Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

12. Gue gak suka lo!

"Jika ada yang berjanji
Untuk tidak pernah meninggalkan, Tolong jangan percaya. Karena itu hanya sekedar ucapan, agar kamu merasa tenang."

****

"Kavin."

"Sha."

"Lagi sama siapa?"

"Kenalin, ini Galang teman aku, dan Galang ini Kavin teman SMA aku."

Kavin mengulurkan tangan pada Galang yang berdiri di sebelah Shanette, "Kavin teman SMA Shanette."

Galang tersenyum miring, "Galang, calon imam Shanette."

Kavin agak sedikit kaget, begitu juga Shanette yang memelototkan matanya pada Galang. Sedangkan Galang hanya tersenyum lebar kala melihat ekspresi keduanya yang terlihat lucu.

"Kata Shanette kalian teman."

"Makanya dengar dulu, maksudnya Shanette itu. Gue adalah teman hidupnya Shanette. Paham, kan?"

Kavin hanya mengangguk malas, "Sha, aku ke kasir dulu ya."

"Kok buru-buru? Mendadak panas ya?" sindir Galang.

"Gak tuh, lagian di sini ada AC, gak panas sama sekali. Gue duluan."

"Iya, Vin."

Setelah kepergian Kavin, Shanette menatap tajam pada Galang yang sekarang pura-pura sibuk memilih cemilan.

"Maksud dari kata teman hidup apa ya?"

Galang menyengir, "Emang gak paham, Sha."

"Enggak, coba jelasin."

"Maksudnya teman hidup, ya gue bakalan seumur hidup sama lo."

Shanette menatap sendu pada Galang, "Jangan terlalu umbar janji, lo mungkin bisa ngomong kayak gitu untuk saat ini, tapi gak dengan besok, minggu depan ataupun tahun depan. Siapa tau tuhan sudah menyiapkan perpisahan untuk kita."

"Kok lo malah ngomong gitu, Sha? Gue bakalan terus di sini sama lo," ucap Galang.

"Jangan seolah paling tau tentang takdir, Lang. Siapa tau kita emang gak bakal terus bersama. Gue cuma gak mau terlalu berharap banyak sama lo, tapi gue selalu mengingat bahwa yang datang memang akan selalu pergi. Entah itu karena sebuah alasan atau memang sudah waktunya."

"Gue pokoknya bakalan terus ada di sisi lo, gak bakalan kemana-mana, sekali pun lo yang meminta gue untuk pergi."

"Gue gak perlu minta lo buat pergi Lang, lo bakalan pergi dengan sendirinya saat mendapatkan seseorang yang membuat lo nyaman, siapa tau selama ini gue emang bukan tujuan melainkan hanya sebuah pilihan. Gue terus saja belajar memaklumi, gak bakalan menaruh harapan lebih pada sesuatu yang tidak pasti."


Setiap ucapan yang keluar dari bibir Shanette membuat Galang bingung.

"Maksudnya? Lo suka sama gue?"

"Seperti yang lo tau Lang, gak bakalan ada pertemanan diantara cewek dan cowok, kalau salah satunya gak melibatkan rasa. Untuk saat ini, gue belum suka sama lo. Tapi lo harus inget, bahwa setiap cewek mudah terbawa perasaan, apalagi lo tipikal cowok baik dan sangat perhatian. Gue gak bakalan tau apa yang terjadi selanjutnya, tapi satu hal yang  harus lo tau, kalau gue yang duluan jatuh. Gue bakalan mundur Lang."

Shanette tersenyum tipis, "Udah gak usah dipikirin, nanti lo paham dengan sendirinya."

Shanette berjalan terlebih dahulu menuju ke kasir untuk membayar tagihan.

"Gue sangat paham maksud lo, Sha," gumam Galang pelan.

****

Setelah mengantarkan Shanette pulang, Galang memilih untuk mampir ke rumah Raskal, pulang ke rumahnya sendiri menjadi opsi terakhir bagi Galang, dia masih terlalu malas harus bertemu dengan papanya. Apalagi membahas perihal kuliah.

"Game mulu lo," ucap Galang saat baru saja memasuki kamar sahabatnya.

Raskal kini beralih menatap Galang yang berbaring di tempat tidurnya.

"Kenapa lagi lo?"

"Kok lo nanya gue kenapa?"

"Karena kalau lagi ada masalah, lo pasti ke sini. Ada apaan Lang?"

"Lo jadi kuliah di UI?" Bukan menjawab pertanyaan Raskal, Galang malah balik bertanya.

"Iya, kenapa? Lo mau masuk UI juga?"

"Iya, tapi papa gue tetap maksa supaya lanjut ke Harvard."

"Itu kan mimpi lo dari dulu Lang."

"Tapi semenjak kenal Shanette, gue seolah lupa sama impian gue. Karena mulai hari itu, mimpi gue cuma satu. Bahagiain dia."

Raskal melemparkan bantal ke wajah Galang, "Bucin bener."

"Gue gak tau bisa lawan papa atau enggak, tapi kuliah di UI juga gak kalah bagus. Gue pasti bakalan berusaha keras supaya bisa sukses."

"Gue gak bisa apa-apa Lang, apa yang terbaik buat lo. Ya udah perjuangkan aja."

"Gue bakalan usaha."

****

Galang sangat malas jika harus kembali bertemu dengan sang papa, tapi sejauh apa pun dia pergi, dia tetap harus kembali ke sini.

"Nah, Galang udah pulang."

Galang menatap malas pada Reta, dia tidak sendirian, mamanya juga ada di sana. Dan wanita paruh bayar itu tersenyum ke arah Galang.

"Sini sayang," ujar mama Galang.

Galang berjalan dengan langkah malas, raut wajahnya terlihat kesal.

"Ada yang pengen mama omongin sama kamu."

"Apa?" tanya Galang malas untuk sekadar berbasa-basi.

"Mama sepakat buat jodohin kamu sama Reta."

"Dijodohin? Liat dia aja malas."

"Galang jaga ucapan kamu," Mamanya menatap tajam.

"Maafin Galang ya Reta."

"Gak apa-apa kok, Tan. Lagian Reta udah cukup memaklumi sifat Galang, kan bukan cuma hari ini Reta kenal dia," jawab Reta seraya tersenyum tipis.

"Bagus deh kalau lo paham, berarti udah jelas kan. Kalau gue emang gak suka sama lo, jangankan buat dijodohin. Sahabatan sama lo aja itu kayak mimpi buruk bagi gue."

"Galang! Sana masuk ke kamar kamu, Mama gak pernah ajarin kamu buat kasar sama cewek."

Galang mendecih pelan, sebelum menuju ke kamarnya, dia kembali menatap dengan pandangan tidak suka pada Reta.

"Jadi cewek jangan genit, gue gak bakalan pernah suka sama lo. Ingat itu baik-baik, semua cara yang mau lo lakuin buat deketin gue juga gak bakal guna. Seperti  yang lo tau, gue gak bakalan suka sama lo."

Galang segera menuju kamarnya, berusaha pura-pura tuli saat mamanya memanggil untuk meminta maaf pada Reta.

Galang tidak akan pernah mau meminta maaf karena Reta memang pantas mendapatkan itu semua. Sudah berulang kali Galang mengingatkan agar tidak mencoba mendekati dirinya. Karena sampai kapan pun Galang tidak akan pernah menaruh hati pada gadis yang selalu berusaha mengekang hidupnya.

***

Ayuk Vote & komen😉

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro