Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 13

"Eh. . aku dimana?"

Tiba-tiba saja Vania berada di sebuah tempat yang penuh dengan bunga , air terjun , serta mata air yang sangat jernih , ditambah nyanyian merdu dari burung-burung membuat suasana semakin damai dan tenang

Vania melihat sekitar dan mendapati bahwa dirinya hanya sendirian ditempat yang begitu indah ini. Perlahan Vania melangkahkan kakinya mendekati sungai dan memasukkan tangan kanannya ke dalam sungai itu

Segar. .

Itulah yang Vania rasakan kala air merendam tangannya. Sejenak Vania menutup mata sembari menghirup udara segar , rasanya beban yang selama ini Vania tahan seakan hilang begitu saja

Vania tersenyum , bukan senyuman palsu maupun senyuman paksa. Gadis itu benar-benar tersenyum bahagia setelah sekian lamanya. Vania mengambil bunga mawar kuning yang entah kenapa terbang ke arahnya

"Sudah lama sekali aku tidak merasa setenang ini" ucapnya

Biarkanlah gadis itu melupakan penderitaannya sejenak , biarkan dirinya terlarut dalam suasana ini~

Vania berdiri dan berjalan ke arah ayunan yang berada tidak jauh darinya , ia menaiki ayunan tersebut dan mulai berayun dengan pelan. Namun tiba-tiba saja terdengar suara teriakan yang terasa familiar di telinga sang gadis

"VANIA!! VANIA BANGUN!!"

"K-Kayla? Kenapa dia berteriak?" gumam Vania

"BANGUN BODOH!! INI SAMA SEKALI TIDAK LUCU!!"

"A-ada apa dengan Farel dan Kayla? K-kenapa mereka teriak?" ujar Vania yang mulai diselimuti rasa khawatir

Tiba-tiba saja Vania merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya membuat gadis itu terduduk sambil tanpa sadar mencengkram rambutnya

"ARGH!! K-kepalaku!!"

Perlahan-lahan pengelihatan Vania mulai buram dan akhirnya semua menjadi gelap

Vania pov

Ku coba membuka mataku perlahan , rasanya kepalaku benar-benar sakit. . .

Silau. . . cahaya apa ini?

K-Kayla? F-Farel?

Ke-kenapa aku memakai alat oksigen?!

.

.

Back to normal

Kayla dan Farel yang melihat Vania sadar pun segera memanggil dokter guna mengecek keadaannya

"Vania! A-apa yang kamu rasain sekarang? Mana yang sakit?" tanya Kayla dengan perasaan khawatir

Lagi-lagi Vania hanya tersenyum lemah "Tidak perlu khawatir , cuma sakit sedikit kok bagian kepala"

"Cih , tidak bisakah kau berhenti bersikap sok kuat gitu?!" geram Farel

Vania terkekeh "Tapi aku benar-benar gak papa kok , sungguh"

Tak beberapa lama , dokter pun memasuki ruangan Vania dan mulai memeriksanya. Di sisi lain Kayla dan Farel sudah benar-benar khawatir tingkat tinggi akan keadaan sahabat mereka

"Vania , untuk sementara waktu lebih baik Vania memakai alat oksigen itu ya. . nanti akan di lepas kalau pernapasan mu sudah mulai membaik" ucap dokter

"Ehm maaf dok , kenapa saya memakai alat pernapasan ya?" tanya Vania bingung

"Tadi detak jantung Vania sangat lemah sampai dokter tidak bisa merasakannya , jadi dokter harus memasang alat pernapasan sampai nanti pernapasan Vania mulai membaik" jelas dokter

"Dok , sahabat kami bakal baik-baik saja kan?" tanya Kayla

Tampak si dokter terdiam dengan wajah yang seakan menyembunyikan sesuatu "Salah satu dari kalian bisa ikut dokter ke ruangan? Ini menyangkut tentang Vania"

Kayla dan Farel sejenak saling memandang satu sama lain hingga akhirnya mereka berdua sama-sama mengangguk "Biar saya saja dok" ujar Farel

"Yasudah , ayo ikut dokter"

Farel mengangguk "Sebentar ya Vania , Kayla" ia keluar dari kamar dan mengikuti dokter pergi ke ruangannya

Kayla menghela nafas "Kamu tuh ya , aku sama Kak Farel khawatir banget tau!"

"Maaf maaf , eh iya ini jam berapa?" tanya Vania

Kayla melihat jam yang berada di tangannya "Jam 10:00 , kamu aja udah pingsan daritadi"

Vania sedikit tersentak 'Selama itu?'

Tok tok tok!

"Tunggu sebentar!" Kayla berjalan ke arah pintu dan membukanya

Terlihatlah gadis kecil dengan muka polos bersama dengan wanita sebaya yang sepertinya menemani gadis itu "Kak Vania ada?"

Kayla tersenyum ceria , pasti itu adik Vania yang lain batinnya "Ada ada! Ayo masuk"

Gadis itu pun langsung berlari masuk menghiraukan sang wanita yang memanggilnya berulang-ulang

"Kak Vania!!" panggil si gadis langsung memeluk Vania

Vania sontak kaget namun sedetik kemudian ia tersenyum "Halo Lilu , gimana keadaan kamu?"

Lilu mengangkat kepalanya dan duduk di kursi samping ranjang Vania "Baik! Tapi kenapa kakak memakai alat oksigen? Kak Vania gak kenapa-napa kan?" ucap Lilu khawatir

Vania menggeleng pelan "Kakak gak papa kok , Lilu tenang aja"

"Nak Vania , ini kebetulan ibu bawakan buah-buahan" ucap Bu Sakira

"Ya ampun , terimakasih banyak bu harusnya tidak perlu repot-repot" jawab Vania merasa tak enak hati

Bu Sakira tersenyum tulus sembari meletakkan plastik buah-buahan di meja samping ranjang Vania "Engga kok , lagipula juga Lilu sendiri yang minta bawain , katanya udah gak sabar mau ketemu sama Nak Vania"

Seketika wajah Lilu langsung murung "Kak , Lilu gak mau operasi , Lilu takut nanti gak bisa lihat kakak lagi"

Vania yang mendengar itu mulai menggenggam tangan Lilu erat "Hey , gak boleh ngomong gitu. . Lilu harus yakin kalau Lilu pasti berhasil melewati operasi dan akhirnya sembuh. . kalo Lilu dah sembuh kita bisa selalu bersama nanti"

Lilu mengangguk lesu , tapi masih belum menunjukkan senyum di wajahnya

"Senyum dong , kan kakak dah janji bakal bawa Lilu ke taman hiburan kalo Lilu dah sembuh" bujuk Vania

Seketika wajah Lilu kembali cerah bagai anak kecil yang di belikan es krim "Kalo gitu Lilu bakal berusaha buat sembuh!"

"Nah good girl" Vania mengusap sayang pucuk kepala Lilu

'Kayaknya Lilu nih yang lebih cocok jadi adik Vania dibanding adik kandungnya sendiri' batin Kayla

Sedangkan Bu Sakira hanya tersenyum sembari mengelap air yang berada di ujung matanya. Perasaannya bahagia kala melihat Lilu tersenyum bahagia dan ceria

"Lilu operasi jam berapa sayang?" tanya Vania

"Nanti jam 2 siang kak , kakak mau kan nemeni Lilu?" ucap Lilu penuh harap

Otomatis Vania mengangguk "Pasti! Kakak bakal nguatin Lilu"

Lilu pun langsung memeluk Vania "Makasih kak! Lilu janji bakal berusaha sembuh"

Vania tersenyum membalas pelukan Lilu. Rasanya pasti akan sangat senang kalau saja Lilu adalah adik kandungnya

❁፧⿴⃟᎒⃟֍۪۪̣̣۪۪۪︵‿︵‿❟❪⃓⃘۪۪⃖🧶❫❟‿︵‿︵֍۪۪̣̣۪۪۪⃟᎒⃟⿴፧❁

"Kay , kok Farel masih belum kembali?" tanya Vania sembari memakan apel yang di kupaskan Kayla

"Iya juga ya , Kak Farel udah daritadi tapi masih belum balik" jawab Kayla melihat ke luar jendela

Tepat sesudah itu , masuklah Farel membuat Vania dan Kayla langsung menatapnya

"Kok lama banget kak , darimana aja?" tanya Kayla

"Oh , ini abis nebus obat Vania sekalian beli makanan sama jajan di luar. . pastinya makanan rumah sakit gak begitu enak kan" ucap Farel

"Lho , bukannya ada kantin? Biar kamu gak perlu jauh-jauh keluar" ujar Vania

"Ahahaha aku lupa tadi" jawab Farel final

Sejenak Kayla dan Vania merasakan keganjalan , rasanya Farel seperti menyembunyikan sesuatu dari mereka. Dan lagi , wajah Farel terlihat pucat membuat mereka semakin yakin ada sesuatu yang Farel sembunyikan

"Farel kamu kenapa? Kok muka mu pucat gitu?" tanya Vania khawatir

"Kakak laper kah? Atau belum sarapan tadi?" lanjut Kayla

Farel menggeleng cepat "Tidak tidak , cuma capek aku tadi lari soalnya"

Agak tidak yakin juga dengan jawaban Farel , tapi yasudah kalau memang Farel tidak mau memberitahukannya pada mereka

"Yaudah kakak istirahat aja dulu , biar aku ambilin minum" kata Kayla sembari menuntun Farel duduk di sofa yang tidak jauh dari ranjang

Sungguh Kayla kaget saat memegang tangan kembarannya yang gemetar itu , tidak bisa dibohongi kalau Kayla sangat khawatir dengan Farel walaupun kadang sifat Farel suka membuatnya kesal. Dengan cepat , Kayla mengambil botol minum Farel dan langsung memberikannya pada Farel

Sedangkan Vania hanya berharap apa yang Farel sembunyikan bukan sesuatu yang besar atau mungkin menyangkut Farel sendiri

[ Kok jadi pengen ngeship Vania ama Farel

Nafisa : Ini cerita persahabatan oy! Jangan ship shipan segala!

Iya iya gomen ]

Terlihat Farel seperti meminta Kayla mendekat ke arahnya dan mulai membisikkan sesuatu ke telinga Kayla yang membuat raut wajah Kayla menjadi cemas

Sekali lagi , Vania kembali dibuat bingung "Sebenernya apa yang kalian bicarakan?"

"Y-yang pasti bukan hal penting" Kayla tersenyum canggung

'Curang sekali , padahal aku sahaba mereka tapi giliran ada rahasia malah gak kasih tahu' batin Vania kesal

"Yaudahlah , mending sekarang kita ke tempat Lilu. . dia mau operasi bentar lagi" ucap Vania dengan nada yang terdengar kesal

"Yah Vania , jangan ngambek gitu dong" ujar Kayla

"I-iya Vania , lagian itu juga bukan hal penting kok hehe" lanjut Farel

"Udah , tolong ambilin kursi roda aku" Vania terlihat acuh

Tak mau Vania tambah ngambek , Farel langsung mengambilkan kursi roda dan membantu Vania duduk. Di saat Vania masih tetap diam , Farel mulai mendorong kursi rodanya dengan Kayla yang mengikut bagai anak ayam di belakang

❁፧⿴⃟᎒⃟֍۪۪̣̣۪۪۪︵‿︵‿❟❪⃓⃘۪۪⃖🧶❫❟‿︵‿︵֍۪۪̣̣۪۪۪⃟᎒⃟⿴፧❁

Kini Vania masih menggenggam tangan Lilu yang agak gemetar. Terlihat Lilu yang masih ragu memasuki ruang operasi. Wajahnya terlihat takut membayangkan bagaimana operasinya nanti

"Lilu , ayo harus semangat-!! Minya sama tuhan biar operasi nya lancar dan Lilu bisa sembuh" ucap Vania

Lilu mengangguk dan kembali menghela nafas entah keberapa kalinya. Ia melihat Bu Sakira yang tersenyum dan mengangguk ke arahnya. Lilu kembali menatap ruang operasi tepat di depan matanya

"Bagaimana Lilu? Sudah siap?"

"S-sudah bu dokter" jawab Lilu

Dokter cantik itu tersenyum "Baiklah kalau begitu"

Perlahan ranjang Lilu memasuki ruang operasi dengan genggaman tangan Vania yang juga ikut terlepas. Lilu terus menatap ke belakang sampai pintu ruangan operasi tertutup rapat

Disisi lain Vania terus berdo'a agar operasi Lilu berhasil dan gadis kecil itu bisa sembuh. Kelihatan sekali wajahnya yang begitu cemas dan khawatir , secara bersamaan pula Kayla dan Farel menggenggam tangan Vania sembari tersenyum berusaha menguatkan dan meyakinkan sang gadis

Sementara Bu Sakira masih berusaha untuk tenang walau sebenarnya sudah sangat khawatir sebelum Lilu masuk ruang operasi

❁፧⿴⃟᎒⃟֍۪۪̣̣۪۪۪︵‿︵‿❟❪⃓⃘۪۪⃖🧶❫❟‿︵‿︵֍۪۪̣̣۪۪۪⃟᎒⃟⿴፧❁

Dua jam kemudian. . .

Terlihatlah dokter cantik yang keluar dari ruang operasi sembari melepas maskernya

[ Leon : jangan di lepas mbak , korona

Diem or buka nanti gk ada es serut

Leon : . . . . /Mingkem , kunci bibir ]

"Bagaimana dok operasinya?" tanya Bu Sakira yang segera menghampiri si dokter

"Operasi nya lancar kok bu , setelah ini hanya tinggal pemulihan untuk adik Lilu" jawab dokternya

"Ah baiklah terimakasih banyak dok kalau begitu" Bu Sakira sedikit menundukkan kepalanya sekilas

Dokter itu hanya mengangguk "Setelah ini saya akan memindahkan Lilu ke kamar inap"

"Ah baik sekali lagi terimakasih" - Bu Sakira

.

.

.

❁፧⿴⃟᎒⃟֍۪۪̣̣۪۪۪︵‿︵‿❟❪⃓⃘۪۪⃖🧶❫❟‿︵‿︵֍۪۪̣̣۪۪۪⃟᎒⃟⿴፧❁

Terlihat Vania yang menemani serta menggenggam tangan Lilu daritadi demi menunggu gadis itu membuka matanya. Vania seakan tak mau mengalihkan pandangannya dari Lilu , gadis yang sudah ia anggap adik

"Nak Vania , apa tidak sebaiknya istirahat dulu? Nanti akan ibu kabari kalah Lilu sudah sadar" ucap Bu Sakira

Vania menggeleng "Tidak bu terimakasih , Vania masih belum tenang kalo Lilu belum sadar"

Kini Bu Sakira hanya bisa menghela nafas mendengar jawaban tetap yang selalu Vania keluarkan daritadi

"Biarkan saja bu , Vania itu emang keras kepala" kata Kayla

"Ya , tak peduli dibujuk berapapun kalau Vania sudah yakin ya jawaban dia akan tetap sama" tambah Farel

"Ah begitu , kalian sepertinya sangat dekat dengan Nak Vania" ujar Bu Sakira basa-basi

Sontak Kayla dan Farel mengangguk kompak "Hum! Kami sahabat Vania jadi gak heran kalau kami akrab banget hehe" sahut Kayla

Bu Sakira tersenyum mendengar itu. Senang rasanya melihat anak-anak seperti mereka memiliki hubungan yang erat

.

.

.

Beberapa menit kemudian Vania seperti merasakan pergerakan tangan Lilu. Dan benar saja , tak beberapa lama di susul dengan kelopak Lilu yang perlahan terbuka menampakkan manik coklat tanah yang indah itu

"K-kakak?" ucap Lilu lirih

"Lilu? Gimana perasaan kamu sekarang?" Vania mengelus lembut kepala Lilu

Kemudian mendekatkatlah Bu Sakira , Layla , dan Farel ke ranjang Lilu "Hai Lilu! Udah baikan?" sapa Kayla dengan ceria

Lilu tersenyum "Udah kok Kak?"

"Panggil aja Kak Kayla , yang cowo ini Kak Farel. . . kita sahabat Kak Vania kok jadi gak perlu sungkan sungkan haha" ucap Kayla

"Uhm! Sebentar lagi Lilu bakal sembuh kan bu?" Lilu menatap Bu Sakira

Bu Sakira mengangguk dan mendekat ke arah Lilu "Iya sayang , setelah ini Lilu bakal sembuh dan bisa main sama kakak kakak ini nanti"

"Yeayy asik!! Lilu jadi gak sabar buat sembuh" ujarnya

"Ahahaha , makannya harus istirahat yang cukup sama minum obat biar cepet sembuh" Vania mengacak gemas rambut Lilu

"Siap kak! Lilu bakal lakuin apapun biar cepet sembuh!" Lilu tersenyum ala Naruto . g

Sedangkan yang lain hanya tertawa melihat Lilu yang sangat bersemangat padahal baru saja selesai operasi

❁፧⿴⃟᎒⃟֍۪۪̣̣۪۪۪︵‿︵‿❟❪⃓⃘۪۪⃖🧶❫❟‿︵‿︵֍۪۪̣̣۪۪۪⃟᎒⃟⿴፧❁

Sekarang giliran Vania lah yang di ajak jalan-jalan oleh Farel dan Kayla di sekitar taman rumah sakit. Mereka sendiri yang memaksa dengan alasan Vania butuh udara segar

"Ah Farel Kayla , kita kesana aja" tunjuk Vania ke bangku yang di dekat semak dengan bunga-bunga berwana biru

"Yaudah ayok , itu bunganya juga bagus" jawab Kayla setuju

"Oke lah" Farel mengarahkan kursi roda Vania ke dekat bunga biru itu

"Kamu gak mau duduk di bangku Van?" tawar Farel

"Gak makasih , aku di sini aja hehe sekalian liat pemandangan sekitar" ucap Vania tanpa mengalihkan pandangannya dari bunga biru tersebut

Disaat sedang mengamati sekitar , tiba-tiba manik Vania menangkap Aditya , Devita , dan Velia yang sedang jalan-jalan di sertai tawa bahagia. Lagi-lagi Vania hanya bisa menyaksikan kebahagiaan keluarganya tanpa dirinya

Tanpa sadar , Vania malah semakin menyaksikan moment bahagia keluarganya sampai membuat air matanya menetes tanpa Vania ketahui. Dalam bayangannya , Vania berada di posisi Velia dan tengah tertawa bahagia dengan ayah dan ibunya

Hingga sebuah telapak tangan yang lebih besar menutup kedua matanya membuat Vania sedikit kaget

"Jangan melihat sesuatu yang semakin membuat hatimu terluka" ujarnya yang ternyata adalah Farel

Vania menunduk dengan tangan terkepal erat

.

.

.

'Terimakasih Farel. . .'






TBC

Huft , up juga akhirnya .

Lega Katsu , moga kalian suka sama chapter ini .

Gomen kalo garing , Katsu nulisnya pas ide lagi pas-pasan kak jadi maklumi saja .

Dah jaa-!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro