Nyamur
Matahari belum menampakkan wajahnya, ketika suara ketukan terdengar dari pintu kamarku.
"Sin, bagun Sin." Suara maskulin yang begitu akrab di telingaku.
"Dino?"
"Iya, gue mau minta tolong. Penting."
"Yaudah, tunggu lima belas menit," ucapku sambil berusaha bangun dari tidur lelapku, yang terganggu akan kehadirannya.
"Kelamaan lima menit aja. Gue tunggu lo di bawah."
Belum lima menit, aku telah menyusul Dino ke teras villa keluarganya. Di luar masih sepi, kawanku yang lain sepertinya masih tertidur pulas, setelah semalaman begadang sambil pesta barbeque.
Udara sejuk pegunungan langsung menyambut begitu aku membuka pintu teras.
"Ada apa Din?"
"Ntar aja pas di sana."
Dino mengajakku untuk menelusuri pada rumput yang masih basah akan nyamur.
Tak lama berjalan kami tiba di sebuah bukit kecil, warna hijau bercampur kabut memenuhi pandangan netraku. Aku dapat menghirup aroma teh dari perkebunan tak jauh dari bukit.
"Sebentar lagi," ucap Dino.
"Pejamkan matamu Sinta, jangan buka matamu sebelum gue suruh."
Aku memejamkan mataku cukup lama, mungkin sekitar lima menit.
"Buka matamu sekarang."
Di depanku Dino berlutut sambil menyodorkan sebuket bunga adelwise dengan latar langit berwarna merah bercampur orange, menandakan matahari mulai menampakkan sosoknya. Sungguh mahakarya indah.
"Kira-kira kalau gue bilang Cinta ke Sila dengan cara ini. Kira-kira diterima gak ya Sin?"
End
###
Yaampun deadline menyambut 😥😥😥 Pusing pala Clara si ubur-ubur.
Kali ini syafsilarozaoctaria jadi pemerannya. Eh si Sila mah numpang doang ya. 😂😂😂
Andieeeeer - Pinrang, 20 Desember 2016
#31dayswritingchallenge #day20 #success
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro