#KISAHKU#
Songfict by Brisia Jodie - Kisahku
🌾🌾🌾🌾🌾🌾
"Ceraikan aku, Mas!" Akhirnya ... kalimat sakral itu neluncur bebas dari Mulut Juminten.
Iya, Juminten.
Wanita desa yang Danang nikahi, karena titah dari sang Ibunda. Selain agar wanita yang sudah mengandungnya selama sembilan bulan itu, tak lagi menurun daya tahan tubuhnya karena terlampau lama sakit-sakitan.
Entah dari mana asal usulan pernikahan tersebut, sesaat setelah ia pulang dari luar kota karena mengurus usahanya. Ibundanya segera menginginkan ia dan gadis ndeso itu menikah.
Selama dua bulan penuh, Danang hanya tahu bahwa Juminten adalah keponakan dari bik Iyem. Pembantu rumah tangga yang sudah ada semenjak dirinya terlahir di dunia ini.
Ia terpojok, tak bisa mengelak apalagi menolak. Danang terlampau menyanyangi ibundanya, juga rasa hormat akan sosok bik Iyem dengan berat hati ia akhirnya menerima pernikahan tersebut. Tanpa mereka tahu jika hati Danang telah terpaut oleh wanita lain.
Gagal sudah rencananya untuk mempersunting kekasih hatinya, padahal ia sudah berencana akan mengenalkan sosok Mawar pada sang ibunda dan segera melamarnya.
Dan kini, setelah hampir enam bulan ia terjebak dalam rumah tangga pura-puranya dengan Juminten. Gadis itu akhinya mengucapkan kalimar sakral tersebut. Kalimat yang ia tunggu sedari awal mereka menikah.
Jika dulu ia akan senang hati mendengar untaian kata perceraian dari mulut Juminten, tapi kini kenapa dadanya terasa nyeri dan sesak secara bersamaan. Seakan ia tak rela jika wanita berparas manis ini, pergi dari hidupnya.
Saat awal-awal ia menikahi Mawar, Danang berharap Juminten akan segera meminta cerai. Namun gadis itu tetap bertahan di sampingnya, meski ia selalu berlaku beda dengan perlakuannya pada Mawar yang jelas-jelas sebagai penggenggam hatinya.
Acap kali Danang tak menghiraukan keberadaannya, lebih memiluh tidur di kamar dan memperhatikan Mawar juga bermanja-manja dengan istri keduanya itu. Sempat Danang hanya beranggapan jika Juminten hanya sebagai pelengkap rumah tangganya dengan Mawar. Dalam hal ini Danang merasa jika Juminten lebih cocok sebagai pembantu, bukan seorang istri. Tampilannya terlampau sederhana sebagai istri seorang Danang Darmanto.
Jangan salah, Mawar pun juga mempunyai tampilan sederhana. Namun istri keduanya ini lebih bisa membawa diri, dengan menyesuaikan tempat yang ia datangi. Jadi ... Danang lebih suka membawa Mawar begitu ada acara kantor dan beberapa acara lainnya.
Sedangkan Juminten, ia bahkan tak pernah mau tahu apa pendapat juga pikiran istri pertamanya itu. Gadis itu lebih banyak diam tanpa membantah sama sekali. Dan Danang tak menyukai gadis penurut.
Bahkan ketika ia menikahi Mawar, Istri pertamanya itu seperti tak keberatan dengan pernikahan keduanya ini yang tentu saja tak diketahui oleh sang Ibundanya.
Hingga suatu hari, ia melihat bagaimana telatennya Juminten merawat ibunya yang memang sehari-hari berada di atas tempat tidur karena penyakit stroke yang menyerangnya dua tahun lalu.
Juminten tak segan, membersihkan badan ibunya yang terkadang suka ngompol dan bab di atas kasur. Tak ada rasa jijik yang tersemat di wajah gadis usianya berjarak sepuluh tahun darinya, Juminten hanya menunjukkan wajah welas asihnya pada sang ibunda dengan senyum tersungging di sana.
Hati Danang terenyuh melihat bagaimana Juminten memperlakukan ibunya seperti itu, apalagi hanya seorang mertua dan sakit-sakitan pula. Sebagai anak, Danang merasa bahagia ada wanita yang bisa mengasihi dan menyanyangi ibunya.
Detik itu juga perhatian Danang tercuri untuk Juminten, si istri pertamanya.
"Ceraikan aku, Mas! Kamu takkan pernah bisa adil padaku juga mbak Mawar. Aku sudah berusaha percaya bahwa kamu bisa, tapi kenyataannya kalian membohongiku. Tidak bisakah kalian jujur?"
Danang terbelalak mendapati ponsel milik juminten, yang kini menampilkan foto ia dan Mawar di sebuah restoran dengan kue tart berlilinkan angka dua puluh enam. Perayaan ulang tahun Mawar, ketika ia menyematkan cincin berlian di jari lentik Mawar.
"Aku tak pernah menuntut apa-apa darimu, Mas. Tapi ... rasanya begitu sakit kalian membohongiku seperti ini. Apa aku memang tak layak untukmu, Mas? Hingga kamu memperlakukanku seperti ini?"
Hati Danang teremas kuat. Ia memang jahat! Disaat ia menghujani Mawar dengan berbagai hadiah mewah, Danang seolah lupa jika ia mempunyai satu wanita yang perlu ia jaga hatinya.
Ia tertampar kuat akan kenyataan, jika selama ini ia tak benar-benar bisa berlaku adil kepada Juminten. Bahkan ia tak pernah membelikan hadiah mewah seperti yang ia berikan pada mawar.
Danang hanya pernah membelikan Juminten sekotak brownies, itu saja sudah membuat senyum istri pertamanya merekah. Hanya sekotak kue, sedangkan Mawar selalu merengek untuk dibawakan oleh-oleh ketika ia keluar kota.
Juminten hanya memandang kearah cincin pernikahannya yang hanya berbentuk bulat sempurna berwarna kuning polos tanpa aksen khusus, model cincin jaman dahulu. Memutarnya dengan pelan.
Pemandangan itu tak luput dari penglihatan Danang, lagi ia merasakan denyutan itu. Ia ikut memandang cincin yang tersemat di jarinya. Cincin pernikahannya dengan Mawar berbahan emas putih dengan aksen khusus laki-laki dan terukir nama Mawar di sana.
Dasar bedebah brengsek!
"Aku yang akan bilang sendiri pada ibu tentang perpisahan kita." Setelah itu Juminten beranjak dari duduknya dan berlalu begitu saja.
Sempat ia berpapasan dengan Mawar, namun Juminten lebih memilih tak mengacuhkannya dan memasuki kamarnya.
Samar-samar Danang mendengar suara isak tangisan Juminten, membuat dada lelaki itu sakit seperti tertusuk pisau berkarat yang dicabut dan dihunjamkan lagi berkali-kali ke dadanya. Rasanya menyakitkan.
Juminten hanya bisa tertunduk dengan air mata yang tak bisa ia hentikan lajunya. Sekali lagi ia menyakiti wanita yang sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri.
Ia begitu menyanyangi bu Rahma, bahkan Juminten rela melakukan apapun hanya agar wanita berusia senja ini tersenyum, dan bahagia. Termasuk menikahi putra semata wayangnya ini.
"Katakan alasanmu yang sesungguhnya, Juminten? Apa Danang melakukan kesalahan yang fatal, sampai kamu meminta cerai darinya." Juminten hanya mengeleng pelan.
"Mas Danang nggak bersalah, Yah. Aku yang salah."
"Apa maksudmu, Minten?" Kali ini Bik Iyem tak bisa tinggal diam.
"Saya nggak bisa mencintai mas Danang, Yah, Buk, Bik," ungkap Juminten mantap seraya memandang kedua mertuanya dengan wajah sendu. "Juminten mencintai pria lain, itu sebabnya Minten gak bisa sama mas Danang."
BOHONG!
Danang teramat ingin meneriakan kebenaran, jika dirinya yang bersalah di sini bukan Juminten. Danang tak lagi bisa membohongi hatinya jika ia mulai mencintai istri pertamanya ini.
Awalnya ia tak suka gadis penurut, karena bagi Danang akan sangat membosankan. Namun kenyataannya, justru ia jatuh cinta akan kepatuhan Juminten terhadap dirinya sebagai seorang istri. Wanita ini begitu telaten melayaninya, hingga detail terkecil sekalipun tak luput dari perhatian Juminten.
Kini ia ingin egois. Menginginkan Juminten untuk tetap berada di sampingnya, menemaninya juga melayaninya.
Tanpa pikir panjang, Danang beranjak dari duduknya lalu berlutut tepat di depan tengah-tengah empat orang penghuni rumahnya.
"Nak Danang, kenapa?"
"Maaf Danang bik iyem, yah, buk. Danang yang salah di sini." Sejenak Danang memandang ke arah Juminten yang menggeleng pelan.
"Mas ...."
"Danang yang salah, Yah. Karena ... Danang telah menikah lagi dengan Mawar."
🐾🐾🐾🐾🐾
Yuhu, pemanasan gaes.
Hohohoho.....
Semoga suka ya.
Surabaya, 16 mei 2019
-Dean Akhmad-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro