Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part :: 1

Sangah POV
Aku memiliki dua namja yang kusayangi. Dimana mereka berdua mengisi ruang dihatiku. Dua orang dengan kepribadian berbeda, namun dengan rasa cinta yang sama. Dua namja yg sudah mewarnai hidupku. Dan menjadikan hari-hariku lebih indah.

"Noona aaaaaaa....." dia Im Changkyun, salah satu namja yang mencintaiku

Saat ini dia sedang mengarahkan sendok berisi spageti kearah bibirku. Aku tersenyum karena apa yang dilakukannya. Changkyun berusia setahun dibawahku. Tapi dia selalu bersikap dewasa. Seolah tak mau aku melihatnya sebagai seorang dongsaeng.

"Noona....kenapa melamun?" Protesnya melihatku hanya diam

Aku melebarkan senyumku, sementara Changkyun mengerakkan sendok berisi spageti yang masih berada didepan bibirku.

"Palli" ucapnya kemudian

Cepat kubuka mulutku, karena kalau tidak bisa dipastikan Changkyun akan merajuk. Dan jika dia sudah merajuk, maka akan sulit bagiku membujuknya.

"Hmmm...mashita" pujiku pada spageti buatannya

"Kau memang yg terbaik membuat spageti" lanjutku seraya mengacungkan jempol

Changkyun tersenyum simpul mendengar pujian itu. Bahkan pipinya nampak memerah menerima pujianku.

"Benarkah begitu? Noona tidak berbohong?" Changkyun memastikan

Matanya mengarah padaku, sementara jarinya mengaduk pelan spageti yg ada didepannya.

"Kenapa aku harus berbohong?" Aku balas bertanya

Changkyun menggeleng imut. Dia masih tersenyum, kali ini dengan mengigit bibirnya. Membuatku benar-benar merasa gemas dengan sikap yang dia tunjukkan.

"Aishh...bagaimana bisa aku melihatnya sebagai namja dewasa, disaat dia selalu memperlihatkan sisi yang begitu imut padaku?" Bisikku dalam hati

Suara ponsel menarik fokusku dari Changkyun. Segera kuraih benda persegi yang ada disaku celanaku. Sebuah nama tertera disana, membuatku kembali menatap Changkyun.

"Jooheon hyung?" Tebaknya mudah saat melihat ekspresi wajahku.

Aku mengangguk ringan, yang dibalas senyum tipisnya

"Angkat saja" tukas Changkyun

Aku tercenung sesaat sebelum kemudian menjawab panggilan itu.

"Ne Jooheon-a" sahutku

"Bogosipo" ucapnya hangat, memaksa senyumku merekah.

"Aku ingin melihatmu"lanjutnya kemudian

"Aku masih bersama Changkyun" ujarku

Desah nafas panjang terdengar diujung panggilan.

"Aku benar-benar ingin melihatmu" suara Jooheon terdengar memelas

Kuarahkan pandangan pada Changkyun, yang nampak memainkan spageti buatannya.

"Beri aku waktu 20 menit" balasku

Senyap menyapa telingaku beberapa waktu. Sebelum balasan dari Jooheon kudapati.

"Baiklah...20 menit, tidak lebih" sambut Jooheon

"Ne"sambutku

"I'm waiting you baby" ujar Jooheon membuat senyumku merekah lebar

Panggilanpun diputus oleh Jooheon. Membuatku kembali menatap Changkyun.

"Sisa waktu 19 menit lagi, apa yang ingin noona lakukan bersamaku?" Changkyun menatap jam yang melingkar ditangannya sebelum kembali memandangku

"Apapun...selama itu hal yang menyenangkan" dengan meraih jemari Changkyun, aku berujar

Changkyun membisu sesaat, sebelum kemudian menarik senyum lebar seraya membalas genggaman tanganku.

*

Author POV
Disini Sangah berada, didepan pintu dimana sosok Jooheon ada dibaliknya. Diantar Changkyun, Sangah berhenti didepan pintu biru dan tercenung sesaat disana.

"Noona" Changkyun menahan tangan Sangah saat yeoja itu akan beranjak dari sisinya

Sangah menoleh pada Changkyun yang terlihat menatap jam ditangannya. Kemudian namja itu terlihat menangkupkan jemarinya diwajah Sangah. Seraya menatap lekat kedalam mata yeoja itu.

"5....4...3....2....1...ding....waktuku habis...noona bisa pergi" Changkyun menarik tangannya diakhir kata

Sangah menatap bingung, sementara Changkyun tersenyum

"Jooheon hyung sudah menunggu, pergilah" Changkyun meraih bahu Sangah, dan membalik tubuh yeoja itu menghadap pintu.

Perlahan tangan Changkyun dibahu Sangah terlepas, bersamaan dengan jemari yeoja itu yang menyentuh handle pintu. Tanpa menoleh Sangah-pun membuka pintu. Dan memasuki kediaman dimana Jooheon berada.

"Jooheon-a...Jooheon-a..." panggil Sangah karena tak mendapati sosok itu disana

Sangah mengedarkan pandangannya. Namun tak juga menemukan sosok Jooheon.

"Joo...."

"Akhirnya kau datang" ucapan Jooheon dan pelukan namja itu dibalik tubuhnya menahan kata-kata Sangah

Sangah hanya tersenyum seraya mengusap punggung tangan Jooheon. Sementara namja itu segera mengecup singkat pipi Sangah. Membuat mata Sangah membulat seketika.

"Aku merindukanmu" bisik Jooheon kemudian bersama hidungnya yang mengusap pipi Sangah yang sudah memerah

Yeoja itupun menundukkan pandangan. Menjadikan Jooheon tersenyum lebar.

"Manis" Jooheon tak mengubah intonasi suaranya

Namja itu masih berujar lembut, tepat ditelinga Sangah.

"Geumanhae, jangan mengodaku" Sangah menyikut ringan perut Jooheon.

Jooheon meringis pelan, dan menarik tubuhnya menjauh. Hal itu digunakan Sangah untuk membalik tubuhnya, memandang Jooheon yang pura-pura mengusap perutnya.

"Jangan berakting, aku tahu itu tidak sakit" Sangah melipat tangannya didada

Dimple dipipi Jooheon terlukis, karena senyum yang kembali dia kembangkan.

"Kenapa sangat terlambat?" Jooheon meraih tangan Sangah kini, dan mengenggam jemarinya

"Aku datang tepat waktu" tangan kiri Sangah ditarik dari genggaman Jooheon. Kemudian diapun mengarahkan jam tangannya kearah namja itu

Jooheon tak membalas, dia hanya mengangguk seraya sedikit mengerucutkan bibirnya.

"Kau makan siang dengannya" ujar Jooheon kemudian

"Darimana kau tahu?" Sangah menatap bingung Jooheon

Bukannya menjawab, Jooheon justru menyeka ujung bibir Sangah dengan ibu jarinya. Kemudian menjilat saos yang semula menempel diujung bibir Sangah, dari jempolnya.

"Dia koki yg handal, pasti menyenangkan menghabiskan waktu bersamanya" Ada nada cemburu tertangkap telinga Sangah.

Sangah menarik senyumannya, dengan lengan yang melingkar dileher Jooheon.

"Bukankah kau berjanji untuk tidak cemburu padanya" tukas Sangah yang dibalas helaan nafas berat Jooheon

"Aku lebih dulu bersamanya, bukankah kau tahu itu" lanjut Sangah kemudian

Jooheon tak membalas, namja itu memilih membuang pandangannya kini.

"Jooheon-aaa, Changkyun dia..."

"Ara...arayo...dialah yg membuatmu ada disisiku. Namja itu dengan kebaikan hatinya membiarkanku ada disisimu" potong Jooheon dengan nada kesal.

Sangah menarik tangannya, dengan mata yg menatap lurus Jooheon.

"Tapi tetap saja, aku merasa cemburu dengan apa yang tak kumiliki sementara dimiliki olehnya" Jooheon berujar lirih kini.

"Jooheon-a....setiap orang punya kelebihan berbeda. Jadi kau tak harus merasa cemburu pada Changkyun" giliran Sangah meraih jemari Jooheon dan menggenggamnya.

Jooheon hanya menatap Sangah, tanpa membalas kata-kata yeoja itu.

"Kau dengan sisi dewasamu, dan Changkyun dengan sisi imutnya. Kau dengan kelebihanmu, dan dia juga seperti itu. Jadi...kau tak harus merasa cemburu. Karena kalian...memiliki tempat tersendiri dihatiku" Sambung Sangah melihat kebungkaman Jooheon.

Tarikan nafas dalam Jooheon tertangkap telinga Sangah. Membuat yeoja itu semakin mempererat genggaman jemarinya ditangan Jooheon.

"Aku bahagia Jooheon-a, memiliki kalian...membuatku bahagia" dengan senyum hangat Sangah berujar

Sesaat Jooheon terdiam, sebelum kemudian menarik senyum yang menjadikan dimplenya kembali terlihat.

"Kau ini...kenapa sangat tahu kelemahanku? Bagaimana bisa aku marah ataupun kesal padamu. Jika kau mengatakan kalau bahagia" jemari Jooheon mencubit ringan pipi Sangah.

Sangah melebarkan senyumnya, membuat Jooheon meraih namja itu dalam pelukannya.

"Setiap kali kau mengatakan kau bahagia, aku merasa ikut bahagia. Dan setiap kali kudapati kebahagiaan itu dimatamu. Segala rasa tak nyaman dihatiku segera menghilang" dengan jemari yang mengusap lembut rambut Sangah, Jooheon berujar

Sangah tersenyum dalam pelukan Jooheon, bersama jemari yang melingkar dipinggang namja itu.

"Rasa bahagiamu membuatku lemah Sangah-ya" lanjutnya dengan suara nyaris berbisik

Sangah mengeratkan pelukannya, tanpa berujar apapun. Yeoja itu hanya coba menikmati hangatnya pelukan Jooheon dalam diam.

*

"Jadi dia menemui Jooheon lagi?" Seorang namja nampak berbincang dengan Changkyun dikediaman Sangah

"Ckk...pengadu" Sangah yang baru tiba dengan dua cangkir ditangannya nampak memasang wajah kesal

Namja itu segera memandang Sangah, begitupun dengan Changkyun.

"Aku tidak mengadu, aku mengatakan apa yang Wonho hyung tanyakan" Changkyun membela diri

Sangah melipat tangan didada, dan seraya memandang kesal Changkyun.

"Ada hal yang harus kau katakan, dan ada hal yang tak harus kau katakan. Tidakkah kau tahu hal itu Im Changkyun" tukas Sangah

"Aku..."

"Jangan memarahinya, Changkyun hanya menjawab pertanyaan oppa. Dan oppa rasa itu bukan hal yang harus menjadikanmu marah padanya" potong Wonho menahan kata-kata Changkyun

Changkyun memasang senyum kemenangan. Sementara Sangah menatap Wonho kesal.

"Oppa...kau membela dia" Sangah nampak tak terima

"Aniya, hanya...."

"Sudahlah...menyebalkan" Sangah bangkit dan meninggalkan Wonho juga Changkyun begitu saja. Menjadikan dua namja itu saling berpandangan dengan tatapan berbeda.

*

Sebuah tangan mengulur pada Wonho, mengarahkan kopi yang ada ditangannya. Segera pandangan Wonho yg semula mengarah lurus, beralih pada yeoja yang kini sudah duduk disisinya.

"Gomawo" ucap Wonho setelah meraih kopi itu

Tak ada balasan untuk namja itu, membuatnya segera menyesap minuman tersebut.

"Memikirkannya?" Tanya sang yeoja membuat Wonho mengangguk

Namja itu tahu sosok yg dimaksud sang lawan bicara. Menjadikannya tak harus memastikan orang yang dibicarakan yeoja itu.

"Tidakkah kau merasa lelah?" Pertanyaan itu membuat Wonho mengarahkan pandangannya kembali pada yeoja disisinya.

"Kenapa aku harus merasa lelah?" Wonho balik bertanya

"Karena yeoja itu memiliki..."

"Ara....arayo...lalu?" Belum yeoja tersebut menuntaskan kata-katanya, Wonho cepat memutus kata-kata itu

"Jadikan itu alasan meninggalkannya" dengan wajah kesal yeoja itu berujar

"Setelah aku melangkah sejauh ini?" Sambut Wonho "tidak Lee Dior, aku tak bisa melakukannya" lanjutnya kemudian

"Wonho-ya..."

"Aku bertahan selama ini bukan untuk menyerah" Wonho kembali memutus ucapan yeoja yang dipanggilnya Dior itu

"Tapi Wonho-ya...dia tak pernah melihatmu sebagai namja. Karena dua namja itu, tidakkah kau sadar" Dior membalas dengan nada kesal

"Aku sedang berusaha menariknya kearahku. Memperjuangkannya agar bisa membuat Sangah hanya melihatku" balas Wonho pasti

"Itu tak mudah" Dior berujar lemah

"Walau tak mudah aku harus mencobanya" tukas Wonho

Dior diam sesaat, sebelum kemudian menghela nafas berat.

"Apa kau benar-benar mencintainya?" Dengan suara yang terdengar berat, Dior bertanya

"Sangat" jawab Wonho cepat

Dior mendengus kesal mendengar balasan itu, dan Wonho tahu alasan sikap yang diperlihatkan yeoja itu padanya.

"Shin Wonho...aku tak tahu kalau seleramu benar-benar buruk. Bagaimana bisa kau mengabaikan cintaku untuk yeoja seperti Yoo Sangah" ucapan Dior terdengar sinis kini

"Berhenti bersikap seperti itu padanya hanya karena aku menolakmu Dior" sambut Wonho

"Sirro" tolak Dior

"Dior-a" Wonho mengarahkan tubuhnya menghadap Dior

"Whae? Apa begitu menyakitkan bagimu mendapatiku bersikap tak baik padanya? Sampai kau terlihat begitu terluka" Dior masih berujar sinis

"Lee Dior" nada bicara Wonho kini terdengar seperti peringatan ditelinga Dior

"sepertinya benar. Kau memang terluka untuknya" Dior tertawa pelan

Wonho menatap Dior tajam, sebagai langkah terakhir peringatan untuk yeoja itu.

"Bukankah akan lebih baik kalau yeoja itu aku?" Suara Dior terdengar serak kini

"Yeoja...yang seharusnya kau perjuangkan begitu keras, bukankah akan lebih baik jika itu aku" ucapan Dior kini terdengar seperti gumanan

Wonho yang masih mendengar itu, segera merubah ekspresinya. Sebelum kemudian meraih jemari Dior, dan mengenggamnya erat.

"Mianhae....jeongmal" ucap Wonho lemah

Dior tak membalas, yeoja itu hanya menunduk dalam seraya memainkan kopi yg berada ditangannya.

*
TBC

Sorry for typo
Thanks for reading & votement

🌻Haebaragi🌻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro