Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

6

"Jangan dekati Bapak itu. Dia ... bukan orang baik."

Wulan tertegun mendengar omongan Igo yang tampak serius. Dia ingat cowok itu tadi tampak sedikit aneh setelah bersentuhan dengan tubuh Bapak itu di kereta tadi. Apakah Igo melihat sesuatu? Tapi kenapa dia nggak mau menceritakan apa-apa?

"Bukan orang baik gimana? Kalau dia emang jahat, nggak mungkinkan dia repot-repot balikin koper aku," dalih Wulan masih tidak percaya. Wulan sebenarnya ingin mendesak Igo untuk menceritakan apa yang dia lihat sampai mengatakan bahwa Bapak berambut gondrong itu tidak baik.

"Mungkin karena isinya cuman BH sama celana dalam aja, nggak ada barang berharganya."

"Enak aja! Isinya juga ada yang penting!" amuk Wulan dengan wajah yang merona gara-gara Igo menyebutkan pakaiana dalamnya.

"Percaya aja sama aku, lebih baik kita nggak ikut campur urusan Bapak itu. Ayo sekarang kita makan dulu."

Meskipun Wulan penasaran apa yang dilihat Igo. Dia tak bertanya lebih lanjut. Mereka pergi dari tempat itu menuju warung bakso yang katanya Igo murah dan enak.

***

"Tumben anak itu nggak mau barang gratisan," ucap si pria gondrong yang memandangi Igo dan Wulan dari kejauhan.

Si gondrong itu menopang dagunya. Dia jadi ingat reaksi Igo ketika membangunkan tadi. Pemuda itu tampak terkejut. "Dia tidak melihat masa laluku, kan?" desahnya cemas.

"Ya sudahlah, aku sudah menyadap ponsel anak itu. Nanti aku bisa melacak mereka dengan mudah."

Si gondrong melangkah menuju kasir lalu membayar pesanannya. "Ini malam yang indah," ucapnya tiba-tiba.

Yang kasir tampak tertegun dia. Mengawasi si gondrong penuh selidik. "Lalu?"

"Tapi tidak ada bintang," lanjut si gondrong dengan senyuman separuh.

Kasir menatap tanpa ekspresi. Dia memberikan kembalian pada si gondrong dengan menyelipkan selembar kertas di dalamnya.

"Terima kasih."

Si gondrong menerima kembalian itu dan memasukkannya ke dalam saku. Dia melangkah keluar dari warung dengan membawa tas carier miliknya yang biasa dipakai anak gunung. Setelah dia sudah pergi cukup jauh dari warung tadi. Si gondrong merogoh sakunya dan menemukan selembar kertas yang diberikan oleh kasir warung tadi. Si gondrong terdiam dan membaca tulisan dalam kertas pemberian kasir tadi. Sebuah alamat tertulis di sana. Senyuman si gondrong itu terkembang.

"Mari kita berburu naga," kekehnya.

***

"Kita ke mana habis ini?" tanya Igo.

Wulan berhenti mengunyah bakso dan melirik tetangga itu. "Katanya kamu ada bisnis," sindir cewek itu. Bisa-bisanya Igo menanyakan jadwal mereka? Sudah jelas cowok ini memang datang untuk membuntutinya.

Igo meringis aja. "Kan lebih enak kalau kita pergi berdua," dalihnya. "Kamu habis ini ada rencana ke mana?"

Wulan menghela napas. Ya sudahlah, dia juga merada lebih tenang jika bersama dengan Igo. Wulan mengingat-ingat jadwalnya. Harusnya dia pergi ke alamat yang diberikan Yusuf, tapi itu masih bisa dilakukan besok. Sekarang sudah malam jadi seharusnya mereka mencari tempat bermalam, tapi ada satu hal yang membuatnya kepikiran. Anak yang ditemuinya di kereta tadi. Ke mana hilangnya anak itu? Apa kira-kira dia sudah sampai di rumah? Wulan penasaran.

"Ayo kita pergi ke Griya Indah dulu," putus Wulan, "aku harus memastikan kalau anak kecil yang hilang tadi sudah sampai di rumahnya dengan selamat."

"Oke," angguk Igo. "Semoga saja dia emang sudah pulang ke rumah."

***

Dikit ya haha ... Emang targetku nulis cuma 500 kata sehari guys. Sabar yah.

Yang kangen baca wish series, kuy diklaim vouchernya ya. Kalian bisa baca ulang wish series dari seri 1-7 gratis di Karyakarsa!


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro