Chapter 1
Happy reading!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Seorang gadis kecil tengah meringkuk dipojok kamarnya yang gelap, ia menangis dalam diam
Jika boleh jujur, ia lelah mendengar pertengkaran orang tuanya yang terjadi setiap hari
Bahkan ia selalu menjadi bahan pelampiasan kekesalan mereka
"Hiks, ayah ibu kumohon berhentilah bertengkar"
Ya, gadis itu adalah Vania
Gadis berumur 13 tahun yang selalu tersenyum dibalik topengnya
Vania berjalan ke balkon kamar dan menatap ke atas langit
"Sampai kapan aku harus bertahan?"
Flashback
Ini adalah hari pertama Vania sekolah, ia harap bisa mendapat banyak teman
"Hai semua, namaku Vania Keisha Agatha semoga kita bisa berteman baik"
Namun sayangnya harapan itu tidak berpihak pada Vania
Saat istirahat
Saat itu Vania sedang berjalan sendirian dilorong sekolah, tapi kemudian ada seorang anak yang menarik dan menghempasnya ke dinding dengan sangat keras hingga membuat Vania merintih sakit
Belum sampai disitu, mereka langsung memukuli Vania terus menerus sampai gadis itu benar benar kesakitan
"Ku-kumohon hentikan"
"Hei apa kita sudahi saja?"
"Ck, aku belum puas bermain dengannya"
"Hei kan masih ada banyak hari"
"Ya benar juga"
Kemudian salah satu dari mereka menjambak rambutnya dengan keras dan melepaskan begitu saja sampai Vania jatuh dengan posisi tengkurap
"Hahaha, dasar lemah!"
Setelah mengatakan itu, beberapa anak yang membullynya langsung pergi meninggalkan Vania
Vania mencoba berdiri walaupun seluruh badannya terasa sakit, ia menyeka darah disudut bibirnya dengan kasar
"Tak apa Vania, kau pasti bisa menghadapi semua ini"
Pulangnya mereka kembali membully Vania, dan menguncinya dikudang sekolah
Beruntung Vania bisa keluar setelah menemukan kunci cadangan digudang itu
Namun saat sampai rumah, ia malah mendapat tamparan dari sang ibu
"Dasar anak nakal! Kemana saja kau hah?! Ini sudah sore dan kau baru pulang?!"
"Ta-tapi mama Vania"
"Masuk ke kamarmu!"
Vania langsung berlari masuk ke kamar dengan hati yang terluka
Flashback end
"Mah pah, dulu kalian begitu bahagia menantiku lahir dari dunia ini. Tapi sekarang... aku seperti terbuang"
Tiba tiba Vania ingat sesuatu, ia langsung bersiap siap dan berlari ke luar kamar
Ia langsung keluar rumah
"Eh eh, mau kemana non?"
"Vania cuma pergi sebentar kok pak satpam, nanti tolong bilangin sama mama dan papa ya"
Setelah mengatakan itu, Vania langsung berlari keluar rumah
Ia terus berlari sampai kemudian berhenti didepan rumah yang sederhana
Langsung saja Vania masuk ke rumah itu dan langsung memeluk orang yang sangat dia sayangi
"Nenek!"
"Wah cucu nenek ternyata, ada apa Vania?"
Vania langsung menangis tersedu sedu dipelukan nenek nya sambil menceritakan hal yang ia alami
"Kenapa semenjak kehadiran adik, mama dan papa selalu mengabaikan Vania nek?! Hiks kenapa Vania selalu jadi bahan pelampiasan mama sama papa nek?! Hiks hiks kenapa Vania dibenci? Apa salah Vania?! Kenapa kenapa-"
"Shtt, Vania jangan sedih ya.. nenek sayang banget sama Vania.. Vania sabar karna ini semua ujian buat Vania ya"
Hanya neneknya lah yang menyayangi nya, hanya sang nenek yang selalu menenangkannya disaat Vania sedang sedih
Tapi kadang Vania takut kalau suatu hari ia akan kehilangan neneknya
Setelah beberapa lama Vania dirumah neneknya, ia langsung pamit pulang
Jika boleh jujur, Vania sama sekali tidak ingin tinggal di rumah yang bagaikan neraka penderitaan
Rumah yang harusnya menjadi tempat berlindung, malah menjadikan gadis itu semakin menderita
Saat sampai dirumah ia malah sudah disambut dengan tamparan ibunya (lagi)
"Puas kamu mengadu sama nenek?"
"A-apa maksud mama?"
"Gak usah banyak alesan! Sekarang cepet masuk kamar dan belajar! Pokoknya mama mau kamu jadi anak paling berprestasi disekolah"
"I-iya ma"
Vania langsung berlari ke kamarnya dan mengeluarkan beberapa buku pelajaran untuk belajar
Setelah beberapa saat, Vania memutuskan keluar kamar karna lelah belajar dari tadi
Namun saat sampai dianak tangga ketiga, Vania disuguhkan dengan momen yang benar benar membuat hatinya hancur
Diruang keluarga, terlihat mama dan papa yang sedang menghabiskan waktu bermain dengan Velia (adik)
'Kenapa kalian melupakan Vania? Vania juga mau merasakan kasih sayang ma pa'
Vania terdiam dengan pandangan yang sulit diartikan, tetapi kemudian ia dibuyarkan oleh suara dingin mamanya
"Kenapa kamu keluar?! Sana lanjut belajar!"
"Tapi ma, Vania capek"
"Gak ada capek capek, kamu barus masuk kamar beberapa menit yang lalu. Sekarang cepet kembali ke kamar dan lanjut belajar!"
'Baru beberapa menit? Padahal Vania udah belajar selama 5 jam ma! Kenapa mama sama papa gak adil!!'
Vania kembali masuk ke kamar dan menangis sejadi jadinya sambil memukul mukul tembok kamar hingga membuat kedua tangan Vania berdarah
'INI TIDAK ADIL!! SELALU VELIA, VELIA, DAN VELIA! KALIAN ANGGAP VANIA INI APA?! KENAPA VANIA SELALU DIABAIKAN!! KENAPA MAMA SAMA PAPA LEBIH SAYANG VELIA?! KENAPA KENAPA KENAPA?! VANIA JUGA ANAK KALIAN MA PA, SAKIT MA! VANIA SAKIT!!' jerit Vania dalam batinnya
Vania terus memukuli tembok kamar sampai dia jatuh terduduk tangan yang penuh dengan darah mengotori lantai
Vania duduk dengan kepala yang tertunduk, ia menatap kosong lantai yang penuh dengan noda darah
Vania mengambil obat dilaci meja dekat tempat tidur
Ia meminum obat tersebut dan langsung berbaring ditempat tidurnya
Selang beberapa lama, pandangan Vania mulai menggelap
'Aku harap, besok bukan hari yang buruk'
Lalu kelopak mata gadis itu mulai tertutup tanda kalau ia sudah tidur
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
Gimana chapter nya?
Ada yang penasaran gak nih ama obat yang diminum ama Vania?
Dah lah, maap kalo chapter ini gak jelas atau apa
Don't forget to voment minna ttebayo
See you in next chapter!
Jaa!
Salam kematian
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro