Part :: 15
Sangah menatap lekat Changkyun yg terpejam disisinya. Meneliti setiap bagian wajah namja itu, disaat Changkyun menikmati lelapnya.
"Dimanapun kau berada, dan sejauh apapun kau pergi. Oppa akan menemukan keberadaan Sangah-ya" kalimat yg Wonho ucapkan, seketika kembali menari didalam kepala Sangah
Sesaat yeoja itu memejamkan mata. Sebelum kemudian kembali menatap Changkyun yg terpejam.
"Bagaimana mungkin orang yg berbeda mengatakan satu hal yg sama" dengan jemari yg mengusap surai Changkyun, Sangah bertanya lirih
Changkyun membuka matanya diakhir kalimat yg Sangah ucapkan. Sedikit terusik dengan gerakan ringan jemari yeoja itu di rambutnya.
"Pagi" mencoba menutupi resanya, Sangah menarik senyum lebar
Changkyun terlalu mengerti sikap Sangah untuk yeoja itu bohongi. Sehingga sekecil apapun ekspresi yg Sangah tunjukan, selalu mampu terbaca oleh Changkyun.
"Apa yg noona pikirkan sepagi ini?" Giliran tangan Changkyun yg mengusap lembut surai Sangah
Sangah mengeleng pelan, dan kemudian nampak memeluk tubuh Changkyun erat.
"Tidak ada" suara Sangah tenggelam didada bidang Changkyun, namun namja itu masih mampu menangkap ucapannya
Changkyun menanggapi dengan senyum tipis. Bersama jemari yg mengusap lembut belakang kepala Sangah.
"Changkyun-a" Sangah mengadahkan wajahnya menatap Changkyun
Gumaman pelan Changkyun membalas itu
"Berjanjilah sesuatu padaku" tukas Sangah disaat tatapan keduanya bertemu "aku memaksa" lanjutnya melihat ekspresi Changkyun yg berubah tak baik
Changkyun menahan nafas beberapa hitungan mendengar itu. Sebelum kemudian coba menarik senyum diwajahnya
"Apa yg harus ku janjikan?" Tanyanya dengan nada berat
Sangah tak segera menjawab. Dia nampak menarik tubuhnya bangkit, membuat Changkyun melakukan hal yg sama.
"Changkyun-a" Sangah meraih jemari Changkyun dan mengenggamnya "berjanjilah untuk selalu ada didekatmu, apapun yg terjadi" pinta yeoja itu kemudian
"Noona...kenapa tiba2 meminta hal itu?" Changkyun tertawa kaku
"Karena aku merasa kau akan meninggalkanku. Karena itu aku memintamu melakukan hal itu" jawab Sangah dengan raut wajah gusar
"Aku pikir...kau bisa menghilang setiap saat jika aku membuka mataku. Jadi...." Sangah menundukkan pandangannya
Changkyun membeku, terlebih saat melihat airmata Sangah yg jatuh membasahi tempat tidur mereka.
"Noona..." Changkyun berujar nyaris berbisik
"Jebal...jangan tinggalkan aku" suara Sangah memelas, bersama jemarinya yg semakin mengenggam erat tangan Changkyun
Telinga Sangah tak mendapati balasan dari namja dihadapannya. Menjadikan isak Sangah mulai terdengar jelas didalam ruangan tersebut.
*
"Hasil tidak akan mengkhianati usaha. Setidaknya seorang dosenku pernah mengingatkanku dengan mengatakan ini" Wonho menatap lekat Dior karena ucapan yeoja itu padanya
"Jadi maksudmu...selama ini aku tidak berusaha dengan baik?" Sinisnya karena cukup tersinggung dengan ucapan Dior
"Tentu saja kau sudah berusaha dengan baik" Dior tersenyum tipis "berusaha membuatnya semakin tersesat" kalimat lanjutan yeoja itu membuat Wonho menatap tajam padanya
"Ayolah Wonho-ya, baik kau dan aku...bahkan Hyungwon tahu apa yg kau lakukan selama ini menjebaknya semakin dalam. Jangan menatapku seolah aku mengatakan hal yg salah disaat apa yg kukatakan adalah kenyataan yg harus kau terima" urai Dior panjang
"Aku tahu itu kenyataan Dior-ssi, tapi tidakkah bisakah kau mengemas kenyataan itu dengan baik? Haruskah kau mengatakannya dengan begitu menyebalkan?" Sambut Wonho
"Apa kau baru mengenalku satu dua hari? Tidakkah kau tahu kepribadianku?" Dior membalas santai
Wonho memilih bungkam. Nampak enggan untuk beradu argumen dengan Dior.
"Aku berbeda dengan pujaan hatimu tuan. Aku tak bisa bersikap manis sepertinya, kalau kau lupa" Dior bangkit dari duduknya
"Aku hanya mengingatkanmu tentang sikapku. Karena sepertinya kau melupakan banyak hal sejak menghabiskan waktu dengannya. Aku...bukan yeoja yg bisa berujar manis. Dan menghibur orang lain dengan kalimat lembut. Aku terbiasa mengatakan apa yg kupikirkan dengan caraku. Jadi...jangan memintaku menjadi lembut dan melankolis. Karena itu sama sekali bukan style-ku" yeoja itu akan beranjak, namun Wonho menahan lengannya
"Apa aku akan siap?" Tanya Wonho tiba2 membuat Dior mengerutkan keningnya
Yeoja itu menatap lurus Wonho yg membatu dengan pandangan tertunduk.
"Jika nanti aku kehilangannya, apa aku siap?" Wonho menatap lemah Dior membuat yeoja itu bergerak mendekati Wonho dan mengusap pelan bahunya
"Ketika kau sudah merasa memiliki sesuatu. Maka kau tak akan benar2 bisa siap untuk melepaskannya. Sekeras apapun kau mencoba, segala persiapanmu itu tetap tidak berguna saat kehilangan itu datang" balas Dior membuat Wonho mengadah menatapnya
"Apa itu berarti kau juga tak pernah siap kehilangan sesuatu yg ingin kau miliki?" Tanya Wonho
"Aku siap menerima kehilangan itu" jawab Dior "walaupun hanya berpura2" pelan yeoja itu menarik tangannya dan melengkungkan senyum terbaik yg dia miliki
"Americano?" Tawarnya kemudian pada Wonho, namun tak ditanggapi namja itu
"Dengan 2 sendok gula kan?" Dior beranjak tanpa menunggu balasan Wonho
Dengan gerakan teratur yeoja itu menuju dapurnya. Untuk membuat secangkir kopi untuk Wonho.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sangah menatap tajam sebuah poster dimana terdapat gambar Miran didalamnya. Sebuah poster yg menjelaskan tentang peluncuran buku baru milik yeoja itu. Yg kembali diambil oleh Miran.
"Berikan padaku, aku akan menunjukkannya pada pihak penerbit" Sangah masih ingat percakapan terakhir antara dirinya dan Miran saat itu. Ketika tanpa sengaja Sangah bertemu dengannya dikantor penerbit
Sangah tak memberi tanggapan. Dia hanya menatap datar Miran yg mencoba bersikap ramah padanya
"Aku hanya coba membantumu Sangah-ya. Karena aku sempat mengecewakanmu dulu. Anggaplah ini sebagai penebus dosaku. Lagipula...bukankah kita pernah berjanji, untuk saling membantu ketika salah satu dari kita sudah berhasil" mendapati tatapan datar Sangah, Miran berujar panjang
"Jadi biarkan aku membantumu. Karena dulu kau pernah membantuku dengan melepas karyamu untukku" lanjut Miran
Yeoja itu nampak bersungguh2 dengan ucapannya. Membuat Sangah mencoba memberi kepercayaannya sekali lagi pada sang sahabat.
"Aku serahkan padamu, kumohon...berikan pada pihak penerbit" pinta Sangah seraya menyerahkan karya miliknya pada Miran
"Pasti...aku akan menyerahkannya pada pihak penerbit" Miran meraih amplop cokelat itu kemudian memeluk Sangah erat "ayo menaklukkan dunia ini bersama Sangah-ya" lanjutnya tepat ditelinga Sangah
Sangah tak membalas, dia hanya diam tanpa mencoba melakukan apapun.
.
.
.
.
.
.
.
Miran menatap tajam Sangah, yg datang ke acara launching bukunya. Bisa Sangah dapati keringat dingin yg menghiasi kening yeoja itu. Ketika mata keduanya tanpa sadar bertemu.
"Bagaimana kau bisa kemari?" Tanya Miran penuh selidik
"Dengan kedua kakiku" jawab Sangah mudah
Miran menatap lurus Sangah, yg memperlihatkan raut tenang diwajahnya.
"Yubikiri genman, uso tsuitara hari senbon nomasu*" senandung Sangah membuat Miran menelan kasar salivanya
"Apa yg mau kau lakukan huh?" Raut wajah Miran nampak khawatir
"Entahlah...coba pikirkan" balas Sangah seraya berlalu
Ekspresi wajahnya dingin, berbanding terbalik dengan wajah pucat Miran. Tatapannya kosong, diantara langkah kaki yg berayun pasti
"Kau melakukannya lagi" saat tepat berada dihadapan Miran, Sangah berbisik ditelinga yeoja itu
"Aku percaya padamu tapi yg kau lakukan..." Sangah mebawa tubuhnya menjauh dari Miran untuk menatap tajam yeoja itu
"Kau berjanji menyerahkan itu pada penerbit, tapi..."
"Aku benar2 menyerahkannya pada mereka" potong Miran cepat
"Tapi dengan mengakui itu sebagai karyamu?" Sinis Sangah
"Ani...mereka...mengatakan...akan sangat lemah...jika menggunakan namamu, jadi...memutuskan untuk memakai namaku. Mereka bilang akan...memintamu bergabung nanti. Dan memberimu pelatihan menulis, agar tulisanmu...lebih baik" dengan suara bergetar dan kata2 terbata Miran menjelaskan
Sangah menanggapi dengan senyum sinis. Membuat keringat dingin semakin membajiri pelipis Miran.
"Miran-a apa kau tahu...salah satu kelebihan seorang penulis adalah, dia tahu bagaimana caranya berbohong. Itu bukan hal yg rumit, karena...disetiap karyanya ada kebohongan. Sesuatu yg fiktif, dan tidak nyata terurai dengan baik disana. Jadi bukan hal yg sulit merangkai sebuah kepalsuan" balas Sangah dengan wajah dingin
Miran membisu, yeoja itu tersudutkan seketika dengan kalimat panjang Sangah.
"Miran-a...kau...adalah alasanku membenci dunia ini, kau tahu kenapa?" Miran tak memberi jawaban, ketakutan akan sosok Sangah seketika membisukannya
"Karena kau mengkhianatiku, dan aku...tidak mempercayai dunia lagi karena pengkhianatan itu" Sangah menjawab pertanyaannya sendiri
"Sekali lagi aku melepaskan sesuatu yg kumiliki untukmu. Dan kuharap...kau bisa bahagia dengan itu" Sangah berbalik hendak beranjak sebelum ucapan Miran menahannya
"Lalu katakan pada mereka itu milikmu, agar kau tak harus melepasnya untukku" dengan suara bergetar, Miran berujar
"Andai aku bisa...aku akan mengatakannya sekarang juga" balas Sangah tanpa berpaling
"Kenapa kau tak bisa mengatakannya?" Pertanyaan Miran membuat Sangah berbalik menghadapnya
Tak ada jawaban yg Miran dapat saat tatapan keduanya bertemu. Sangah hanya tersenyum tipis, sebelum kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Miran yg terlarut dalam ketakutannya.
.
.
.
.
.
.
.
Kesalahan terbesarmu adalah...kau tak benar2 bisa membenci orang yg menyakitimu. Karena...kau mencintai orang itu melebihi rasa bencimu. Dan itulah yg membuatmu tersiksa
.
.
.
.
.
.
.
Sangah membuka matanya, dan mendapati seseorang yg merekahkan senyum padanya.
"Nugu...seyo?" Dengan pandangan yg buram, Sangah bertanya pada sosok itu
Bukannya menjawab, sosok itu justru beranjak meninggalkan Sangah yg terbaring lemah diatas sofa. Yeoja itu tak mampu mengerakkan tubuhnya. Bahkan untuk sekedar membuka mata, dan memastikan sosok yg baru saja pergi dari jangkauan pandangannya.
*
TBC
Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement
🌻HAEBARAGI🌻
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro