Part :: 6
"Kau tahu apa? Kau bahkan tak pernah benar2 tahu posisiku saat ini?"
"Jangan pernah mengatakan apapun lagi, apa yg kau ucapkan benar2 tak berguna"
"Bagaimana bisa kau menyebut dirimu sahabat, disaat kau tak mengerti rasa sakitku? "
"Seharusnya kau merasakan sendiri masalah ini, agar kau tidak mengatakan teori2 tak masuk akal"
.
.
.
.
.
.
.
Sangah membuka matanya pelan. Dengan keringat dingin yg membasahi pelipisnya. Sesaat yeoja itu hanya mematung memandang langit2 kamar. Sebelum kemudian menarik tubuhnya untuk bangkit.
"Sangah" suara berat yg hangat membuat yeoja itu menoleh
"Kau terbangun? Mimpi buruk lagi?" Itu suara Jooheon, yg ikut terbangun bersamanya
Sangah mengangguk, membuat Jooheon yg sudah menarik tubuhnya terduduk diranjang memeluk yeoja itu.
"Gwenchana...itu hanya mimpi" usapan lembut jemari Jooheon mendarat dikepala Sangah
"Aku tahu, tapi itu tetap saja menyesakkan" balas Sangah
Jooheon diam, begitupun Sangah yg masih setia dalam pelukannya.
"Jooheon-a" panggilan Sangah hanya disambut gumaman pelan Jooheon
"Apa mencoba menjadi kuat sebuah kesalahan?" Sangah mengadah menatap Jooheon, tanpa menjauhkan tubuhnya dari namja itu.
"Apa menyembunyikan rasa sakit juga kesalahan?" Tanya Sangah lagi dengan netra yg saling bertemu
"Aku hanya coba mencoba kuat dengan menyembunyikan rasa sakitku. Tapi...kenapa itu terlihat salah bagi mereka" pelan Sangah menyembunyikan wajahnya dibahu Jooheon
"Mereka selalu mengatakan aku adalah orang yg bahagia, dan tak akan mengerti rasa sakit mereka. Padahal...rasa sakit yg kurasakan, terkadang lebih dari apa yg mereka rasakan. Hanya saja...aku tak mau menunjukkannya. Dan karena itu mereka lantas berpikir aku selalu bahagia" suara Sangah terdengar memberat
"Jooheon-a...tak ada yg tak pernah merasakan rasa sakit bukan? Semua orang merasakan itu bukan?" Kembali Sangah menatap Jooheon
"Ne" Jooheon mengusap ringan rambut Sangah
"Lalu kenapa orang2 itu bersikap seolah2 luka hanya milik mereka. Dan akhirnya menambah luka yg tak pernah kutunjukkan dengan kata2 mereka" pelan airmata Sangah menetes
"Karena mereka bodoh, itulah sebabnya mereka melakukan itu. Mereka tak lebih dari seekor katak dalam tempurung yg tak benar2 pernah melihat dunia. Karena itu...sekuat apapun kau coba membuka mata mereka, maka mereka akan sulit melakukannya" urai Jooheon
"Aku terluka dengan kata2 mereka Jooheon-a" Sangah menenggelamkan kembali wajahnya dibahu Jooheon. Membiarman airmata yg masih setia mengalir dipipinya, membasahi piyama namja itu
"Maka biarkan aku menyembuhkan luka itu. Biarkan kehadiranku menyembuhkan hatimu" Jooheon mempererat pelukannya ditubuh Sangah yg semakin tenggalam dalam isaknya.
*
Ketika kau memilih untuk menyembunyikan segalanya, maka orang2 akan menganggapmu baik2 saja dan bahagia disaat kau terluka. Itu adalah sebuah resiko dari pilihanmu, maka ketika kau terluka dengan penilaian orang2 itu sesungguhnya hal tersebut bukanlah kesalahan mereka. Karena...kau tak pernah mengatkannya, dan lebih memilih diam. Dan manusia bukan Tuhan, yg bisa membaca sesuatu yg bahkan belum kau rencanakan. Jadi bagaimana bisa kau menuntut mereka tahu kalau kau terluka, disaat kau tak mengatakannya.
Setidaknya mereka tak harus membandingkan kehidupanku dengan mereka, bukankah itu lebih baik
Lalu apa kau tak pernah membandingkan hidupmu dengan orang lain? Bukankah kau juga melakukannya dalam diammu? Bukankah terkadang kau juga pernah berpikir, 'alangkah menyenangkan jadi dia'
Jangan mengatakan tidak, karena kupastikan itu adalah sebuah kebohongan.
Kau benar, aku melakukannya. Tapi...aku tak menyakiti orang lain dengan mengatakannya
Bukankah sejak awal sudah kukatakan kalau itu adalah pilihanmu. Kenapa masih memperdebatkannya.
Kalau kau merasa ini tidak adil. Maka luapkan saja emosimu. Manusia memang ditakdirkan memiliki beragam emosi, jadi jangan coba menutupinya.
Apa yg kau harapkan dengan menutupinya? Apa kau berharap orang2 tidak khawatir padamu? Lalu apa kau kira kau benar2 bisa menutupi lukamu dengan sempurna?
Tidak...kau tidak benar2 menutupi lukamu. Percayalah...ada seseorang yg diam2 memperhatikanmu, melihat luka itu. Tapi karena kau menutup diri, dia memilih diam seperti caramu. Padahal...hatinya terluka ketika melihat lukamu. Dan dia merasa bodoh, karena dia tak bisa berbuat apapun.
Kau bukan wonder woman yg memiliki kekuatan super, hingga kau berpikir ingin menarik semua luka orang lain dan menjadikan itu bebanmu. Kau manusia biasa yg juga butuh seseorang untuk mendengarmu. Walau nantinya tak ada jalan keluar, setidaknya dia tahu lukamu dan bersedia memberikan bahunya untuk menyembunyikan tangismu.
Berlari bukan solusi, karena kau hanya akan kelelahan bila melakukannya. Cobalah lihat orang2 disekitarmu dengan baik. Dan raih jemarinya yg mengulur padamu. Ungkapkan kesedihanmu, agar sesak didadamu bisa sedikit berkurang
Tidak semua orang didunia ini egois dan jahat. Jadi kurasa kau tak harua menghindari semua orang. Hanya pilih satu yg paling kau percaya. Karena aku yakin...pasti ada satu orang yg benar2 mau dan tulus mendengar kesedihanmu.
Hanya satu???
.
.
.
.
.
.
.
Sangah bernafas berat, sesuatu yg seperti menindih dadanya membuat yeoja itu enggan membuka mata. Untuk beberapa waktu yeoja itu hanya terbaring tanpa bisa membuka matanya. Hingga beberapa saat kemudian, sebuah usapan lembut dipipinya membuat Sangah terbangun dari tidurnya.
"Heeeyy....masih bermimpi buruk?" Sosok Jooheon segera tertangkap mata Sangah setelah dia meraih penuh kesadarannya
Sangah membisu, membiarkan netranya bertemu dengan Jooheon. Sebelum kemudian bangkit dan terduduk diatas ranjang.
"Wajahmu benar2 gelisah tadi, apa mimpimu benar2 sangat buruk?" Jooheon yg bersimpuh disisi ranjang, menyandaran dagunya diatas lutut Sangah
"Ani...aku tidak bermimpi buruk, itu hanya sebuah mimpi yg aneh" jawab Sangah dengan suara rendah
"Mimpi aneh??" Alis Jooheon bertaut
"Eoh" Sangah mengangguk
"Memangnya mimpi seperti apa?" Jooheon mencaritahu
Sangah tak segera menjawab, dia diam cukup lama sebelum mengurai mimpinya.
"Aku melihat gelap yg mengelilingiku. Sebelum sebuah suara terdengar entah darimana. Suara itu mengatakan hal2 yg selama ini menjadi bebanku. Dan...dia seolah mengarahkanku pada seseorang" Sangah berujar dengan tatapan mata lurus
"Seseorang? Siapa?" Jooheon semakin penasaran
"Dia orang yg akan terluka melihat lukaku. Dan merasa bersalah disaat dia tak bisa melakukan apapun untuk menyembuhkan lukaku" jawab Sangah seraya menatap Jooheon
"Kalau begitu itu aku" Jooheon merekahkan senyumnya
Sangah hanya menatap lurus Jooheon dengan wajah datar. Yeoja itu tak begitu yakin sosok yg dimaksud adalah Jooheon.
"Whae? Kenapa memandangku seperti itu?" Tanya Jooheon
"Seperti apa?" Sangah balas bertanya
"Seperti..." Jooheon memutus kalimatnya, untuk mencari jawaban yg tepat
"Sudahlah, jangan pikirkan yg tadi. Sebaiknya kita sarapan, aku sudah memasak untukmu" tak bisa menjelaskan apa yg dilihatnya, Jooheon memutuskan tak membahas hal itu
"Aku mandi dulu" balas Sangah pada ajakan Jooheon
"Kalau begitu aku akan menunggu diruang makan" Jooheon mengusap puncak kepala Sangah, sebelum kemudian berlalu meninggalkan yeoja itu
"Im Changkyun" tepat setelah sosok Jooheon menghilang dibalik pintu, bibir Sangah menggumamkan nama Changkyun
Yeoja itu nampak tercenung, memainkan mimpi aneh yg menyapa tidurnya bersama sepi yg mengelilingi kamar itu. Cukup lama Sangah hanya melamun ditempatnya. Sebelum kemudian memutuskan bangkit dan beranjak untuk membersihkan diri. Dibiarkan rasa sesak tertinggal disana. Dan mengantinya dengan kesegaran air yg membasahi tubuhnya.
*
"Berhenti melakukan hal2 yg tidak berguna, karena aku membenci itu" dengan tatapan mata kesal, Wonho berujar pada Dior
"Bukankah seharusnya aku yg mengatakan itu padamu" Dior membalas seraya tertawa ringan
"Lee Dior" Wonho terlihat semakin kesal, sementara Dior menikmati tawanya
"Pergilah berkonsultasi, karena kurasa...kejiwaanmu benar2 terganggu" Dior menghentikan tawa yg semula diurainya
"Aku baik2 saja, aku tak harus melakukan itu" balas Wonho
"Kau terlihat menyedihkan Shin Wonho, bagaimana kau bisa berpikir kau baik2 saja" tukas Dior
"Jangan berkata seolah kau tahu segalanya Dior-a"
"Aku memang tidak tahu segalanya, tapi setidaknya aku mencoba mengerti segalanya" Dior beranjak setelah menyelesaikan ucapannya, membuat Wonho menatap frustasi kepergian yeoja itu.
*
"Apa noona benar2 yakin itu aku?" Tanya Changkyun pada Sangah
"Ne" Sangah mengangguk pasti
"Jika itu memang aku, apa yg akan noona lakukan? Apa noona akan melepaskan Jooheon hyung?" Kembali Changkyun bertanya
"Apa itu pilihannya?" Sangah menatap lurus Changkyun
"Pilihan atau bukan, itu tergantung bagaimana noona melihatnya. Apakah noona ingin menjadikan itu sebuah pilihan, atau tidak sama sekali" jawab Changkyun
"Jika aku melihatnya sebagai pilihan, apa itu berarti aku harus membiarkannya pergi?" Sangah berujar dengan suara rendah
"Apa itu adil baginya? Bukankah noona yg menariknya mendekat?" Balas Changkyun membuat Sangah menunduk
"Ada bagian darinya yg tidak ada didiriku, karena itu noona menarik Jooheon hyung dalam hidup noona. Dan karena sebuah pilihan, noona ingin melepaskannya" Sangah semakin menunduk dalam karena itu
"Itu tidak adil noona" lanjut Changkyun dengan suara lemah
"Lalu aku harus bagaimana, agar ini adil baginya?" Sangah menatap Changkyun putus asa
"Lepaskan aku juga, seperti kau melepaskannya" jawaban Changkyun membuat mata Sangah membulat
"Kau gila!!! Kau pikir aku bisa melakukannya" nada suara Sangah meninggi satu oktaf
"Kau bisa kalau kau ingin melakukannya. Tapi selama ini kau tak pernah menginginkannya, karena itu kau tak melakukannya" balas Changkyun
Sangah terdiam, menatap sosok Changkyun yg nampak tenang
"Kau tidak pernah mencintaiku ya?" Pertanyaan itupun lolos dari bibir Sangah setelah kebungkamannya sesaat
"Aku mencintaimu, bahkan sangat mencintaimu" jawab Changkyun pasti
"Lalu??"
"Lalu aku hanya mencintaimu, hanya cinta. Tak ada ambisi untuk memaksamu selalu ada disisiku. Ataupun memintamu untuk selalu jadi milikku" Changkyun masih memasang ekspresi yg sama
"Im Changkyun" bibir Sangah bergerak tanpa suara
"Pikirkan lagi noona. Pikirkan semuanya dengan baik. Yakinkan hatimu kalau itu benar2 aku. Atau kau memaksanya agar orang itu adalah aku" ucap Changkyun membuat Sangah membeku diposisinya
*
Kihyun menarik nafas berat, sesaat setelah Wonho meluapkan seluruh emosinya karena Dior padanya.
"Apa aku salah?" Tanyanya dengan nafas yg terdengar memburu
"Kau ingin aku menjawab dengan jawaban yg ingin kau dengar, apa dengan jawaban yg tidak ingin kau dengar?" Kihyun balas bertanya
Wonho mengerutkan keningnya, membuat Kihyun menatap dalam mata namja itu seraya menyandarkan siku diatas meja.
"Kau benar...itu adalah jawaban yg ingin kau dengar. Karena setidaknya kau berpikir, apa yg kau lakukan adalah hal terbaik yg memang harus kau lakukan" urai Kihyun
"Kau salah...itu adalah jawaban yg tak ingin kau dengar. Karena...kau tahu...itu memang salah, tapi kau berusaha menganggapnya benar" pelan Kihyun mendorong tubuhnya bersandar dikursi yg dia tempati
"Kihyun-ya..."
"Sadarlah Wonho, walau terlihat salah...kupikir apa yg dilakukan Dior itu lebih baik daripada apa yg kau lakukan" potong Kihyun sebelum Wonho berujar
"Tapi..."
"Kapalmu sudah semakin tenggelam Wonho-a, Dior hanya coba menyelamatkannya" Kihyun kembali memutus kata2 Wonho, membuat namja itu mematung
"Pikirkan lebih baik, dan jangan melibatkan emosimu. Lalu...setelah kau menemukan jawabannya, datanglah padaku. Temui aku nanti bukan sebagai seorang sahabat, melainkan sebagai seorang dokter" Kihyun menyesap kopi miliknya, seraya menatap lekat Wonho yg termenung
Namja itu terlihat tenggelam dalam kebisuannya. Seolah memainkan kembali sesuatu yg mengisi setiap bagian kepalanya.
*
TBC
Sorry for Typo
Thanks to Reading & Votement
🌻Haebaragi🌻
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro