Part :: 3
Sangah mengerjapkan matanya sesaat, ketika sinar matahari menyusup kekamarnya. Dengan posisi tidur yang terlungkup diatas kasur, Sangah mengarahkan pandangannya pada Jooheon. Pemuda itu nampak duduk dengan nyaman diujung ranjang Sangah. Bersama jemari yg mengusap pelan puncak kepala yeoja itu.
"Pagi" sapanya hangat.
Sangah memiringkan posisi tidurnya, kemudian menarik seulas senyum tipis.
"Pagi" balas Sangah
Jooheon membaringkan kepalanya didekat Sangah, dengan kaki yang masih berjuntai dilantai.
"Apa tidurmu nyenyak?" Tanyanya dengan tangan yang kini mengusap pungung tangan Sangah.
"Sangat" mata Sangah sempat mengerjap pelan, membuat Jooheon tersenyum karena merasa ekspresi itu sangatlah imut.
"Senang bisa mendengar kau menikmati tidurmu dengan baik" tukas Jooheon.
Keduanya diam sesaat diakhir frasa Jooheon. Baik Sangah dan Jooheon terlihat menikmati kebungkaman mereka. Sangah nampak mengagumi wajah Jooheon yang begitu dekat dengannya. Sementara Jooheon coba menyelami bola mata Sangah yang mengarah lurus memandangnya.
"Cepat bangun, bukankah kau harus berangkat bekerja." mata Sangah mengarah pada jam dinding mendengar itu, dan sedetik kemudian diapun bangkit di susul Jooheon.
"Setiap bersamamu, pagi terasa datang begitu cepat." Sangah sudah bergerak meninggalkan ranjang nyamannya.
Jooheon tertawa pelan, mengiringi langkah kaki Sangah menuju kamar mandi. Setelah menyambar handuknya, yeoja itu menghilang didalam kamar mandi. Dan menikmati waktunya membersihkan diri seraya bersenandung ditempat itu.
"Kau membuatku sarapan." Sangah memandang lekat Jooheon yang sudah duduk dimeja makan setelah tubuhnya rapi
Anggukan pelan Jooheon menjawab itu. Membuat Sangah segera meraih tangan Jooheon guna memeriksa jemarinya.
"Tidak ada luka hari ini." ucap Jooheon karena tahu kekhawatiran Sangah
Segera tatapan Sangah mengarah pada netra Jooheon. Sebelum kemudian dia memeluk erat tubuh namja itu.
"Jangan terluka untukku kumohon." suara lirih Sangah terdengar ditelinga Jooheon
"Bukankah seharusnya namja yang mengucapkan itu pada yeojanya." balas Jooheon seraya mengusap punggung Sangah.
Yeoja itu tak menjawab, dia justru semakin mempererat pelukannya ditubuh Jooheon.
"Aku baik-baik saja Sangah." sadar yeoja yang memeluknya masih khawatir, Jooheon coba menenangkannya
Pelan Sangah menarik tubuhnya menjauh, dan menatap lekat Jooheon. Seulas senyum dikembangkan Jooheon saat mata keduanya bertemu, memamerkan dimple diwajah namja itu.
"Morning kiss" Jooheon memajukan bibirnya sambil memejamkan mata
Sangah tertawa pelan karena itu, sebelum kemudian mendaratkan kecupan singkat dibibir namja tersebut.
"Sekarang makanlah" tukas Jooheon setelah membuka matanya kembali.
Sangah mengangguk, dan segera menikmati sarapannya bersama Jooheon.
*
"Sangah-ssi" seorang rekan kerja Sangah dari divisi yang sama menegur yeoja itu
"Ne" sahut Sangah seraya menegakkan tubuhnya
"Titipan untukmu" sebuah kotak bekal berwarna biru diarahkan yeoja yg memanggil Sangah padanya
"Dari siapa?" Kening Sangah berkerut
"Office boy bilang itu dari seorang namja, tapi dia tak menyebutkan namanya" jelas yeoja itu
Sangah tak membalas, dia terlihat menatap kotak bekal yang sudah berada ditangannya.
"Mungkin itu dari kekasihmu" lanjut yeoja itu membuat pandangan Sangah kembali mengarah padanya
Wajah Sangah memerah kini, menjadikan yeoja dihadapannya tersenyum.
"Kalau benar, berarti kau memiliki seorang namja chinggu yang manis dan perhatian" ujarnya kemudian seraya berlalu
Dengan wajah yang masih merona Sangah menatap kepergian sang rekan kerja. Sebelum kemudian kembali memperhatikan kotak bekal dihadapannya.
"Siapa? Jooheon kah?" Tebak Sangah
Yeoja itu mengeluarkan ponselnya, dan menghubungi Jooheon
"Ne..changiya" suara berat Jooheon menjawab panggilan Sangah
"Apa kau memasak lagi?" Tanya Sangah
"Ani...whaeyo? Kau mau aku memasak lagi untukmu?" Balas Jooheon
"Ani...aniyo" jawab Sangah cepat
"Lalu? Kenapa bertanya?"
"Itu karena..." Sangah memberi jeda dikalimatnya untuk berpikir "aku takut kau melukai dirimu lagi, jadi memastikanmu tidak memasak untukku" ucapnya berbohong
"Aaah...geraekunna, jadi sekarang kau sedang mengkhawatirkanku"
"Ne..aku sedang mengkhawatirkanmu" Sangah menarik senyum yg bahkan tak tertangkap lawan bicara
"Sangat senang kau mengkhawatirkanku seperti ini" nada bahagia tertangkap telinga Sangah, membuat senyumnya semakin melebar
"Hanya dikhawatirkan saja kau merasa senang"Sangah tertawa pelan
"Tentu saja senang, khawatir itu bagian dari cinta apa kau tahu. Jadi...saat kau mengkhawatirkan seseorang, itu tandanya kau mencintai orang itu" urai Jooheon
"Jadi kau pikir selama ini aku tidak mencintaimu?" Balas Sangah
"Eyyyy....aku tak pernah berpikir seperti itu."sanggah Jooheon
"Lalu? Kenapa kau berkata seperti itu? Seolah-olah aku tak pernah benar-benar mencintaimu" Sangah mengerucutkan bibirnya
"Bukan begitu chagiya, aku mengatakan itu karena aku benar-benar merasa bahagia dengan rasa khawatirmu. Rasa khawatirmu itu membuatku menyadari kalau cintamu benar-benar besar untukku. Karena itulah aku mengatakannya, karena selama ini aku merasa kita memiliki rasa cinta yang sama besarnya. Namun pada kenyataannya, rasa cintamu jauh lebih besar dari cintaku" urai Jooheon panjang
"Ya...kau sedang merayuku?" Sangah kembali tertawa pelan
"Kau bebas mengartikan apapun pada kata-kataku." sambut Jooheon.
"Kalau begitu aku akan menganggapnya sebagai sebuah pengakuan kedua, setelah pernyataan cintamu dulu." balas Sangah
"Terdengar romantis"
"Kau mau memuji dirimu sendiri ya. Kau mau membuatku mengakui kalau kau itu romantis"
"Aku memang romantiskan" ada nada bangga dari ucapan Jooheon
"Aisssh...kau ini percaya diri sekali ya" ucapan Sangah disambut tawa pelan Jooheon
"Sudahlah...aku mau melanjutkan pekerjaanku dulu" ujar Sangah kemudian
"Hmm...bekerjalah yang giat, dan dapatkan banyak uang" gurau Jooheon
"Araso...aku akan mendapatkan banyak uang, jangan khawatir" balas Sangah
Kembali tawa Jooheon berderai, membuat Sangah tak mampu menahan senyumnya
"Aku tutup ya"
"Hhmm....saranghae" ucap Jooheon
"Ara" sahut Sangah kemudian mengakhiri panggilan
Diapun segera menyimpan ponselnya kembali, kemudian mengusap kotak bekal biru dihadapannya.
"Im Changkyun" gumam Sangah pelan, bersama senyum yg merekah manis dibibirnya.
*
Sangah melingkarkan tangannya dipinggang Changkyun, sesaat setelah yeoja itu tiba dikediaman namja itu. Changkyun yang semula sibuk menata makanan yang baru saja selesai dimasaknya, segera menghentikan kegiatan tersebut. Dan merekahkan senyum dengan jemari yg menyentuh pungung tangan Sangah lembut.
"Gomawo" Sangah meletakkan dagunya dibahu Changkyun
"Untuk?" Changkyun menoleh sedikit untuk menatap Sangah
"Makan siang yg kau kirim" jawab Sangah
Changkyun membalik tubuhnya kini, dan melingkarkan tangan dipinggang Sangah.
"Kau menghubunginya dulu?" Balas Changkyun
"Siapa?" Sangah mengerutkan keningnya tanda tak mengerti
"Jooheon hyung" jawab Changkyun
"Bagaimana..."
"Mudah bagiku tahu apapun yang kau pikirkan noona" Changkyun membenturkan ringan keningnya pada kening Sangah, membuat ringisan pelan lolos dari bibir yeoja itu
"Kenapa bisa mudah bagimu mengetahui semua hal tentangku" dengan kening yg masih bertemu, Sangah bertanya
"Karena aku mencintaimu" jawab Changkyun "lebih dari apapun" lanjutnya setengah berbisik
Pipi Sangah bersemu mendengar itu, membuatnya segera melingkarkan tangan dileher Changkyun untuk memeluknya. Tangan Changkyun yang masih melingkar dipinggang Sangah, menarik tubuh yeoja itu semakin mendekat guna mempererat pelukan tersebut.
"Gomawo Changkyun-a" ujar Sangah setengah berbisik
"Untuk?" Changkyun memakai nada yg sama
"Semuanya" balas Sangah
Changkyun menarik tubuhnya menjauh, begitupun Sangah
"Kehadiranmu dihidupku, membuatku merasa sangat beruntung" ucap Sangah tulus
Sesaat Changkyun memandang Sangah dengan tatapan yang sulit dipahami. Namun kemudian menarik senyum hangat untuk yeoja itu. Dimainkannya poni Sangah yang berjuntai menutupi keningnya, sebelum kemudian mendaratkan kecupan disana.
"Ayo makan" ujar Changkyun setelah itu
Sangah mengangguk, dan terlihat menarik tangannya dari leher Changkyun. Ditempatinya kursi yang digeser Changkyun, dan mulai menikmati makan malam buatan namja itu.
*
Wonho memijat pelan pangkal hidungnya, seraya memperhatikan layar persegi yang berpendar dihadapannya. Sudah lebih dari satu jam dia memperhatikan benda itu, dengan wajah yang terlihat serius dan tentunya lelah.
"Kopimu" Dior yang menemani Wonho sejak tadi meletakkan satu cup kopi yang dia buat dihadapan namja itu.
Wonho meminum itu tanpa berujar, sementara Dior setia memandanginya.
"Belum juga lelah?" Ujarnya yang tak mendapat atensi dari Wonho
"Belum mendapat irama yang tepat" kali ini ucapan Dior berhasil mengalihkan pandangan Wonho dari layar yang setia dipandanginya sejak tadi.
"Aku akan menemukannya" ucap Wonho.
"Kau terlihat sangat yakin" Dior tersenyum tipis.
"Aku harus yakin untuk mendapatkan apa yang ku inginkan" balas Wonho.
Dior mengangguk, sebelum menyesap kopi ditangannya.
"Kau kehilangan satu hari, dan kau tak mendapatkan apapun" Dior mengingatkan.
"Aku bukan tidak mendapatkannya, tapi belum mendapatkannya" ralat Wonho.
"Apapun itu" senyum tipis Dior kembali terkembang
Yeoja itu nampak duduk disisi Wonho kini, seraya menatap benda yang sejak tadi mencuri perhatian namja yg dia cintai.
"Pulanglah...bukankah kau lelah" Wonho menatap wajah Dior yang dihiasi kantung mata tipis
"Bukankah rumahku disini, kenapa aku harus pulang" tawa kecil terdengar diantara kata-kata Dior
"Dior-a" gumaman lirih itu terdengar seperti protes ditelinga Dior
"Setelah menghabiskan ini" Dior mengacungkan cup kopinya
Wonho menghela nafas berat, karena tak benar-benar ingin Dior berada lebih lama disana. Wajah lelah Dior, dan juga perasaannya pada Wonho membuat namja itu tak nyaman. Menjadikan Wonho diam-diam berharap Dior cepat meninggalkannya sendiri, untuk melanjutkan pekerjaannya.
*
Secangkir teh crysant hangat dan juga pancake sudah tersaji diatas meja saat Wonho membuka mata. Asap tipis yang masih menghiasi dua hidangan itu membuat Wonho bisa memastikan keduanya belum lama disajikan disana.
Wonho menegakkan tubuhnya segera yang semula berbaring disofa panjang diruang kerjanya. Kemudian berjalan pelan dengan cangkir teh ditangannya untuk melihat layar komputer yg menyita perhatiannya sejak semalam.
"Dior" desah Wonho nyaris tak terdengar dengan mata yg masih pada fokus yang sama.
Wonho meletakkan cangkir teh nya, kemudian meletakkan tangan diatas meja untuk menyangga tubuhnya yg benar-benar lelah.
"Kupikir kau bercanda saat mengatakan akan membantuku, tapi ternyata..." Wonho tak dapat melanjutkan kata-katanya
Namja itu terdiam dengan mata terpejam. Menikmati perasaan kacau yang diberikan seorang Lee Dior padanya.
*
Aroma manis sirup apel menyapa penciuman Sangah. Membuat yeoja itu segera membuka matanya pelan. Beberapa kali mata itu mengerjap pelan. Hingga akhirnya terbuka penuh dan mendapati nampan berisi sepiring pancake dan juga susu cokelat hangat.
"Sudah bangun" Sangah menarik tubuhnya duduk, dan menatap Changkyun yg baru keluar dari kamar mandi
"Kau baru selesai mandi?" Sangah menatap Changkyun yg mengusap pelan rambutnya yg basah
"Kelihatannya" Changkyun mendudukkan dirinya dipinggir ranjang
"Lalu sarapan ini?" Tunjuk Sangah pada nampan yg disimpan diatas nakas
"Aku membuatnya sebelum pergi mandi" Changkyun meraih nampan itu, dan mulai menyendokkan pancake dengan toping sirup apel tersebut
"Aaaaa..." Changkyun mengarahkan sendok berisi pancake kearah mulut Sangah
Dengan tersenyum, Sangah memama pancake itu. Menghadirkan ukiran senyum yg sama diwajah Changkyun.
"Ini sedikit berbeda dari biasanya" komentar Sangah saat lidahnya merasakan pancake itu
"Jinca?" Changkyun menatap lekat Sangah
"Hmm...rasanya lebih lembut, dan juga...ada rasa manis berbeda yg belum pernah kurasakan" komentar Sangah
Mendengar itu Changkyun mencicipi pancake tersebut, dan nampak mengangguk setuju.
"Majayo..ada manis lain didalam pancake, tapi bukan manis dari sirup apelnya" seraya mengunyah itu, Changkyun berkomentar
"Kau menambah sesuatu didalam adonan pancemu?" Gelengan Changkyun membalas itu
"Aniyo" ucapnya kemudian
"Jadi kenapa berbeda" Sangah nanpak bingung
Changkyun memperhatikan Sangah yg berpikir seraya sedikit memiringkan kepalanya. Kemudian tersenyum karena ekspresi tersebut.
"Sudahlah noona, jangan dipikirkan. Mungkin itu hanya pengaruh proses memasaknya. Sebaiknya kau kembali makan, agar bisa segera merapikan diri dan berangkat kerja" Changkyun kembali mengarahkan pancake ke mulut Sangah
Tak ada balasan dari Sangah, yeoja itu nampak kembali menyantap pancake yg disuapkan Changkyun. Bersama senyum yg terus dikembangkanya, Sangah terlihat menikmati sarapannya bersama Changkyun pagi itu.
*
TBC
Sorry for typo
Thanks for Reading & Votement
🌻Haebaragi🌻
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro