang tepat."

"Iya oke siap tuan."

"Sebenarnya kita itu hampir sama, mungkin itu juga yang menjadi alasan kenapa kita bisa saling mengenal. Tuhan mengirim lo buat gue, untuk saling melengkapi, saling menjaga, saling berbagi dan saling menghargai."

"Gue gak paham, Lang."

"Semua akan terjawab Sha, gue mengajak lo untuk tertawa, membuka diri pada dunia. Karena gue juga lagi melakukan hal yang sama, gue pengen kita melakukan itu. Supaya kita sadar, bahwa setiap manusia pasti memiliki masalah masing-masing."

"Udah gak usah dipikirin sekarang, ke rumah gue yuk, gue mau kenalin lo sama mama."

"Gue malu," ujar Shanette.

"Gak usah malu, di rumah cuma ada mama sama pembantu kok. Mama pasti senang ketemu sama lo."

"Oke deh."

Galang mengajak Shanette, karena kebetulan papanya sedang tidak berada di rumah saat ini.

*****

Shanette memandang takjub pada rumah megah yang ada dihadapannya sekarang, rumah Galang jauh lebih besar dari rumahnya.

"Ayuk."

Galang mengenggam tangan Shanette, saat sudah berada di ruang keluarga. Galang menatap malas pada Reta yang berada di sini, dan sedang mengobrol dengan mamanya.

"Galang pulang."

"Ini siapa?" tanya mama Galang sambil tersenyum ramah.

"Shanette, Tante." Shanette menyalami mama Galang.

"Oh ini yang namanya Shanette, cantik kayak namanya."

"Makasih, Tante."

"Sini duduk sama Tante."

Shanette mengikuti langkah Galang yang sekarang juga sudah duduk di sofa.

"Dengar-dengar Shanette sudah lulus SMA ya?"

"Iya, Tante."

"Kuliah di mana sekarang?"

Shanette tersenyum tipis, "Shanette gagal masuk PTN tante."

"Oh maaf, Tante gak tau. Tapi Shanette jangan putus asa ya, masih ada tahun depan. Sebuah keberhasilan memang berasal dari kegagalan."

Shanette kembali tersenyum, mama Galang sangat baik.

"Reta mau ke mana?"

"Mau ke taman belakang aja, Tan."

"Lho, kenapa?"

"Udah. Lo Reta di sini aja, gue sama Shanette mau ke kamar."

Shanette memelototkan matanya, namun Galang berpura-pura tidak sadar.

"Gak boleh ajak anak gadis ke kamar Lang." Peringat mamanya.

"Cuma ke kamar aja, gak ngapa-ngapain kali, Ma."

Galang kembali mengenggam tangan Shanette, terpaksa Shanette mengikuti langkah Galang yang membawanya menuju lantai dua.

****

"Tenang, gue gak bakalan tutup pintu. Gak usah takut."

"Siapa juga yang takut."

Galang tersenyum miring, "Yakin? Gue tutup, nih."

"Tau ah." Shanette memilih duduk di kursi belajar Galang.

"Iya, gak ditutup. Jangan ngambek dong, Sha."

"Hmm."

"Gue sengaja ajak lo ke sini, karena gue malas ada Reta."

"Iya gue tau."

"Cuek banget, beneran ngambek Sha?"

"Sha."

"Shanette."

Galang memegang tangan Shanette, tapi Shanette segera menepisnya.

"Lo beneran marah, gue cuma bercanda aja, Sha."

"Lo kira barusan lucu, gue gak suka ya sama sikap lo yang kayak barusan, gue tau kita lagi di rumah lo. Tapi gak usah seenaknya juga."

"Iya gue minta maaf karena soal barusan, maaf karena udah bikin lo kesal, jujur gue cuma bercanda barusan Sha. Maaf kalau bikin lo kesel."

Hening.

"Hahahaha." Shanette tertawa.

"Barusan ngambek, sekarang ketawa. Kenapa sih?"

"Habisnya muka lo lucu sih, gue barusan cuma kerjain lo Lang. Tapi lo malah anggap beneran, kocak sumpah."

"Oh, barusan gue dikerjain nih. Oke."

"Oke, kenapa?" tanya Shanette bingung.

Galang tersenyum jahil, dia menarik ikat rambut hitam milik Shanette.

"Balikin gak?"

"Ambil kalau bisa." Galang mengangkat ikat rambut itu, membuat Shanette kesusahan.

"Balikin Lang."

"Ambil dong, kependekan sih lo."

"Enak aja, lo aja yang kayak tiang listrik." Shanette masih berusaha untuk menggapai tangan Galang, meskipun sudah berjinjit usahanya tetap gagal.

"Nyerah, nih?" tanya Galang saat melihat Shanette yang sedang menarik napas dalam-dalam.

"Gue kalau udah marah bisa jadi banteng lho."

"Ah masa? Mana nih banteng Shanette, gue penasaran."

Brukk...

Shanette menghantam perut Galang dengan kepalanya sampai menyebabkan Galang terjatuh ke lantai.

Shanette tersenyum remeh, lalu mengambil ikat rambutnya.

"Gimana? Udah liat kan, gue bilang gak percaya sih."

"Sumpah Sha, perut gue sakit banget. Gue gak bisa bangun lagi."

Shanette tidak percaya, tapi setelah menunggu beberapa menit Galang tak kunjung bangun dari posisinya.

Shanette berjongkok, "Lang beneran sakit? Lang kok tidur sih." Shanette menepuk pipi Galang, namun lelaki itu tak kunjung membuka matanya.

"Lang, kok pingsan. Lo lagi kerjain gue ya."

"Bantuin gue bangun, sumpah sakit banget, Sha."

Karena merasa kasihan, Shanette akhirnya membantu Galang agar bisa duduk.

Setelah berhasil duduk, tanpa diduga Galang menarik Shanette ke dalam pelukannya.

"Galang! Lepasin atau gue seruduk nih?"

"Coba aja kalau bisa."

Shanette memberontak, hasilnya nihil, Galang tertawa dan semakin erat memeluknya.

"Biarin kayak gini sebentar aja Sha. Gue butuh lo," ujar Galang lemah.

Shanette akhirnya tidak memberontak, mungkin Galang memang sedang membutuhkan seseorang untuk dijadikan sandaran.

"Gue cinta sama lo."

Shanette terdiam, debaran jantungnya berpacu semakin cepat.

"Lang gak usah bercanda."

"Bagian mana yang lo anggap sebagai candaan?" tanya Galang dengan posisi yang masih memeluk Shanette.

"Tapi, Lang."

"Gak perlu dijawab, gue cuma pengen kasih tau aja. Supaya gue lega, soal lo yang masih anggap gue sebagai sahabat, gue tetap gak masalah. Asalkan bisa dekat sama lo terus itu udah lebih dari cukup Sha. Paham kan?"

Shanette mengangguk sebagai jawaban.

Biarkan Galang mengungkapkan agar semuanya tidak terlambat. Supaya Shanette tau bahwa dia memang mencintainya, rasa cinta yang semakin hari semakin bertambah karena kebersamaan keduanya.

Dengan mengungkapkan itu semua, setidaknya Galang lega. Meskipun dia tau, bahwa cintanya tidak akan mendapatkan balasan, selain kata "Kita hanya teman."

****

Ayuk Vote dan komen

Jadi siders entar dosa lho😂


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro