Chapter 7
Vania yang mendengar itu tentu saja langsung berlari masuk kedalam rumah
Namun saat sampai dibatas pintu, Vania menghentikan langkahnya saat melihat banyak sekali pecahan kaca dimana mana
PLAK!!
Vania langsung menutup mulut dengan kedua tangan dan mata yang terbelalak begitu melihat ayahnya menampar sang ibu dengan sangat keras
Entah kenapa Vania malah semakin mundur seakan tidak berani untuk sekedar masuk
Vania terus mundur dengan badan yang gemetar dan bibir yang seakan terkunci hingga membuatnya tak mampu mengucapkan sepatah katapun
"Non Vania, sebaiknya Non Vania malam ini menginap dirumah nenek non saja.. nanti biar saya yang sampaikan sama nyonya" ujar satpam tersebut sambil memegang bahu Vania
"I-iya pak, ma-makasih" jawab Vania dengan nada yang terlihat ketakutan
Satpam tersebut langsung memanggil Pak Zein (sopir) yang biasa mengantar Vania kemanapun ia pergi
Tanpa dijelaskan pun Pak Zein sudah tahu tentang masalah yang dialami Vania
"Ayo non.." Pak Zein langsung membukakan pintu mobil untuk Vania
Tanpa basa-basi, Vania langsung masuk ke mobil dengan tergesa-gesa seakan tidak ingin mendengar pertengkaran kedua orangtuanya
Segera Pak Zein langsung mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang ke rumah nenek Vania
Sepanjang jalan Vania hanya diam dengan tubuh yang masih gemetar, dan hal itu tentu saja membuat Pak Zein khawatir
Akhirnya Pak Zein menambah kecepatan mobil sehingga membuat mereka sampai ke rumah sang nenek dengan cepat
Sesampainya~
Pak Zein bersama Vania langsung keluar dari mobil dan berjalan ke rumah nenek
"Permisi.." -Pak Zein
Tak berselang lama, nampaklah sosok wanita sebaya dengan beberapa rambut putih namun masih terlihat cantik
"Eh Pak Zein, ada apa?" tanya nya ramah
Pak Zein melirik ke arah Vania seakan memberi kode.. si nenek yang mengetahui itu langsung mengangguk
"Vania sayang" -nenek
Vania langsung berlari memeluk neneknya dan menangis dalam diam dalam pelukan itu
Karna tidak ingin merusak suasana, Pak Zein langsung memutuskan untuk pamit pada si nenek
"Shtt.. udah udah, cucu nenek gak boleh sedih, nanti cantiknya hilang lhoo" -nenek
Alhasil si nenek membawa Vania masuk ke dalam rumah sambil menenangkannya
"Nek hiks- kenapa mama sama papa gak pernah berhenti bertengkar nek hiks" isak Vania
"Vania sabar ya sayang~ nenek tahu Vania kuat, nenek yakin suatu saat nanti mama papa bakal damai dan sayang lagi sama Vania.. jadi Vania harus sabar ya sayang" ujar nenek sambil mengelus kepala Vania yang kini berada di pangkuannya
"Vania pasti belum makan, ayo makan dulu.. kebetulan nenek baru masak" -nenek
Mendengar itu, wajah Vania seketika langsung berbinar-binar "Wah udah lama Vania gak makan masakan nenek"
Si nenek hanya terkekeh gemas mendengar perkataan cucu kesayangannya itu
"Ya udah yuk ke meja makan" -nenek
"Tapi nenek juga makan kan?" -Vania
"Iya sayang, nenek makan bareng Vania kok" -nenek
Akhirnya, makan sore itu sesekali diiringi dengan ocehan dan candaan Vania yang membuat sang nenek kadang tertawa
"Nek, Vania bantu ya cuci piringnya" ujar Vania sambil mendekati si nenek yang tengah mencuci bekas mereka
"Gak usah sayang, Vania istirahat aja.. pasti capek kan" -nenek
"Gak mau, Vania mau bantu nenek pokoknya! Titik gak pake koma!" Vania langsung mengambil piring-piring kotor dan mencucinya
Sedangkan si nenek hanya bisa pasrah membiarkan Vania membantunya, ia tahu Vania kadang memiliki sifat keras kepala
"Udah sayang, sekarang Vania istirahat aja ya.. udah selesai kok" -nenek
"Em.. yaudah deh, Vania mau nonton tv ya nek" Vania langsung pergi menonton tv
Namun tiba-tiba saat sedang asiknya nonton tv, mata Vania tidak sengaja menangkap sang nenek yang tengah memegang dadanya dengan ekspresi kesakitan
Saat melihat tubuh si nenek hampir ambruk, Vania langsung berlari dengan cepat dan menangkap tubuh itu
"Nenek kenapa?!" tanya Vania dengan perasaan yang cemas dan khawatir
"Nenek gak papa sayang, nenek cuma lelah kok"
"Nenek duduk dulu sini" Vania memapah neneknya ke sofa ruang tengah
Setelah mendudukkan si nenek, Vania langsung mengambil air putih hangat den memberikan air itu ke nenek
"Makasih ya sayang" -nenek
"Pokoknya setelah ini nenek gak boleh ngapa-ngapain! Harus istirahat ya" tegas Vania
"Siap dokter keci" -nenek
Akhirnya sore itu, Vania menghabiskan waktu bersama sang nenek dengan penuh bahagia dan bahkan sampai malam pun si nenek mengelus kepalanya sampai Vania tertidur lelap
Skip.. pagi harinya
Saat ini Vania tengah bersiap-siap berangkat sekolah setelah memakan sarapannya bersama nenek tercinta
"Nek, Vania berangkat dulu ya! Itu Pak Zein udah di depan" ujar Vania sedikit berteriak
Si nenek langsung pergi ke ruang tamu dimana terdapat Vania yang tengah berdiri di depan pintu dengan senyum manis yang mengembang
"Hati hati ya sayang, dengerin kata guru disekolah, jangan nakal, belajar yang rajin" -nenek
"Iya nek, Vania janji" -Vania
Sebelum berangkat, Vania sempat mencium pipi neneknya kemudian berlari ke arah mobil sambil melambaikan tangan
Sang nenek hanya mengamati mobil Vania yang perlahan-lahan menghilang dari pandangannya dengan tatapan yang sulit diartikan
"Maafkan nenek Vania.."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
Yoo! Gimana ceritanya?
Gak seru ya?
Iya tahu, emang kurang sad kok :)
Okeh
See you in next chapter-!
Don't forget to voment minna ttebara
Salam kematian
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro