Part :: 13
Senyum itu memiliki banyak arti, begitupun juga tawa. Tidak selamanya senyum juga tawa yg seseorang urai tanda bahwa dia bahagia dan menikmati hidupnya. Karena bisa jadi arti senyum atau tawa itu berubah karena apa yg dialami sang pemilik. Sebagai sebuah kamuflase, dari kesulitan yg sedang dialaminya.
.
.
.
.
.
.
.
"Noona...aku membuatkanmu pancake, makanlah" Changkyun meletakkan sepiring pancake keatas meja
"Aku tidak lapar" balas Sangah tanpa menatap Changkyun
Ada rasa sakit dihati Changkyun melihat itu, namun dia coba tersenyum.
"Kau belum sarapan noona, kau bisa sakit jika kau tidak makan" Changkyun menunjukkan perhatiannya
Sangah menoleh, dan menatap datar kearah Changkyun.
"Jangan lakukan ini, jangan besikap baik pada seseorang yg ingin kau lepaskan" ucapan Sangah seketika membuat dada Changkyun semakin sesak
"Noona aku..."
"Setidaknya 1% perasaanku berat padamu, tapi..." setelah memutus ucapan Changkyun, Sangah justru memutus kata2nya sendiri
"Mianhae noona, mianhae"cepat Changkyun memeluk Sangah, membuay yeoja itu terisak dalam pelukannya
"Hatiku benar2 sakit kau tahu, bahkan sampai sekarang aku merasa tak mampu bernafas dengan benar karenamu" Sangah mencengkram kemeja Changkyun
"Mian" usapan lembut jemari Changkyun, mendarat di surai Sangah
"Jongmal mianhae" ujar Changkyun lagi saat mendengar isak Sangah semakin menjadi
Changkyun nampak semakin mengeratkan pelukannya. Berusaha menenangkan Sangah yg tenggelam dalam rasa sedihnya.
*
"Apa kau baik2 saja Sangah-ssi?" Tanya rekan kerja Sangah, sesaat setelah dia duduk dikursinya
Sangah menoleh, dan memandang bingung sang rekan kerja
"Matamu terlihat bengkak, apa kau habis menangis?" Jelasnya seolah mengerti arti tatapan itu
Sangah menarik seulas senyum kaku, seraya menyentuh kedua kantung matanya dengan ujung jari.
"Ne...aku menangis karena menonton film sedih semalam" karang Sangah kemudian
"Aaah...geraekunna" percaya dengan mudahnya pada kebohongan Sangah, yeoja itu mengangguk ringan
"Kau menontonnya bersama namja chinggumu?" Tebak yeoja itu
Sangah mengangguk, untuk melengkapi kebohongan yg dibuatnya.
"Dia pasti panik melihatmu menangis bukan"tawa pelan terurai dari yeoja yg bahkan tidak Sangah tahu siapa namanya
Senyum kaku kembali Sangah kembangkan. Sebagai bentuk basa-basinya.
"Kurasa kehidupan cintamu sangat baik, membuat iri" yeoja itu berlalu setelah menyelesaikan ucapannya
Senyum Sangah-pun memudar kini. Terlebih karena kalimat terakhir yg yeoja itu ucapkan padanya.
"Tidak sebaik yg kau pikirkan" gumamnya pelan dengan wajah dingin.
*
Dior menarik senyum palsunya, saat Sangah tiba kembali di caffenya.
"Seperti biasa?" Dior memastikan pesanan Sangah
"Tidak...berikan aku lemon tea hari ini, jika kau menyediakannya" balas Sangah yg hanya dijawab anggukan pelan Dior
Yeoja itu nampak sibuk membuatkan minuman pesanan Sangah. Kemudian beranjak mendekati yeoja itu setelah selesai membuatnya.
"Habis menangis?" Dior menatap lurus wajah sayu Sangah
Sangah hanya diam, seraya menyesap minuman yg sudah disajikan Dior.
"Everything isn't going well, right" Sangah mengadahkan wajahnya menatap Dior
Yeoja itu tersenyum saat mendapati wajah Sangah yg seolah bertanya padanya.
"Kau tahu...dunia ini cukup kejam. Karena dia tak membiarkan orang2 menjalani hidup dengan baik" Dior mengeser kursi dan duduk tenang dihadapannya
"Tidak semua yg kita inginkan bisa kita dapatkan. Karena dunia terkadang tak membiarkan kita mendapatkan apa yg kita mau" lanjutnya dengan dagu yg ditopang diatas punggung tangan
Sangah diam, menatap lurus Dior yg sudah lebih dulu mengarahkan tatapan tepat kedalam retinanya.
"Dunia bukan milikmu, karena itu dia tak berpihak padamu. Tapi bukan berarti kau harus membentuk dunia milikmu sendiri. Yg berjalan sesuai dengan apa yg kau inginkan" Dior bangkit setelah menyelesaikan kata2nya. Meninggalkan Sangah yg tercenung karena ucapan penuh arti yg baru saja yeoja itu lontarkan
"Bahkan duniaku tak berjalan sesuai dengan keinginanku lagi sekarang. Dan aku tak tahu apa penyebabnya" gumam Sangah cukup pelan, namun masih mampu membuat seseorang yg mendengarnya menarik senyum tipis.
*
Hyungwon mengarahkan secangkir kopi pada Wonho, yg saat itu menikmati kesendiriannya ditaman rumah sakit.
"Jadi..." Hyungwon duduk disisi Wonho setelah namja itu meraih kopi yg dibawanya "apa yg membuatmu berusaha menariknya?" Tanyanya kemudian
Wonho tak segera menjawab. Namja itu diam sesaat seraya memperhatikan uap tipis dari kopi ditangannya.
"Dia terlihat indah dan rapuh disaat bersamaan" jawab Wonho
"Geraekunna" Hyungwon menyeruput kopinya setelah mengangguk paham
"Lalu...kenapa kau membangun dunia itu?" Kembali Hyungwon bertanya
"karena dengan begitu aku bisa dekat dengannya" Hyungwon menatap lekat Wonho yg sudah melemparkan tatapan lurus
"Kau sadar itu salah bukan?" Anggukan lemah Wonho membalas itu
"Jadi kenapa membiarkan dunia itu ada?" Sebelah siku Hyungwon disangganya diatas lutut
"Semua akan berakhir, jika aku mencoba menghancurkan itu. Dan..." Wonho tak mampu melanjutkan ucapannya
Hyungwon mengusap punggung Wonho, berusaha memberi rasa tenang pada namja itu.
"Hyungwon-a...apa jika..."
"Tidak....semua akan baik2 saja, percayalah pada kami" putus Hyungwon karena tahu apa yg akam namja itu tanyakan
"Tapi dia..."
"Semua...harus kembali ketempatnya masing2 Wonho-a" kembali Hyungwon memutus kata-kata Wonho
"Apa itu berarti aku juga harus kembali ketempatku?" Tanya Wonho dengan nada lirih
"Mungkin iya, dan mungkin tidak. Aku tak bisa memberi kepastian" balas Hyungwon yg membuat Wonho kembali melempar pandangan lurus
Pelan pandangan Wonho-pun tertunduk. Kembali tertuju pada kopi panas yg ada ditangannya.
*
Sangah mematung didepan rumahnya. Termenung menatap pintu biru tersebut. Ini adalah pertama kali dalam hidupnya dia engggan memasuki pintu tersebut. Dimana Sangah biasa mendapati ketenangan dan kehangatan disana.
"Hanya akan berdiri disini?" Sebuah suara membuat Sangah berpaling
"Jooheon-a" sambutnya pada sosok yg kini melangkah mendekatinya
Dengan tersenyum, Jooheon mengurai langkah menuju Sangah. Dan segera berhenti tepat dihadapan yeoja itu.
"Aku kecewa...dan juga cemburu" ungkapnya membuat Sangah menatap namja itu lekat
"Dan kedua rasa itu datang karena sosok yg sama" lanjut Jooheon membuat alis Sangah bertaut
"Im Changkyun...aku tahu dia yg pertama bagimu. Dan seharusnya aku tidak terkejut mendengar itu. Tapi kenapa...saat kau mengatakan, kalau perasaanmu 1% lebih padanya. Disini....." Jooheon mengusap dadanya "tetap terasa sakit" Jooheon menundukkan pandangannya
"Jooheon-a..."
"Seharusnya aku pernah hadir maja? Seharusnya..."
"Aniyo...ani...jangan mengatakan apapun, jebal" Sangah memeluk tubuh Jooheon erat
"Aku mencintaimu Sangah-ya...sangat" bisik Jooheon ditelinga Sangah
"Ara" balas Sangah yg sudah menenggelamkan wajahnya dibahu bidang Jooheon
Ada sesak dihati Sangah, memaksa yeoja itu mencari ketenangan dari pelukan Jooheon. Walau dia tak benar bisa meraih apa yg diharapkan. Karena sesak itu masih saja bersemayam dengan nyaman di dadanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Senyum kembali seorang Sangah ukir diwajahnya. Sesaat setelah dia berada diluar rumah. Tak berusaha berbalik, menatap keributan yg terjadi dibalik pintu yg ada dibelakang punggungnya.
Membiarkan seluruh umpatan kasar dan juga suara barang dilempar menghiasi tempat yg seharusnya menghadirkan hangat pada Sangah.
Dan melangkah pasti dibawah sinar matahari yg menyentuh hangat kulit putihnya.
"Pagi...." sapaan hangat Sangah ucapkan saat dia tiba dikelas
Senyum indah masih menghiasi wajah yeoja itu. Membuat siapapun yg melihatnya ikut mengukir senyum yg sama.
"Aerin-a...whaeyo?" Tanya Sangah pada seorang sahabat sekelasnya yg nampak murung
Bukannya menjawab, yeoja bernama Aerin itu justru menenggelamkan wajahnya diantara lengan. Membuat Sangah menoleh pada teman sebangkunya.
"Whaeyo?" Tanya Sangah dengan nada rendah
"Omma dan appanya bertengkar" yeoja itu berujar dengan nada yg sama seperti Sangah
Sangah terdiam sesaat, sebelum kemudian mengusap punggung Aerin.
"Aerin-a...semua akan baik2 saja, jangan cemas. Mereka mungkin hanya sedikit berbeda pendapat. Nanti...ketika mereka sudah mendapat jalan keluar, maka mereka akan berbaikan" hibur Sangah
"Aniyo...mereka tak akan berbaikan. Mungkin mereka akan berpisah" sambut Aerin
"Heyy...jangan berpikir hal buruk dulu, karena itu hanya akan membuatmu semakin tertekan" ujar Sangah dengan suara lembut
"Aku bahkan sudah sangat tertekan sekarang, rasanya aku ingin mati saja" Aerin menegakkan tubuhnya
"Aerin-aaa...jangan begitu, semua bisa diselesaikan. Jadi jangan berpikir untuk mengakhiri hidupmu" yeoja disisi Aerin berujar kini
"Junhee benar, semuanya bisa diselesaikan. Jadi jangan berpikir seperti itu. Kuatkan dirimu Aerin-a...karena hanya dengan menjadi kuat kau bisa menghadapi semua ini" Sangah kembali berujar
"Kau tahu apa? Kau bahkan tak pernah benar2 tahu posisiku saat ini?" Aerin menatap tajam Sangah membuat yeoja itu terkejut
"Kau kira mudah menjadi kuat, setelah melihat mereka bertengkar begitu hebat" lanjutnya kemudian
"Kau bahkan tak melihat bagaimana keadaan rumah kami saat itu, dan juga setelahnya. Jadi bagaimana bisa kau menyuruhku tetap menjadi kuat" airmata Aerin terus mengalir
"Aku mengatakan itu agar kau tetap bertahan Aerin-a, aku tak ingin kau putus" setelah terdiam sesaat, Sangah kembali berujar
"Aku sudah berada diujung rasa putus asaku kau tahu. Semuanha sudah benar2 membebaniku sekarang"
"Aku tahu...tapi bukan berarti kau menyerah begitu saja. Karena..."
"Geuman" Aerin menutup telinganya "Jangan pernah mengatakan apapun lagi, apa yg kau ucapkan benar2 tak berguna" Aerin bangkit dan berlalu
Sangah akan mengejar, namun Junhee segera menahan langkahnya
"Biar aku saja" ucap Junhee kemudian berlalu
Sangah mentap kepergian Junhee, kemudian nampak menghela nafas berat.
"Aku tahu posisimu Aerin-a, aku sangat tahu karena itu aku coba menguatkanmu" gumamnya seorang diri
Sesaat Sangah menarik nafas dalam. Sebelum kemudian mengarahkan tubuh kekursinya. Segera setelah dia duduk dengan nyaman, Miran tiba disisinya. Membuat Sangah kembali mengukir seulas senyum kaku diwajahnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Dan dia yg terlihat baik2 saja, mungkin hanya berusaha terlihat kuat
●TBC●
Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement
🌻HAEBARAGI🌻
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro