Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part :: 12

Pada akhirnya cinta mengalahkan logika. Dan itu terjadi padanya kini, dimana cintanya membuat logika yg biasa didepankannya menyingkir.

Karena seseorang yg tengah menikmati lamunannya ditaman rumah sakit. Karena sosok itu seluruh logikanya tak lagi berdiam dalam pikirannya. Semua seakan diusir pergi, dan tak tersisa lagi dalam dirinya.

"Seseorang melukaimu, atau kau melukai dirimu sendiri?" Matanya mengarah pada pergelangan tangan sosok disisinya yg nampak diperban

Tatapan dingin yg mengarah padanya membangun tembok tak kasat mata diantara mereka. Sesaat kemudian sang pemilik tatapan dingin itu berlalu. Meninggalkan yg bertanya dalam kebingungan.

"Dokter Shin" panggilan itu mengalihkan pandangan namja tersebut "dokter Lee mencarimu" anggukan pelan namja itu membalas, bersama tubuhnya yg bangkit beranjak dari sana.

*

Sangah nampak menundukkan pandangannya. Membiarkan Changkyun menatapnya lurus. Sementara Jooheon yg juga ada disana justru memperhatikan Changkyun. Dan memandang namja itu dengan tatapan mata tajam.

"Kau akan menyerah kan?" Changkyun menoleh pada Jooheon yg berdiri tak jauh darinya.

"Aku benar" dengan tangan yg bersilang didada, Jooheon memastikan

"Aku tak tahu" Changkyun menunduk sesaat, sebelum kemudian menatap kembali Sangah yg menikmati lamunannya

"Kenapa tidak tahu?" Jooheon masih terus bertanya

"Karena..." Changkyun tak melanjutkan ucapannya. Namja itu diam dalam waktu yg lama. Lalu kemudian menatap Jooheon yg menunggu jawabannya

"Hyung...aku ingin noona bahagia" ucapnya dengan suara lemah

"Lalu?" Alis Jooheon bertaut

"Kupikir semua ini tak akan membuatnya bahagia" suara Changkyun kian melemah, namun masih mampu tertangkap telinga Sangah juga Jooheon

"Jadi kau berpikir meninggalkan Sangah akan membuatnya bahagia?" Simpul Jooheon

Kembali Changkyun membisu, karena namja itu juga tak memiliki jawaban yg pasti.

"Im Changkyun" panggil Jooheon melihat namja itu tenggelam dalam bungkamnya

"Ku kira...ya" Sangah-pun memandang Changkyun mendengar itu, menatapnya dengan pandangan yg nampak lemah

"Changkyun-a" lirihnya tanpa suara

"Mian" Changkyun tertunduk, tak berani menatap kesedihan yg diperlihatkan Sangah padanya.

*

Hyungwom nampak menyelimuti tubuh Dior, yg terlelap diruang kerjanya. Cepat namja itu meletakkan telunjuknya didepan bibir. Ketika sosok Wonho tiba disana dengan langkah yg cukup berisik.

"Dia baru saja tidur, jadi jangan berisik" setengah berbisik, Hyungwon berujar

Pandangan Wonho segera mengarah pada sosok Dior yg masih terpejam.

"Sebenarnya apa tujuannya?" Setengah berbisik Wonho bertanya pada Hyungwon.

"Membangunkan seseorang yg tertidur" Hyungwon mengarahkan pandangan pada Wonho. Sementara namja itu masih menatap sosok Dior.

"Apa harus seperti ini? Jujur...aku sama sekali tak memahami semua rencananya" Wonho mengeleng pelan

"Hanya biarkan dia bekerja. Dior tahu apa yg harus dilakukan dan apa yg tidak harus dia lakukan. Lagipula segalanya sudah di diskusikan sebelumnya padaku. Dan kupikir semua akan baik-baik saja" balas Hyungwon.

"Bagaimana jika semuanya semakin memburuk?" Wonho terdengar ragu

Hyungwon membalas dengan tersenyum tipis. Membuat Wonho yg tak mendengar jawaban menoleh padanya dan mendapati senyum itu.

"Jika kau tidak mempercayainya, siapa lagi yg ingin kau percayai?" Wonho membatu mendengar itu. Seraya kembali menatap sosok Dior yg terlelap

"Tapi semua terlalu rumit. Jalan ini...irama ini" Wonho menundukkan pandangannya, membuat tangan Hyungwon terulur untuk mengusap bahu namja itu.

*

Matahari belum benar-benar terbit. Tapi Sangah sudah terlihat menikmati dingin pagi di sungai Han. Yeoja itu nampak duduk disisi sungai seraya menatap lurus keseberang. Membiarkan udara dingin menemani kesendiriannya disana.

Suara anjing kecil menyalak, mengalihkan pandangan Sangah. Diapun berjongkok kini untuk mengusap anjing yg ada dikakinya. Ada senyum yg merekah dibibir Sangah karena sikap lucu anjing itu.

"Anjing lucu...kau bisa melihatku bukan" gumam Sangah yg disambut suara salakan kecil anjinh itu

"Jadi aku bukan delusi, maja?" Pasti Sangah yg kembali membuat anjing itu menyalak

"Sungguh melegakan" Sangah tersenyum lebar, sebelum kemudian mengedarkan pandangannya

"Apa kau sendiri? Dimana tuanmu?" Tanyanya yg kali ini tak mendapat balasan

Anjing dihadapannya sudah duduk seraya mengerakkan ekornya cepat. Matanya memandang lurus Sangah yg masih berusaha mencari sang pemilik.

"Sangah" sebuah suara membuat Sangah menoleh

"Oppa" sambutnya pada sosok Wonho yg berlari kecil mendekatinya

"Heyyy...Hyungnim, ternyata kau disini" Wonho berjongkok dan mengangkat anjing yg semula ada dikaki Sangah

"Apa ini anjing oppa?" Tanya Sangah seraya ikut bangkit

"Eoh...ini hyungnim, anjing oppa" jawab Wonho

Sangah mengangguk pelan, seraya menatap Hyungnim

"Sangah-ya...tentang chinggu oppa kemarin..." mata Sangah mengarah pada Wonho kini "dia bercanda saat mengatakan tidak melihatmu. Jadi jangan dipikirkan araso" lanjut Wonho kemudian

Sangah membisu mendengar itu, membuat Wonho menatapnya lekat

"Kenapa dia bercanda seperti itu? Apa dia pikir itu lucu?" Sangah berujar dengan ekspresi wajah dingin

"Aku bahkan sudah berpikir kalau aku benar2 tak ada" lanjutnya dengan ekspresi yg sama

"Dia memang suka bercanda. Dan...dia tak berpikir kalau kau menganggapnya serius. Karena normalnya seseorang tak akan dengan mudahnya mempercayai itu" balas Wonho

"Jadi bagi oppa aku bukan orang normal begitu?" Entah kenapa Sangah merasa tersinggung dengan jawaban dari Wonho

"Ani...maksud oppa.."

"Sangah-ya!!!" Sangah berpaling saat mendengar seseorang memanggilnya

Wonho ikut melakukan hal yg sama. Dia mengarahkan pandangannya pada fokus mata Sangah kini.

"Jooheon-a" sambut Sangah pada namja yg sudah ada disisinya dengan terengah

Jooheon tersenyum pada Sangah lembut. Sebelum kemudian menatap tajam Wonho yg ada didekat yeoja itu.

"Kenapa kau disini?" Pertanyaan Sangah mengalihkan tatapan Jooheon

"Seharusnya aku yg bertanya kenapa kau disini bukan? Ini masih pagi, dan kau keluar dengan baju tipis" Jooheon menyampirkan jaket yg dia bawa ketubuh Sangah

"Tidakkah kau tahu kalau kau bisa sakit jika keluar seperti ini" dengan tangan yg ada dikedua sisi tubuh Sangah, Jooheon mengeluarkan jurus mengomelnya

"Aku hanya berusaha menenangkan diri" sambut Sangah

"Apa berhasil?" Balas Jooheon

"Awalnya perasaanku sudah membaik" ucap Sangah lemah "tapi perasaanku kembali kacau sekarang" lanjutnya penuh maksud

Paham kalimat itu untuknya, Wonho menghela nafas berat. Membuat Jooheon yg untuk beberapa waktu mengabaikan kehadiran Wonho, kembali menoleh padanya kini.

"Kau yg melakukannya, apa kau yg membuat perasaan Sangah kembali kacau?" Tanya Jooheon membuat Sangah meraih lengannya

"Jooheon aku lapar, kita kembali saja ya" ajak Sangah seolah tak mau Jooheon terus menyudutkan Wonho.

Tanpa menunggu jawaban, Sangah menarik Jooheon berlalu. Membuat Wonho yg terus tenggelam dalam diamnya. Menatap lirih kepergian mereka dari sana.

"Mempertahankan diri dengan mengandalkan orang terdekat dihidupnya, menarik" sebuah suara memalingkan pandangan Wonho

Seseorang yg kini ada disisi Wonho nampak mencatat sesuatu di agenda kecil miliknya. Dengan pandangan yg terus mengarah pada sosok Sangah yg menjauh.

"Bagun tuan, jangan memainkan delusimu" sosok itu menjentikan jarinya dihadapan Wonho, saat menoleh dan mendapatinya mematung

Wonho hanya mendengus kesal, dan kemudian berlalu meninggalkan sosok itu.

"Ini cukup berat" memperhatikan catatan miliknya, sosok itu bergumam

*

"Sangah-ya....apa impianmu?" Tanya Miran, teman baik Sangah

"Menjadi penulis" jawab Sangah dengan mata berbinar

"Ooo...kita benar soulmate, aku juga berpikir untuk menjadi penulis" sambut yeoja itu

"Iyakah??" Sangah menatap Miran yg memandangnya dengan mata berbinar

"Jika benar harapan kita akan terwujud bersama. Maka nanti...saat kita jadi penulis terkenal, ayo buat tulisan bersama. Tulisan Miran dan Sangah" rancang Miran untuk masa depan mereka

"Terdengar bagus" sambut Sangah antusias

"Dan...jika hanya salah satu dari kita yg berhasil mewujudkan impian itu. Kita harus membantu yg lainnya" lanjut Miran yg dibalas anggukan Sangah

"Janji" Miran mengarahkan kelingkingnya pada Sangah

"Janji" Sangah mengaitkan kelingkingnya pada kelingking Miran

Keduanya tersenyum hangat, mengalahkan mentari yg bersinar siang itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Miran menatap tajam Sangah, yg datang ke acara launching bukunya. Bisa Sangah dapati keringat dingin yg menghiasi kening yeoja itu. Ketika mata keduanya tanpa sadar bertemu.

"Bagaimana kau bisa kemari?" Tanya Miran penuh selidik

"Dengan kedua kakiku" jawab Sangah mudah

Miran menatap lurus Sangah, yg memperlihatkan raut tenang diwajahnya.

"Yubikiri genman, uso tsuitara hari senbon nomasu*" senandung Sangah membuat Miran menelan kasar salivanya

"Apa yg mau kau lakukan huh?" Raut wajah Miran nampak khawatir

"Entahlah...coba pikirkan" balas Sangah seraya berlalu

Ekspresi wajahnya dingin, berbanding terbalik dengan wajah pucat Miran. Tatapannya kosong, diantara langkah kaki yg berayun pasti

*
TBC

Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement

🌻HAEBARAGI🌻

*Lirik lagu anak2 Jepang dengan Judul Yubikiri artinya 'Janji kelingking, kalau kamu berbohong, aku akan membuatmu menelan seribu jarum'.

Yubikiri sendiri adalah sebuah kebiasaan orang Jepang, yg akan memotong jari orang yg melanggar janjinya. Dimana Yubikiri sendiri merupakan kebiasaan dari para Yakuza. Sejarah dari janji jari kelingking berasal dari sini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro