Part :: 2
Sangah menyibak tirai jendela, membuat cahaya matahari masuk ke kamar dimana dia berada. Perlahan sinar hangat itupun menerpa wajah Jooheon. Yg masih mencoba menikmati mimpinya.
Sangah tersenyum, melihat kerut didahi Jooheon. Sepertinya namja itu terganggu dengan cahaya yg menerpa wajahnya. Menjadikan Sangah segera menghampiri ranjang tempat Jooheon berbaring.
"Jooheon-aa" Sangah menarik selimut yg menutupi tubuh Jooheon dan berbisik ditelinganya setelah duduk ditepi ranjang
"My Honey, ireona" jemari Sangah mengusap rambut Jooheon yg terlihat berantakan
"Ireona...Jooheon-a" Sangah tak mengubah nada suaranya
Jooheon melenguh pelan sesaat, sebelum mengerakkan kepala ringan.
"Jam berapa?" Suara serak Jooheon menyapa telinga Sangah, sebagai respon dari kata2nya
"Sudah jam 7" masih setia membelai rambut Jooheon, Sangah membalas
"Biarkan aku tidur satu jam lagi" Jooheon meraih jemari Sangah, dan menjadikan telapak tangan yeoja itu sebagai bantalan kepalanya
"Andwe....kau harus bangun" Sangah menarik lembut tangannya
Jooheon berdecih pelan, sebelum kemudian menarik tubuh untuk bangkit. Dengan mata yg masih setia terpejam, dia menyandarkan kepalanya dipundak Sangah. Membuat yeoja itu tertawa pelan.
"Ireona" kembali jemari Sangah mengusap rambut Jooheon
Jooheon menjauhkan tubuhnya. Mengusap pelan matanya, kemudian menatap lembut Nuna.
"Morning kiss" Jooheon memajukan bibirnya
Sangah menahan dagu Jooheon yg perlahan mendekati wajahnya. Membuat namja itu bedecih kesal.
"Mandi dan sikat gigilah, sebelum kau memintaku menciummu" Sangah berujar dengan senyum yg merekah dibibirnya
"Whaeyo? Apa nafasku sangat bau?" Jooheon mencium nafasnya sendiri, saat Sangah mengangguk ringan merespon pertanyaannya
"Heyyy...ayolah ini tak terlalu bau" Jooheon kembali mendekatkan wajahnya pada Sangah.
"Andwe....menjauh" Sangah mendorong tubuh Jooheon
Namja itu memasang wajah kesal kini, sementara Sangah bangkit setelah berhasil menjauhkan tubuh Jooheon darinya.
"Cepat mandi, dan rapikan dirimu. Aku menunggumu di meja makan, kita sarapan bersama" Sangah berlalu setelah menyelesaikan kalimatnya
Jooheon menatap kepergian Sangah sesaat, sebelum kemudian berlalu dan beranjak menuju kamar mandi.
Sementara Jooheon sibuk dengan kegiatan membersihkan diri, Sangah mulai berkutat dengan kesibukannya didapur. Untuk beberapa saat dia menikmati waktu sendirinya, hingga Jooheon bergabung dengan wajah yang lebih segar.
"Kau masak apa?" Sentuhan ringan dipinggang Sangah menghentikan kegiatan yeoja itu
"Tofu jiggae, dan tempura" jawab Sangah membuat Jooheon mengangguk
"Aromanya enak" Jooheon mendekatkan pada panci sup berisi tofu jiggae buatan Sangah
"Duduklah, sebentar lagi siap" perintah Sangah lembut
Jooheon kembali mengangguk, dan setelah mengecup singkat pipi Sangah diapun duduk dikursi makan.
"Kita makan siang bersama bukan?"
Sangah menoleh sesaat pada Jooheon, dan nampak bergerak membawa tofu jiggae-nya sebelum menjawab
"Aku harus menemui Changkyun" jawab Sangah dengan tangan yg meletakkan panci tofu jiggae diatas meja
"Ah..." Jooheon menangguk ringan "kau akan menghabiskan siang dengannya?" Lanjut Jooheon kemudian
"Karena mungkin aku akan lembur, jadi aku akan coba menemani Changkyun saat makan siang nanti. Kau tahu bukan, Changkyun orang yg mudah kesepian" Sangah sudah mendudukkan dirinya dikursi yg berseberangan dengan Jooheon
"Bukankah aku juga mudah kesepian" balas Jooheon
"Kau memiliki banyak kegiatan untuk mengusir rasa kesepianmu Jooheon-a, tapi tidak dengan Changkyun. Dia cenderung aktif jika ada orang disisinya" Sangah mulai menyantap sarapannya
Jooheon tak membalas, dengan menahan kecemburuan dihatinya namja itu ikut memulai sarapan.
"Kalau begitu biarkan aku mengantarmu bekerja" pinta Jooheon
"Wonho oppa akan menjemputku, dan mengantar ke tempat kerja" balas Sangah
"Wuaah...sepertinya sainganku bertambah" Jooheon meletakkan sikunya diatas meja
"Apa maksudmu?" Sangah menatap lurus Jooheon
"Pertama Changkyun, dan kedua Wonho-ssi" Jooheon memainkan jemarinya
Sangah menarik nafas berat, kemudian menarik senyum termanisnya
"Jooheon-a, Wonho oppa sudah ku anggap oppa ku sendiri. Tak ada tempat dihatiku untuknya. Karena...sudah ada kau dan Changkyun disini. Berhenti cemburu, dan cobalah dekat dengannya. Wonho oppa orang yg baik, kau pasti akan mudah dekat dengannya seperti Changkyun" Sangah memberi pengertian pada Jooheon
Jooheon tak membalas. Namja itu memilih melanjutkan makannya. Aksi diampun dilancarkan Jooheon kini. Sebagai tanda kalau hatinya sedang tidak nyaman.
Sangah yg tahu pasti hal itu memilih ikut diam. Dia mengerti benar dengan sikap pencemburu Jooheon. Jika rasa cemburunya muncul, Jooheon memang terlihat kekanak-kanakan. Namun jika tidak, dia bahkan bisa lebih dewasa dari Sangah.
"Jooheon-a...aku harus berangkat kerja" Sangah menatap Jooheon yg berdiri disisinya
Usai sarapan namja itu mengantar Sangah menemui Wonho yg sudah menanti didepan rumah.
"Arayo" Jooheon balas menatap Sangah
"Kalau kau tahu, maka lepaskan ini" Sangah mengangkat tangannya yg saling bertaut dengan jemari Jooheon
"Aku tak akan bisa kerja bila kau terus mengenggam tanganku seperti ini" lanjut Sangah kemudian
Dengan perasaan tak rela Jooheon pun melepas tautan tangannya. Membuat Sangah menarik senyum tipis.
"Kajja...kita berangkat sekarang" Wonho berujar seraya membuka pintu mobil
Sangah mengangguk, dan segera memasuki mobil Wonho.
"Jooheon-a, aku bawa Sangah" izin Wonho
"Ne.....hyung" balas Jooheon dengan suara berat
Wonho mengangguk, dan segera berputar menuju kursi kemudi. Sedangkan Sangah terlihat menurunkan kaca jendela. Dan menyangga dagunya sambil menatap Jooheon.
"Usahakan kembali setelah kau menyelesaikan pekerjaanmu" Jooheon membungkukkan tubuhnya kearah Sangah
"Ne" Sangah mengangguk, membuat Jooheon mengecup ringan puncak kepalanya
"Bekerja yg baik" pesannya kemudian "hyung...jangan mengebut" pandangan Jooheon mengarah pada Wonho
Sangah yg juga ikut tersenyum mengarahkan pandangannya juga pada Wonho. Dan mendapati namja itu terlihat merekahkan senyum yg sama.
"Aku pergi dulu Jooheon-a" Sangah melambaikan tanganya
Jooheon membalas lambaian tangan itu, dengan tubuh yg sudah ditegakkan. Tak lama deru mobil terdengar, bersama sosok Sangah yg dibawa berlalu dari hadapan Jooheon.
*
Sangah POV
"Changkyun" aku membulatkan mataku mendapati Changkyun yg datang menemuiku ditempat kerja
"Surprise" dengan senyum andalannya, dia melangkah mendekatiku
"Kenapa kemari? Bukankah noona sudah berjanji akan menemuimu dirumah" tanyaku dengan wajah heran
"Membosankan bila hanya menunggu dirumah, jadi menemui noona disini" tangannya sudah memeluk pingangku
"Lalu bagaimana kau tahu kalau noona ada disini?" Keningku berkerut
Bukan tanpa alasan, melainkan karena tak pernah ada yg tahu aku menghabiskan banyak waktu di rooftop kantor. Bahkan semua rekan kerjaku tak pernah menyadari aku yg menghilang ketempat ini. Jadi aku merasa heran melihat Changkyun yg ada disini, tepat dihadapanku memelukku.
"Dimanapun noona, dan sejauh apapun noona pergi. Aku akan menemukan keberadaan noona" jemarinya mengusap lembut rambutku, sementara lengannya yg lain masih melingkar dipingangku.
Aku tersenyum, ada rasa tenang yg kudapat dari perlakuannya. Yg membuatku segera memeluk tubuh Changkyun
"Kau selalu tahu cara membuatku merasa bahagia" ucapku dalam pelukan Changkyun
"Dan noona selalu tahu cara membuatku merindukan noona" aku merasakan dagunya berada dipuncak kepalaku
Seulas senyum yg tak terlihat oleh Changkyun tergambar diwajahku. Bersama lengan yg semakin memeluknya erat. Rasa tenang membuatku ingin selalu memeluk tubuh ramping itu. Bahkan jika aku boleh berharap waktu berhenti, aku ingin waktu berhenti disini.
*
Author POV
Dengan bergandengan tangan Sangah dan Changkyun kembali kekediamannya. Senyum merekah dikedua bibir mereka, bersama jemari yg masih terus bertaut. Rasa hangat dari genggaman jemari keduanya perlahan menyebar kedalam hati masing-masing. Memunculkan rasa bahagia yg sulit diungkapkan.
"Sudah sampai" pintu biru yg menyapa mata Changkyun membuat namja itu menghentikan langkahnya
Sangah melakukan hal yg sama, dan menatap Changkyun yg sudah mengarahkan tatapan hangat padanya
"Tak ingin mampir, aku bisa membuatkanmu secangkir cokelat hangat" ajak Sangah dengan tangan yg mengenggam erat jemari Changkyun
"Dan membuat Jooheon hyung menyambutku dengan tatapan tajamnya. Tidak terimakasih" Changkyun membalas setengah bercanda
"Aku bisa menjinakkannya untukmu" Sangah berujar sembari mengurai tawa pelan
"Arayo...akan mudah bagi noona untuk menjinakkannya. Tapi aku tetap tidak mau mengambil resiko. Dia namja dengan rasa cemburu yg tidak bisa ditoleransi" Changkyun masih setia dengan candaannya
Sangah hanya tersenyum lebar menanggapi itu. Dengan tangan yg memainkan jemari Changkyun.
"Sudah sangat larut, masuklah" jemari Changkyun yg bebas mengusap puncak kepala Sangah
Sangah tak menjawab, dia hanya menatap lekat Changkyun beberapa saat sebelum kemudian mengangguk.
"Noona masuk dulu" pamit Sangah
Giliran Changkyun yg mengangguk, membuat Sangah menghadiahkan kecupan singkat dipipinya
"Goodnight" ucapnya seraya beranjak
"Night" balas Changkyun dengan senyum yg terkembang lebar
Namja itu menatap tubuh Sangah yg menghilang dibalik pintu biru. Kemudian memudarkan senyumnya setelah sosok itu menghilang.
"Seharusnya aku membawamu keluar dari semua ini. Tapi aku justru semakin mendorongmu masuk kedunia yg membuatmu...." Changkyun tak melanjutkan kata2nya
Rasa sesak menjadikan namja itu hanya bisa menghela nafas berat. Diapun tercenung sesaat didepan pintu biru tersebut, dan beranjak menembus gelap yg sudah menguasai Seoul.
*
Aroma makanan segera menyapa penciuman Sangah sesaat setelah dia memasuki kediaman Jooheon. Pelan diapun melangkah menuju ruang makan dan mendapati namja itu membaringkan kepala diatas meja yg sudah dipenuhi makanan.
Jooheon nampak terlelap disana, tak menyadari langkah Sangah yg mendekat dan berhenti tepat disisinya.
"Jooheon-a" Sangah menyentuh ringan bahu Jooheon
Jooheon cepat tersentak, dan segera menegakkan tubuhnya.
"Kau sudah pulang" suara Jooheon terdengar serak
"Eoh" Sangah mengeser kursi dan duduk disisi Jooheon
Diapun menatap hidangan yg tersaji, sebelum kemudian kembali memandang Jooheon.
"Ini semua....apa kau yg memasak?" Jemari Sangah menunjuk hidangan tersebut
Jooheon memalingkan pandangannya ke ujung telunjuk Sangah, dan kemudian mengangguk ringan
"Eoh" senyum menghias wajah Jooheon
"Tapi bukankah..."
"Aku ingin belajar apapun yg tidak bisa kulakukan untukmu" jemari Jooheon mengenggam tangan Sangah
Sangah terdiam sesaat, kemudian menunduk memandang jemari Jooheon
"Ooo...jarimu terluka" Sangah menyentuh plester yg melingkar dijari telunjuk Jooheon
"Ini bukan luka, ini sebuah penghargaan" senyum masih mengukit diwajah Jooheon, seraya mengacungkan telunjuknya yg terluka
"Jooheon-a.." gumam Sangah lirih
"Suatu kebanggaan bagiku, jika terluka untukmu" pipi Sangah mendapat sentuhan jemari Jooheon
Sangah memejamkan matanya sesaat, merasakan hangat jemari Jooheon. Sedetik kemudian dia kembali membuka matanya. Membuat pandangan yeoja itu bertemu dengan Jooheon.
"Gomawo" jemari Sangah menyentuh pungung tangan Jooheon yg masih berada dipipinya
"Tidak ada kata terimakasih untuk cinta. Karena sudah seharusnya cinta itu banyak memberi" Jooheon menempelkan keningnya pada kening Sangah
Sangah tersenyum lebar mendengar itu, bersama hangat yg semakin menyebar dihatinya.
"Kau lapar bukan, sebaiknya kau makan" Jooheon menarik tubuhnya menjauh, dan menyerahkan sumpit ketangan Sangah
Tanpa banyak bicara Sangah meraih sumpit itu, dan mulai menyantap makan malamnya.
"Otte?" Jooheon meminta pandapat Sangah
"Jooheon-a...kurasa kau benar2 jenius, ini sangat enak" puji Sangah
"Jincayo?" Sebuah anggukan Sangah membalas itu, membuat Jooheon tersenyum senang
"Kalau begitu makanlah yg banyak" Jooheon mengusap poni Sangah
Sangah mengangguk, kemudian kembali menyantap hidangan buatan Jooheon dengan senyuman.
Sementara itu jauh dari keberadaan mereka. Sosok Wonho terlihat mematung ditaman rumah sakit.
"Aku sudah menemui Hyungwon" Dior yg menemani Wonho nampak membuka suara setelah lebih dari beberapa menit membisu
Wonho menoleh tanpa mengatakan apapun
"Dia bilang kau sudah gila dan perlu perawatan" ucap Dior terkesan sinis
"Begitukah?" Wonho membalas santai
Dior berdecih pelan mendengar itu, seraya bangkit dari duduknya
"Berhenti bermain-main, dan dengarkan kata Hyungwon" Dior berujar dengan nada perintah
"Aku tahu apa yg terbaik untukku Dior" balas Wonho
"Ani...kau tak tahu, kau tak tahu apapun tentang yg kau lakukan. Karena...dihati dan kepalamu sudah diisi oleh yeoja itu" ujaran sinis kembali Dior layangkan
"Yeoja itu punya nama, dan namanya..."
"Aku tak perduli dengan namanya, dan tak mau perduli" potong Dior
"Dior-a..."
"Semua sia-sia, dan hanya akan melelahkanmu. Jadi kumohon..."
"Tak akan...tak akan pernah, aku...tak mau berhenti" giliran Wonho yg memutus ucapan Dior
Dior membisu, sementara Wonho nampak bangkit dari duduknya.
"Dior-a...ketika seseorang berhenti bermimpi untuk sampai ke bulan, maka tak akan ada roket yg meluncur kesana. Jika seseorang berhenti bermimpi untuk terbang. Maka pesawat tak akan pernah dikembangkan" ucap Wonho dengan suara rendag
Wonho mengadahkan pandangannya kelangit malam, seraya menarik nafas dalam
"Begitu juga perjuanganku, dan mimpiku. Kalau aku berhenti, maka aku tak akan mendapat apapun. Aku hanya akan menerima lelah dari perjuanganku sejauh ini" Wonho melanjutkan ucapannya seraya menatap lurus Dior
"Apa yg kau hadapi berbeda Wonho-a, kau..."
"Berbeda dalam definisimu, tapi tidak bagiku" Wonho beranjak untuk meninggalkan Dior, namun jemari yeoja itu menahan pergelangan tangannya
"Ayo bertaruh" ucap Dior saat merasa gerakan kaki Wonho tertahan
Wonho menoleh pada Dior, yg nampak memunggunginya
"Kuberi kau waktu 2 bulan untuk menyelesaikan semuanya. Dan dalam waktu itu, aku akan membantumu" ucap Dior
Yeoja itu memberi jeda dalam ucapannya, seraya berbalik menatap Wonho
"Aku akan melakukan semua yg kau minta untuk membantumu, tapi...jika dalam waktu itu kau tak berhasil. Maka menyerahlah, dan berlari ke arahku" lanjut Dior kemudian
"Lee Dior, ini..."
"Kau cukup percaya diri bukan Shin Wonho. Maka lakukan taruhan ini, tanpa melakukan penawaran" Tatapan Dior terlihat mengintimidasi Wonho kini
Wonho diam untuk berpikir, sebelum kemudian mengangguk pelan.
"Ayo lakukan" ucap Wonho tanpa ragu
Namja itupun berlalu setelah itu, bersama tatapan lurus Dior yg mengantar kepergiannya dari sana.
*
TBC
Sorry for typo
Thanks for votement
🌻Haebaragi🌻
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro