Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 6

Sohyun berjalan menaiki lantai dua dari penthouse-nya, pandangannya menyapu bersih ruangan seluas 900 m² itu dengan puas. Ada kolam jacuzzi di rooftop bagian luar, tempatnya nanti mengistirahatkan diri dan memanjakan tubuhnya yang terlalu letih. Membayangkan berendam air hangat sambil meminum segelas wine yang diberikan cuma-cuma oleh Vernon, betapa nikmatnya.

Karena sudah larut malam, beberapa lampu gedung dimatikan. Sisanya menyala, berkedap-kedip, memantulkan cahaya perak dan keemasan yang memanjakan mata. Sohyun dapat melihat skyline di hadapannya. Langit yang gelap tampak berwarna ungu kebiruan akibat pantulan dari keramaian kota yang tidak pernah tidur. Sohyun dapat merasakan angin malam bertiup ramah menerpa kulitnya. Ia sangat puas dengan penthouse yang Kim Hyanggi siapkan.

"Lama tak jumpa, Seoul. Kau semakin modern saja," gumamnya.

Sesampainya di penthouse tadi, Sohyun sudah langsung merapikan barang-barangnya. Ia baru selesai mandi dan berbenah diri. Selagi mengeringkan rambut di dalam kamar yang berdinding kaca, Sohyun mengambil ponselnya dan menelepon seseorang untuk mengabari bahwa ia telah tiba dengan selamat di Seoul.

"Hai, Sohyun! Akhirnya kau meneleponku juga."

"Why? Do you miss me?"

"Hahaha, aku malas mengakuinya. But, yes I do."

Dari seberang sana, Sohyun dapat mendengar latar belakang musik yang bersaing kencang dengan suara Vernon. Sohyun dapat menebak, sahabatnya itu pasti clubbing lagi. Kebiasaannya setiap malam Sabtu. Dan biar Sohyun tebak, Vernon pasti sedang bersama seorang gadis. Karena, beberapa saat kemudian terekam suara lumatan-lumatan yang tidak sedap di telinganya. Wanita itu hanya dapat geleng-geleng kepala. Ketika perpisahan mereka di bandara—saat Vernon mencium Sohyun—wanita itu nyaris dibuat meleleh. Tapi ia segera sadar, siapa Vernon dan bagaimana sifatnya. Seperti yang lelaki itu bilang, jangan jatuh cinta padanya. Itu hanya akan menyakitkan.

Sampai kapan pun, Sohyun akan mencatat itu di dalam kepalanya. Ia harus menghindari bad boy, atau pria mana pun yang tampaknya berengsek. Kim Taehyung, misalnya.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Baru saja Sohyun memikirkan pria itu, ponselnya yang satu lagi berdering. Ada panggilan masuk dari nomor tak dikenal. Begitu Sohyun melihat foto profilnya, ia tahu bahwa itu Kim Taehyung. Segera Sohyun memutus sambungannya dengan Vernon—lagi pula pria itu mulai sibuk bercumbu dengan one night stand-nya—dan berfokus pada panggilan Taehyung.

Aku sudah menduga, dia akan meneleponku duluan. Sohyun terkekeh. Ia memang memberikan Taehyung nomornya, tapi jangan harap Sohyun akan begitu mudah menerima panggilannya. No, not today, Baby.

Sohyun langsung menonaktifkan ponsel tempat Taehyung memanggil. Dan lebih memilih berbaring di atas kasur. Bersiap tidur karena besok, ia harus membeli perlengkapan selama tinggal di Seoul.

***

"Kok nggak diangkat?"

Nomor yang Anda tuju sedang tidak dapat menerima panggilan. Coba hubungi beberapa saat lagi.

Satu kali, dua kali, dan hampir lima kali Taehyung mencoba menghubungi. Namun, wanita itu tak mengangkatnya. Meninggalkan kekesalan dalam hati Taehyung.

"Apa mungkin sedang sibuk?"

Taehyung tak memikirkan sisanya. Barang kali Sohyun sudah tidur atau sedang sibuk melakukan sesuatu. Matanya kini tertuju pada seorang gadis yang sejak tadi menantinya bicara. Senyum Taehyung mengembang. Kekesalannya beberapa saat lalu terusir seketika setelah gadis ini merapatkan tubuh ke pangkuannya.

"Kau sedang menelepon siapa, Oppa?"

"Hanya rekan kerja," alibinya.

Tak jauh berbeda dari Vernon, aktivitas yang Taehyung lakukan di malam hari ketika jauh dari manajernya adalah clubbing. Ia berada di club milik sahabatnya, yang tentu saja rahasia dan privasinya terjamin.

"Oppa, sampai kapan kita harus sembunyi-sembunyi? Aku tidak sabar ingin menunjukkan pada dunia, kalau kau milikku."

"Bersabarlah, jangan terburu-buru. Kita nikmati saja apa yang ada. Jika waktunya tiba, aku yang akan maju dan mengenalkanmu pada dunia sebagai gadis satu-satunya yang ingin kunikahi."

Bak tukang rayu profesional, kalimat Taehyung barusan begitu mulus dan berhasil membuat gadis di pangkuannya percaya. Semenjak menjadi model papan atas, aksesnya untuk menemui wanita-wanita cantik jadi tambah luas. Mulai dari artis, penyanyi, selebriti, sampai pengusaha pun pernah ia dekati. Ketika bermain dengan mereka, Taehyung tak pernah menggunakan wanita yang sama. Pengecualian untuk gadis yang sekarang ini berada bersamanya, yaitu Choi Bitna.

Bitna merupakan seorang aktris muda berbakat yang membangun karier sejak usinya masih 15 tahun. Selain itu, gadis— yang lima tahun lebih muda dari Taehyung—tersebut adalah putri dari CEO UMM, agensinya. Tidak heran, jika keamanan Taehyung terjaga setiap kali ia tersandung skandal. Bitna menjadi sosok penyelamatnya. Orang yang paling berjasa di balik penghapusan skandal Kim Taehyung.

Menjalin hubungan diam-diam selama hampir satu tahun, pertama kali mengenal Taehyung, Bitna sudah dibuat tergila-gila. Ia tahu bagaimana sikap Taehyung terhadap setiap wanita yang menurutnya menarik. Bitna tidak peduli. Yang jelas, di akhir nanti, hanya Bitna-lah yang akan menikahi Taehyung dan mendapatkan pria itu seutuhnya. Sebab, masa depan Taehyung, kesuksesannya, ada di genggaman tangan Bitna. Selama Taehyung dapat memanjakannya, maka rahasia karier Taehyung tetap aman.

"Oppa, mau menginap ke apartemenku malam ini?"

Taehyung tampak berpikir keras. Terakhir kali ia mampir ke apartemen gadis itu, ia nyaris diberi minum obat kuat. Kalau saja Taehyung tak sadar, mungkin mereka bakal berakhir di atas kasur dan suatu ketika, Bitna mengaku hamil lalu memintanya untuk segera menikahi gadis itu. Tidak, tidak. Taehyung tidak sebodoh yang Bitna pikirkan. Sebelum meminum gelasnya, Taehyung juga sudah menaruh obat tidur di gelas Bitna sehingga rencana gadis itu gagal total. Nah, kali ini Taehyung harus mengelak dan mencari alasan untuk kabur.

"Begini, Bitna Sayang. Sebenarnya besok aku ada pertemuan penting dengan klien baruku. Lokasi pertemuan kami sangat jauh dari apartemenmu, jadi maaf. Aku tidak bisa datang malam ini."

Bitna memanyunkan bibirnya. Merasa gemas, Taehyung pun mengecup bibir itu. Lelaki itu tampak menikmatinya. Bagaimana tidak? Ternyata, menjalin kasih dengan gadis yang lebih muda itu cukup menghiburnya. Terkadang, Bitna kelihatan imut di mata Taehyung. Meskipun lebih sering menyebalkannya sebab tingkah Bitna yang terlalu kekanakan.

"Baiklah, Oppa. Tapi kau harus janji, kau akan mampir lain kali. Aku merindukanmu tidur bersamaku."

Cih, kapan aku tidur bersamamu? Malam itu kau memeluk gulingmu karena gagal membuatku terangsang. Pikir Taehyung penuh kemenangan.

"Siap, Sayang. Kalau begitu, biarkan aku mengantarmu pulang."

Keduanya pun bersiap meninggalkan club. Tak lupa Taehyung pamit pada sahabatnya yang selalu mendukung keburukannya. Partner in crime-nya, Namjoon.

"Hey, Bro. Aku pulang duluan."

"What? Ini masih sore. Kenapa buru-buru? Lagian, barangmu masih ada di ruanganku."

"Kuambil lain kali saja, aku sudah capek. Pingin segera pulang dan beristirahat."

"Baiklah, terserah kau. Ini, gunakan mobilku!" Namjoon melemparkan kunci mobil yang ia ambil dari sakunya. Tubuhnya masih sibuk berjoged dengan seorang wanita.

"Wow, makasih, Hyung! Aku mencintaimu!" Taehyung menangkap kunci itu dengan lihai. Bibirnya tersenyum lebar diikuti kedipan mata yang ia tujukan pada Namjoon. Tak lupa juga pada wanita yang menemani Namjoon.

"Sial! Kau lagi-lagi menggoda wanitaku! Pergi sana! Ingat, jangan sampai lecet."

"Apanya yang lecet, Hyung?" goda Taehyung.

"Mobilku, apalagi? Dasar si otak mesum!"

Memang itulah kebenaran sifat seorang Kim Taehyung. Menurutnya, tidak ada laki-laki yang tidak mesum. Semua pasti punya pemikiran kotornya masing-masing. Namun, di antara jutaan umat pria di bumi ini, Taehyung mendeklarasikan dirinya sebagai si mesum dari yang termesum. Ia sampai mengoleksi ratusan blue film yang ia tonton sejak masih sekolah menengah pertama. Film dewasa pertamanya ia tonton ketika kelas lima SD. Itu pun bersama Namjoon, kakak kelasnya waktu itu. Dan barang yang dimaksud Namjoon tadi adalah CD porno yang diimpor dari Jepang. Taehyung tak sabar menyaksikannya karena ia sudah menunggunya tiba sejak seminggu yang lalu. Sayang, hari ini ia cukup disibukkan oleh kehadiran Bitna.

"Kita pulang, Sayang."

***

Tidur Sohyun semalam nyenyak sekali. Setelah bangun dan meregangkan tubuhnya, ia segera pergi ke dapur untuk membuat jus detox sebagai pengganti sarapan. Cukup dengan menghaluskan dua buah wortel, 1 seledri berukuran besar, 1 apel dan 1 mentimun dalam air dingin, namun tanpa es dan gula. Jus tersebut lah yang membantu merawat kulitnya tetap sehat.

Usai menyiapkan jus, Sohyun melakukan Yoga selama kurang lebih 60 menit. Sebagai seorang yang sibuk, Sohyun harus rajin-rajin menjaga kebugaran tubuhnya dan mempertahankan bentuk tubuhnya tetap ideal. Terkadang, ia juga melakukan pole dance yang telah ia pelajari selama di Paris. Makanya, di apartemen barunya itu, tak lupa Sohyun menyiapkan ruang tersendiri yang terdapat tiang di dalamnya.

Selesai melakukan aktivitas paginya, Sohyun bersiap-siap keluar untuk berbelanja kebutuhan pribadi. Memang segala hal sudah disediakan oleh Hyanggi, tapi tentu ada beberapa hal yang harus ia beli sendiri, misalnya gaun yang wajib ia beli melalui pertimbangannya atau pakaian dalam yang ia kenakan untuk sehari-hari.

Di lantai teratas gedung apartemennya itu sebenarnya ada dua unit penthouse. Yang satu Sohyun tempati, sementara yang satu—kata Hyanggi—sudah dibeli orang sekitar tiga bulan yang lalu. Namun, memang jarang ditinggali kecuali di saat-saat tertentu.

Kali ini Sohyun ingin mandiri. Selama ia memegang navigator elektroniknya, ia tidak akan tersesat. Mengingat perkembangan Seoul juga cukup pesat, banyak gedung-gedung baru serta jalan tol yang dibangun. Sangat berbeda dari sepuluh tahun lalu. Di perjalanan, Sohyun tak sengaja melihat seorang anak perempuan yang menangis di pinggir jalan. Sohyun yang berempati pun turun dari mobilnya untuk mengecek kondisi anak tersebut.

"Kau menangis? Ada apa?"

Beruntung, bahasa Koreanya masih sangat lancar untuk ukuran jarang diasah dan diterapkan selama sepuluh tahun. Sohyun tetap bisa berkomunikasi dengan siapa pun di negara itu.

"Eonni," rengek anak perempuan itu sambil menunjukkan kucing putihnya yang terluka.

"Astaga? Kenapa kucingmu? Apa dia tertabrak?"

"Huwaaa, Eonni tolonglah Nami ..., aku tidak mau kehilangan Nami." Anak kecil itu menangis semakin kencang. Sohyun kebingungan. Lalu, muncullah seorang pria bertubuh lumayan tinggi yang menghalau sinar matahari ke arah mereka berdua.

"Adik manis, sini biar Oppa obati kucingmu."

Sohyun melihat dua lengan kekar yang terjulur ke bawah, mengambil alih kucing yang lemas tak berdaya itu lalu membawanya ke dalam pelukan hingga kemeja biru mudanya terkena noda darah.

"Eh, kemejamu—"

"Tidak masalah, Nona. Ini sudah biasa dan ini adalah pekerjaanku," jawabnya tenang.

Semakin Sohyun perhatikan, rupanya pria tersebut memiliki wajah yang rupawan. Senyumnya pun tampan. Sohyun sampai tidak bisa berkedip dibuatnya.

"Oh, mau dibawa ke mana?" tanya Sohyun panik ketika pria itu membawa kabur kucing si anak tadi.

"Ke klinik, klinikku ada di seberang jalan itu. Mari," tawar sang pria pada anak perempuan yang Sohyun temui. Dan secara langsung kepadanya juga, yang sedari awal menghampiri anak itu duluan.

"Siapa namamu?" tanya pria itu.

Sohyun menimbang-nimbang, haruskah ia memperkenalkan diri sebagai Elena, atau sebagai Sohyun—yang merupakan nama aslinya?

"Kim Sohyun, panggil aku Sohyun," ujarnya memberanikan diri.

Tidak ada alasan lagi ia menutupi identitasnya. Lagi pula, itu nama pemberian ibunya. Sohyun menyukai nama itu lebih dari apapun. Sayang, karena suatu hal, Sohyun sempat membenci namanya sendiri.

"Oh, maksudku, nama anak ini. Anak yang memiliki kucing putih ini."

Balasan pria itu membuat Sohyun sangat malu. Shit, it ain't me, but for this little girl. I'm fucked up! Sohyun menyumpahi dirinya sendiri di dalam hati.

"Namaku Jun Yuri, Oppa," jawab si anak perempuan dengan suaranya yang menahan tangis.

Oh, bisa-bisanya aku ke-ge-er-an di depan anak kecil yang nangis sesenggukan! Seolah-olah aku merebut posisinya sebagai si pemilik kucing, menyedihkan sekali nasibku.

"Tapi, senang berkenalan denganmu, Nona Sohyun."

Senyum Sohyun terbit. Aku tidak jadi malu-maluin, kan? Dia bilang, senang berkenalan denganku. Ini pertanda sambutan hangatnya.

"Lalu, siapa kau?" tanya Sohyun balik. Ketiganya menunggu rambu lalu lintas untuk pejalan kaki menyala hijau.

"Saya Park Jimin, dokter hewan dari klinik Pawlicious," ucapnya sambil menunjuk ke arah bangunan berlantai dua yang penuh dengan hewan peliharaan di dalamnya.

***

Tbc

Yoo, cast baru kita.

Park Jimin, Dokter Hewan di veterinary clinic bernama "Pawlicious Pet Care and Wellness".

Choi Bitna, putri CEO UMM, terlibat hubungan rahasia dengan Taehyung.

Nb: awalnya tuh bingung antara Jungkook atau Jimin yang jadi dokter hewannya. Tapi, dari awal aku emang mau kasih peran itu ke Jimin. Lebih cocok aja.

Jungkook biar jadi main character di cerita aku selanjutnya wkwk (masih rahasia muahaha)

Btw, gimana menurut kalian karakter Park Jimin di sini nanti? Coba tebak🌝

Ayo gais, bantu 50 votes, nanti aku lanjut lagi bab selanjutnya ^^ semoga kalian suka💜

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro