Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part :: 10

Bunyi detak jam mendominasi pendengaran. Tengkuk yg memberat seolah memaksa mata terus terpejam. Suara lembut terasa memantrai mata agar tetap terpejam. Dan kemudian semakin tenggelam dalam sugesti yg terucap.

.......

Keringat dingin menetes diantara gelap yg menyapa mata.

.......

Semua sugesti mulai membuat merasa tak nyaman, dan akhirnya....

Sepasang mata terbuka, mendapati langit-langit kelabu menyapa matanya.

"Mimpi..." helaan nafas lega terdengar diantara nafas yg memburu
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sangah kembali ke coffe shop milik Dior. Yang membuat yeoja itu kembali menyambut kehadirannya dengan senyum palsu.

"Hanya sendiri? Tidak bersama namja chinggumu yg kemarin?" Dior berusaha terlihat ramah

Sangah membalas dengan gelengan pelan dan wajah tanpa ekspresi.

"Berikan aku caramel macchiato" pesan Sangah

Dior mengangguk, membuat Sangah menuju kursi dia tempati kemarin. Dengan pandangan yg diarahkan pada bunga dihadapannya, Sangah menunggu caramel macchiato yg dia pesan tiba.

"Pesananmu" setelah cukup lana, Dior menghampiri Sangah dengan membawa secangkir caramel macchiato dan juga pancake

"Aku tak memesan pancake" Sangah menatap bingung Dior

"Ini bonus untukmu" tukas Dior "lagipula kemarin kau tak menyentuh pancake milikmu bukan. Jadi hari ini kau harus menghabiskannya" terang yeoja itu kemudian

Sangah tak memberi balasan, dia hanya menatap lurus Dior.

"Selamat menikmati" ujar Dior kemudian beranjak

Yeoja itu sudah meninggalkan Sangah. Dan kemudian nampak menyibukkan diri didapurnya.

"Ada sesuatu yg ingin kau tanyakan?" Dior mengarahkan tatapan pada Sangah, dan mendapati pandangan lekat yeoja itu padanya

Sangah sedikit tersentak karena itu. Diapun nampak gugup kini.

"Kau bisa bertanya jika memang ada yg mau kau tanyakan" Dior melipat tangannya didada

Tak ada balasan dari Sangah. Yeoja itu masih nampak salah tingkah karena ucapan Dior padanya.

"Aku bukan kanibal, aku tidak akan memakanmu hanya karena kau bertanya" Dior coba bercanda, namun tak mendapat reaksi dari Sangah

"Jadi...hanya akan diam" giliran Dior yg salah tingkah karena candaannya, hanya dibalas bungkam

Sangah berguman panjang sesaat, sebelum kemudian beruajar "apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

Senyum terukir diwajah Dior mendengar pertanyaan itu.

"Bisa iya...bisa tidak, tengantung sejauh mana ingatanmu padaku" sambut Dior membuat kening Sangah berkerut

"Maksud anda??" Tak bisa menahan rasa bingungnya, Sangah bertanya

Dior memutar meja bar panjang dihadapannya. Kemudian duduk dihadapan Sangah dengan bersilang kaki.

"Kota Seoul tidaklah terlalu besar. Jadi kukira, disalah satu sudut kota kita pernah bertemu. Hanya saja....baik kau dan juga aku tak mengingat hal itu. Mungkin kita segera melupakan wajah masing-masing sesaat setelah kita berpas-pasan" terang Dior namun tak cukup menjawab tanda tanya dibebak Sangah

"Aku tak merasa seperti itu, maksudku...kupikir kita tak hanya berpas-pasan dijalan" sanggah Sangah dengan mata yang mengarah tepat ke netra Dior.

"Begitukah" Dior menyambut tenang tatapan mata Sangah.

Yeoja dihadapannya mengangguk ringan "aku seperti pernah melihat anda. Dan kurasa...pertemuan itu bukanlah pertemuan yg singkat, mengingat...." Sangah tak melanjutkan ucapannya

"Apa?" Dior meletakkan sikunya diatas meja

"Kau begitu familiar bagiku" Sangah menjawab jujur

"Familiar??" Ulang Dior yg kembali membuat Sangah mengangguk

"Apa yg membuatmu merasa seperti itu?" Ada senyum tipis dibibir Dior, yg luput dari pandangan Sangah

"Aku juga tak begitu tahu, hanya saja...kau terlihat tak asing" Sangah tak bisa mendeskripsikan apa yg ada dibenaknya

"Mungkin kau pernah memiliki sahabat sepertiku, karena itu kau merasa tak asing dengan wajahku" Dior memutuskan bangkit dari duduknya

Sesaat kemudian yeoja itu beranjak. Dan meninggalkan Sangah yg setia memperhatikannya.

"Aku bahkan tak memilikinya" guman Sangah pelan "sahabat" pandangan Sangah berpaling pada bunga dihadapannya.

"Bunga apa ini?" Dengan tangan yg menyentuh daun bunga itu yg menyerupai mint, Sangah bertanya

Tak ada yg menjawab pertanyaan itu. Sebab Sangah menanyakanya dalam hati. Dengan jemari yg masih nenyentuh daun bunga itu Sangah termenung. Tak sekalipun meniknati dua hidangan dihadpannya.

*

Sebuah kecupan dipipi Sangah menyentak lamunan yeoja itu. Segera dia menoleh, dan mendapati Jooheon yg sudah duduk seraya memeluk erat tubuhnya.

"Siapa yg kau pikirkan? Aku...atau Changkyun?" Jemari Jooheon menainkan poni Sangah

"Tidak keduanya" sambut Sangah

"Lalu siapa? Apa itu Wonho oppa-mu?" Tebak Jooheon yg dibalas gelengan pelan Sangah

"Seseorang selain kalian" suara rendah Sangah terdengar kemudian

"Siapa?" Dengan sedikit mengeser tubuhnya, Jooheon menatap Sangah

Sangah tak segera menjawab pertanyaan Jooheon. Yeoja itu menikmati bungkamnya, seraya memikirkan sosok yg mengusik pikirannya.

"Agassi" Jooheon mengusap pipi Sangah, menjadikan yeoja itu kembali menatapnya

"Siapa dia?" Penasaran dengan sosok yg Sangah pikirkan, Jooheon kembali bertanya

"Dia...."

*

Wonho menatap tajam Dior, yg segera memandang heran namja itu saat mata keduanya bertemu.

"Apa?" Tanya Dior karena bingung dengan tatapan Wonho padanya

"Apa rencanamu sebenarnya?" Wonho balas bertanya

"Menurutmu?" Dior tak menjawab pertanyaan Wonho

"Jangan mempermainkanku Dior-a" gerutu Wonho

"Bukan aku yg mempermainkanmu Wonho-ya" sambut Dior

"Dior-a..."

"Hanya ikuti alur yg ku buat, jangan terlalu banyak bertanya dan terlalu ingin tahu" Dior bangkit dari duduknya

"Tak akan ada yg terluka bukan?" Pertanyaan Wonho menghentikan langkah Dior yg semula terayun

"Tentu saja ada" Dior sudah menoleh pada Wonho "aku" lanjutnya saat melihat Wonho akan bertanya

Dior tersenyum tipis, kemudian kembali beranjak. Meninggalkan Wonho yg mematung seorang diri diruang kerjanya.

"Mianhae" ucap namja itu entah pada siapa

Wonho menarik nafas berat, kemudian menoleh kelayar komputernya. Memperhatikan benda itu cukup lama, sebelum kemudian tertunduk dalam.

*

Kau sudah melihat banyak manusia bukan, dan kau menemukan orang yg berbeda dari mereka. Lalu...kenapa masih berpikir semua orang itu sama dan menghindari mereka?

Karena semua orang bisa bersandiwara dengan baik. Karena itu aku menghindari mereka

Lalu apa kau pikir orang yg berada didekatmu, dan selalu ada disisimu tidak sedang bersandiwara?

....

Mereka juga bisa bersandiwara, tidakkah kau berpikir sampai disana?

Aku...

Bahkan manusia baik sekalipun, mungkin saja berbohong. Karena...kupikir...tak ada yg tidak pernah berbohonh didunia ini.

....

Kebohongan putih tetap kebohongan juga bukan. Hanya saja...orang berpikir kebohongan putih berbeda, karena tujuannya terbentuk. Walau...tetap berakhir sama, yaitu kecewa dan luka.

....

Dunia ini tidak hanya berisi keindahan, kau harus bisa menerima itu. Jadi bangunlah, dan lihat dunia ini dengan baik. Coba pahami dunia, jangan meminta dunia memahamimu. Karena kau hadir didunia, bukan dunia yang hadir didirimu.

.....

Hidup itu bagaikan puzzle, jika kau tak pernah berusaha mengumpulkan setiap bagian. Maka kau tak akan bisa melihat bagaimana indahnya dirimu. Maka susunlah puzzle-mu. Jangan mencoba menyembunyikan beberapa bagian. Hanya karena bagian itu membuatmu terluka ataupun sedih.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Oppa" sebuah suara lembut membangunkan Wonho yg semula terlelap

Dengan gerakan pelan, Wonho membuka matanya. Dan menatap lurus Sangah yg sudah ada diruang kerjanya.

"Sangah..." namja itu bangkit dengan tergesa

Nyaris saja namja itu terjatuh dari kursi tempatnya terlelap. Beruntung keseimbangan Wonho masih baik. Sehingga dia bisa segera terduduk dengan sempurna diatas kursi.

"Apa kau sudah lama disini?" Tanya Wonho pada Sangah

"Ajik" Sangah menggeleng

Matanya mengarah pada komputer Wonho, membuat namja itu cepat menghalangi dengan tubuhnya. Melihat itu Sangah mengerutkan keningnya. Sedikit heran mendapati sikap aneh Wonho.

"Apa kau sudah sarapan?" Tanya Wonho guna mengalihkan pikiran Sangah dari sikapnya yg berbeda

Sangah kembali menggeleng pelan, dengan ekspresi yg sama.

"Kalau begitu sebaiknya kita sarapan" ajak Wonho seraya bangkit

Namja itu menyambar jaketnya, kemudian menarik Sangah berlalu daro sana. Sedikit diseret, Sangah mengikuti langkah Wonho yg membawanya keluar dari ruang kerjanya.

"Wonho-ya" tiba diluar seorang namja menyapanya

"Donghyun-a" Wonho tersenyum membalas sapaan sang rekan kerja

"Kau mau kemana?" Tanyanya pada Wonho

"Aku mau mencari sarapan bersama Sangah" Wonho menunjuk sosok Sangah yg ada disisinya

Donghyun menatap sosok itu, kemudian kembali menatap Wonho.

"Sangah siapa?" Dengan alis bertaut, Donghyun bertanya

"Sangah" Wonho kembali menunjuk sosok Sangah

"Heyy...kau sedang bercanda ya" Donghyun tertawa ringan, sementara Sangah dan Wonho nampak memandang bingung namja itu

"Siapa yg kau maksud? Apa udara kosong disisimu bernama Sangah sekarang?" Tanpa menghentikan tawanya, Donghyun berujar

Wonho dan Sangah saling berpandangan. Kemudian kembali menatap Donghyun.

"Kau ini...berhentilah berhalusinasi, karena kalau tidak...aku akan membawamu ke rumah sakit" Donghyun menepuk pelan bahu Wonho kemudian berlalu

Pandangan mata keduanya menatap Donghyun yg menjauh. Sebelum kemudian sama-sama saling memandang.

"Oppa" lirih Sangah yg hanya dibalas tatapan lirih Wonho

*
TBC

Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement

🌻HAEBARAGI🌻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro