Bab 35
Kedua bibir itu tak berhenti beradu. Taehyung yang seolah ingin melimpahkan seluruh hidupnya pada Sohyun, mencecap bibir wanita itu dan merasakannya dalam-dalam. Ciuman yang tadi terasa lembut dan hangat, perlahan berubah tergesa-gesa. Bak kehausan, Taehyung memagut Sohyun sampai dahaga pria itu terpuaskan.
Kedua pasang mata tersebut saling memejam, gairah satu sama lain saling tak tertahankan. Kim Sohyun tidak tahu bahwa balasan ciumannya beberapa saat lalu membuatnya berakhir terbaring di atas rerumputan. Dengan pemandangan wajah Taehyung yang ia lihat dari bawah, dengan kedua lengan kekarnya yang mengurung Sohyun di tengah-tengah. Background langit yang keunguan menjadi saksi tersendiri, menampilkan siluet hitam tubuh Taehyung yang entah bagaimana tampak begitu seksi.
Kim Sohyun meraih tengkuk Taehyung, mendekatkan kembali wajah mereka yang sempat menjauh demi meraup udara agar paru-paru tak sesak. Kim Taehyung terlihat terkejut pada awalnya, namun ia melupakan hal itu seketika menyaksikan ekspresi Sohyun yang tampak mendambakan bibirnya.
"Hah ... hah, Sohyun ...."
"Jangan berhenti, Kim Taehyung. Kau yang memulainya. Dan aku belum merasa puas," ujar Sohyun.
Di sela-sela pergulatan itu, Taehyung tersenyum. Suasana mulai gelap, lampu taman di halaman depan pun mulai menyala tetapi itu tak menghalangi Taehyung dalam menemukan titik bahagianya. Melakukan ciuman di tempat terbuka, disaksikan langit dan bintang-bintang, bukankah itu terkesan romantis? Setidaknya, Taehyung ingin merasakannya minimal sekali dalam seumur hidup bersama pasangan yang sungguh-sungguh ia cintai ini.
"Kau tidak kedinginan? Bagaimana kalau kita masuk sekarang?" Taehyung menarik diri dan menanyakan kondisi Sohyun.
Jujur saja, sebenarnya Taehyung tidak peduli apabila angin malam membekukan tubuhnya. Karena ciuman Sohyun cukup panas untuk menghangatkannya. Taehyung menyukai sensasi tersebut. Tetapi, ia tidak boleh serta merta mengedepankan kehendaknya sendiri. Tetap, pendapat Sohyun adalah hal yang utama untuk saat ini.
"Mau melanjutkannya?"
Taehyung tersentak. Posisi mereka tak beralih sedikit pun. Kim Taehyung masih berada di atas tubuh Sohyun, menumpu berat badannya dengan dua lengan yang kokoh.
"Itu perintah atau penawaran?"
"Bagaimana kalau perintah?"
Kim Taehyung bangkit, mengangkat tubuh Sohyun dalam sekali gerakan—membuat Sohyun terkejut bukan main—lalu menggendongnya menuju ke dalam villa.
"Hei! Turunkan aku! Bagaimana kalau ada yang lihat?"
"Bagaimana apanya? Aku tidak peduli. Toh, kita tidak kenal siapapun di sini." Taehyung menyeringai.
"Lalu, Taeyong dan Chaerin? Kalau mereka melihat kita, bagaimana?"
"Abaikan saja."
"Kim Taehyung!" Taehyung mengecup bibir Sohyun yang begitu cerewet. Wanita itu sukses terdiam.
"Meskipun dunia ini mau kiamat, aku tidak peduli. Asal aku bersamamu, itu sudah lebih dari cukup."
Tanggapan Taehyung lantas menjadikan Sohyun bungkam. Apakah artinya pria itu kini bisa diandalkan? Seorang playboy yang ahli melancarkan rayuannya bahkan pada wanita yang baru saja ia temui, berkata sesuatu yang alih-alih menjanjikan—justru menggelikan—itu sungguh mencintai dirinya? Sohyun tak akan mengelak pada hatinya. Ia yakin, sosok bernama Kim Taehyung itu telah menguasai hati dan pikirannya. Tetapi, Sohyun masih ragu jika suatu saat nanti mereka akan melanjutkan hubungan. Sohyun belum sepenuhnya mempercayai kesetiaan seorang Kim Taehyung. Bagaimana kalau di tengah-tengah hubungan, pria itu mendua?
Tetapi, setelah tenggelam terlalu jauh, Sohyun jadi berpikiran dangkal. Akal sehatnya lenyap bersamaan dengan ciuman tadi, hingga tanpa sadar, Taehyung telah membawanya ke sebuah kamar yang ada di lantai bawah.
"Wait!" cegah Sohyun saat Taehyung terlihat buru-buru membuka kancing bajunya sendiri.
"Kenapa?"
Sial. Sohyun mengumpat dalam hati. Jujur ia tergoda pada dada bidang nan kekar yang tampak mengintip dari tiga kancing yang terbuka itu. Tetapi, Sohyun belum siap. Sampai ia benar-benar dapat memastikan kesetiaan pria itu, ia tidak akan memberikan tubuhnya.
"Sohyun?" panggil Taehyung ketika Sohyun tampak diam dan berpikir.
"Oh, shit! Kim Taehyung bajingan itu!"
Suara sahutan dari arah ranjang mengagetkan keduanya. Taehyung dan Sohyun sama-sama menoleh. Mereka mendapati Taeyong—yang telah bertelanjang dada—sedang mengangkangi tunangannya.
"Aku mentoleransi double date, tapi ... double sex? Yang benar saja, Kim Taehyung?! Keluar dari sini! Sekarang. Juga."
Taehyung segera menarik lengan Sohyun keluar kamar, kemudian membanting pintunya dengan sangat keras.
Mereka tak langsung pindah dari sana. Taehyung dan Sohyun menyandarkan punggung di depan pintu. Terdiam dan terengah-engah untuk beberapa detik kemudian tertawa lepas bersama.
"That's fucking funny! Isn't it? Kau lihat wajah konyol Taeyong tadi? Sial, aku ingin meledeknya!"
Kim Sohyun hanya manggut-manggut. Hingga ... ia tersadar satu hal.
"Hei, Kim Taehyung! Apa saja yang tadi kau lihat di dalam?"
"Apa maksudmu? Selain wajah bodoh Taeyong, tak ada hal lain lagi yang menarik perhatianku."
"Moon Chaerin?"
"Huh?"
"Apa kau yakin tidak sempat mengintip tubuh polos Moon Chaerin di atas kasur?"
"Moon Chaerin? Ah ... itu ...."
"Kok 'ah itu'! Katakan yang jelas dong, kau melihatnya atau tidak?"
"Gimana nih, aku malah membayangkan tubuh telanjangmu yang mengerang di bawahku dari tadi. Mana sempat aku mengintip wanita lain?"
"Brengsek kau!" Kim Sohyun terkekeh sambil sesekali memukul lengan Taehyung yang begitu padat.
Aku tidak tahu apa kau berkata jujur, tapi tunggulah. Jika kau memang menyukaiku, kau harus menaruh lebih banyak kesabaran agar aku sepenuhnya mempercayaimu.
***
Semalam pada akhirnya Taehyung dan Sohyun tidur di kamar masing-masing. Meskipun Sohyun sendiri penasaran, ia tetap berpegang teguh pada logikanya. Ia tidak bisa asal tidur seranjang dengan pria itu. Mereka berdua kan sama-sama dewasa, Sohyun dapat membayangkan hal mengerikan apa yang akan terjadi ke depannya. Oleh karena itu, Sohyun memilih jalan aman sebelum ia menyesal.
"Sudah bangun?" Sohyun mendapat sambutan pertanyaan ketika dirinya tengah sibuk menuangkan air ke dalam gelas.
"Ya, baru saja. Apa tidurmu nyenyak?"
"Kau pikir aku bisa tidur nyenyak setelah kau tiba-tiba kabur dan minta kamar terpisah?" keluh Taehyung. "Apalagi setelah apa yang hampir kita lakukan semalam," lanjutnya.
Sohyun pura-pura tidak peka. Menyaksikan muka Taehyung yang cukup tertekuk pagi itu, ia nyaris tidak tega. Daripada membahas topik yang sama, ia pun mengalihkannya dengan pembicaraan lain agar suasana tidak canggung.
"Wah, ternyata di sini juga ada saluran TV Koreanya, ya."
Sohyun memutuskan duduk di ruang santai. Sebuah TV pun dinyalakan. Layarnya yang lebar menunjukkan sedang berlangsungnya acara gosip atau pemberitaan selebritis. Dan saat itu pula, Sohyun secara tak sengaja menjatuhkan gelas minumannya.
Prang. Pecahan kaca berceceran di mana-mana. Lantai basah tertumpahi oleh air putih yang seharusnya Sohyun teguk sejak awal. Kedua mata wanita itu fokus menatap layar. Ada dua foto terpampang di sana. Satu, menampilkan wajahnya, dan yang kedua, menampilkan wajah yang sangat Sohyun kenal. Tidak lain dan tidak bukan, adalah ayah kandungnya sendiri.
"Sohyun? Kenapa?"
"Aku harus menghubungi Hyanggi!"
"Hei, tenanglah! Jangan bergerak—!"
Taehyung terlambat. Sohyun tak sengaja menginjak pecahan kaca dan itu membuat kakinya terluka. Taehyung yang panik, lantas mengangkat tubuh Sohyun dan memindahkannya ke tempat lain.
"Aduh, kau ini kenapa sih? Sampai nggak sadar melukai kakimu sendiri!"
"Kau lihat ponselku? Oh, aku ingat! Bisakah kau mengambilkannya di kamarku sebentar? Aku harus menghubungi asistenku!"
"Katakan dulu, ada apa? Apa yang membuatmu panik dan tergesa-gesa?"
"Pemberitaan...."
"Apa? Katakan dengan jelas."
"Ayahku muncul di pemberitaan TV, semua ini gara-gara skandal yang menyangkut namaku."
"Ayahmu? Kau tidak pernah memberitahuku soal ayahmu...."
Sohyun yang cemas, pada akhirnya menceritakan kehidupan masa lalunya yang menyedihkan. Mengenai sosok ayahnya yang berselingkuh dan menikah lagi, hingga akhirnya dipenjara akibat tuduhan kekerasan dalam rumah tangga dan kini baru saja dibebaskan.
Taehyung yang merasa telah mengenal dekat Sohyun, perlahan menghapus pemikiran itu. Tidak, masih banyak hal yang belum ia ketahui soal Kim Sohyun. Salah satunya adalah cerita mengenai sang ayah. Untuk sesaat, Taehyung merasa gagal menyebut dirinya sebagai pria yang mencintai Sohyun.
"Sekarang, di mana ayahmu?"
"Dia di Seoul. Dia bekerja di sebuah kedai ayam di dekat apartemenku."
"Jangan bilang...."
"Iya! Kurir ayam yang datang malam itu adalah ayahku. Aku sangat marah dan malu sampai-sampai tidak membiarkannya berdiri di depan apartemenku. Jadi, aku mengusirnya secara tidak langsung."
Pantas saja mood-nya hari itu tiba-tiba berubah.
Kim Taehyung mendesah panjang. Rupanya segala hal menjadi lebih rumit sekarang. Semua baik-baik saja ketika hanya Taehyung dan Sohyun yang terlibat dalam skandal, tetapi kali ini melibatkan ayah Sohyun. Apa yang dapat Taehyung perbuat?
"Choi Bitna...," gumam Taehyung.
"Apa?"
"Choi Bitna, ini pasti ulahnya. Dialah yang memulai skandal kita, pasti dia juga yang mencari tahu soal ayahmu lalu menjadikannya kesempatan untuk membalas dendam."
"Jika benar dia ... aku tidak bisa tinggal diam! Aku pasti membalasnya berkali-lipat lebih mengerikan!"
***
"Bagus, kerja bagus! Hahaha."
Di sebuah lounge, Bitna duduk santai sambil memegang iPad di tangannya. Baru saja ia membaca artikel yang memberitakan bahwa ayah dari seorang Elena Kim ternyata adalah mantan narapidana. Gadis itu tertawa terbahak-bahak bak menonton film komedi. Sungguh, dibandingkan dirinya wanita tua itu bukanlah apa-apa. Kim Taehyung saja yang bodoh karena sudah memilihnya. Bitna berjanji, akan membuat pria itu berlutut lagi di hadapannya. Lihat saja, setelah ini, Taehyung akan merengek untuk tetap dipertahankan di agensi milik ayahnya.
"Nona, Anda kedatangan tamu."
Bitna meletakkan gelas wine-nya. "Siapa?"
"Dia bilang, Anda pasti akan menemuinya meskipun dia tidak mengatakan identitasnya."
"Oh, tak kusangka akan secepat ini. Biarkan dia masuk!"
Bitna berdiri merapikan pakaian sekaligus rambutnya. Tidak lupa, ia menebalkan lipstik yang ia poles ke bibirnya. Dengan begitu, Kim Taehyung akan semakin sulit keluar dari pesonanya.
"Oppa~" sorak gadis itu begitu lelaki berpenampilan kasual datang sambil mengenakan hoodie untuk menutupi wajahnya.
"Akhirnya kau menemuiku juga, aku merindukanmu." Choi Bitna memeluk sosok itu dengan erat, menghirup dalam-dalam aroma pria yang selama ini membuatnya tergila-gila.
"Parfum apa yang Oppa pakai? Aromanya berbeda."
Bitna melepas pelukannya, memberi isyarat pada para penjaganya untuk meninggalkan ruangan. Hanya menyisakan dirinya dan Taehyung yang berdiri di hadapannya.
"Oppa, apa kau kemari karena berubah pikiran? Kau akan memilihku kan?" tanya Bitna mengintimidasi.
Jemarinya bergerak menggerayangi tubuh Taehyung. Hingga, ia pun tersentak ketika menyentuh sesuatu yang tampak menonjol pada dada pria itu.
"Op–oppa?"
"Oops. Kenapa? Dadaku ternyata lebih besar dan kenyal daripada punyamu? Makanya, masih kecil tidak usah sok-sokan menjadi jalang, Bitch."
Bitna mendelikkan kedua matanya. Seketika ia mundur dan menjauhi sosok yang ternyata bukan oppa-nya itu. Bitna bahkan masih tak dapat menahan ekspresi terkejutnya, saat orang di depannya membuka tudung hoodie dan menunjukkan wajahnya yang asli.
Rambut cokelat panjang yang terurai bergelombang. Kedua sorot mata yang bulat dan lebar, yang menatapnya dengan tajam. Bibir yang mungil dan cantik, lengkap dengan warna lipstik yang terkesan begitu gelap dan menakutkan.
"Bagaimana kau bisa ada di sini?"
Wanita itu melangkah, melewati Bitna. Ia menuju ke sofa yang tadi dipakainya kemudian duduk anggun selagi menyilangkan kaki.
"Hm, jadi seperti ini kegiatanmu?" ungkapnya. Melihat ada gelas wine sekaligus botolnya di atas meja, wanita itu tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mencicipinya.
"Keugh! Daebak. Great! Masih muda sudah pandai menguras duit orang tua," komentarnya.
Choi Bitna terpaku di tempatnya. Menatap ngeri wanita yang duduk ala bos mafia di hadapannya. Sangat jelas sekali perbedaan image antara wanita itu dengan yang selama ini Bitna lihat di foto. Sama-sama karismatik, namun, saat bertemu langsung rasanya Elena Kim mampu mengobrak-abrik nyalinya. Dia sangat menakutkan hingga membuat kaki Bitna gemetaran.
"Pinot noir. Kau tahu jenis anggur apa itu? Itu adalah anggur yang digunakan untuk memproduksi Domaine de la Romanee Conti, wine yang satu botolnya seharga dengan satu unit mobil," ujar Sohyun. "Ah, kau pasti tidak tahu. Karena yang kau tahu kan cuma 'cara mencampuri urusan hidup orang lain'."
Kim Sohyun bangkit dari duduknya. Sambil menenteng gelas wine-nya, ia berjalan mendekati Bitna. Memojokkan gadis itu sampai-sampai ia tidak berpikir untuk kabur. Sohyun mengangkat gelasnya, menyiramnya tepat di atas kepala Bitna hingga membuat gadis itu menggeram kesal. Ekspresi wajahnya berubah seketika.
"Apa yang kau lakukan! Sialan! Bajuku—"
"Hei, kau pikir, kau bisa dengan mudah menjatuhkanku? Anak bau kencur sepertimu, tidak akan bisa mengalahkan aku yang sudah lama hidup di tengah masyarakat yang bermulut tajam. Terserah kau mau membongkar aibku, aku tidak peduli. Tetapi, begitu kau menyentuh hal yang tidak seharusnya kau sentuh, saat itu juga kau tidak akan bisa hidup dengan tenang."
Kim Sohyun yang kesal, mencengkeram rahang Bitna. Gadis itu tidak mengelak dan hanya meringis kesakitan.
"Lepaskan! Kau juga sama! Kau menyentuh sesuatu yang tidak seharusnya kau sentuh, makanya aku tidak bisa membiarkanmu hidup dengan tenang! Dasar jalang!"
"Eh, apa maksudmu? Tunggu dulu. Sepertinya kau salah paham. Siapa yang menyentuh siapa? Bukankah pacarmu memilihku karena dia tidak tertarik lagi padamu ya?"
"Diam—"
"Sst. Belum selesai. Karena 'Oppa'mu tidak bisa menjelaskannya dengan baik, biar aku saja yang memberi tahu. Dia ... mendekatimu, hanya karena butuh power dari ayahmu. Kalau kau tanya padanya siapa yang lebih cantik, sudah pasti ... dia memilihku. Memangnya, apa yang bisa dilakukan oleh anak kecil sepertimu?"
"Brengsek! Kau wanita tua! Hah, hahaha! Terus saja, terus saja menghinaku. Karena mungkin, ini terakhir kalinya kita bertemu. Setelah kau menghilang dari dunia ini dan orang-orang akan menghujatmu, saat itulah, aku menjadi wanita yang paling bahagia."
"Ck ck ck, sudahlah Nak. Belajar saja yang benar. Terutama, belajar bagaimana cara menjaga mulutmu. Sebelum berucap, bukankah lebih baik kau berpikir terlebih dulu?"
Sohyun mengecek jam tangannya. Tak lama kemudian, bibirnya menyeringai.
"Sudah saatnya. Kau tidak mau iPad berhargamu itu menjadi sampah kan? Sebaiknya, kau buka internet sekarang. Aku yakin, karmamu sudah tiba."
Bitna tercekat. Ia pun cepat-cepat mengambil iPad-nya untuk mengecek sesuatu. Dan benar saja, begitu ia membuka internet, beberapa artikel telah dirilis. Tak hanya itu, Bitna mengeklik salah satu video yang menayangkan sebuah berita. Seketika, kakinya terasa lemas dan ia pun terduduk di atas lantai.
"Bagaimana? Kita impas kan?" Sohyun berjongkok tepat di depan Bitna. Ia mengeluarkan sapu tangan dari dalam sakunya lalu melemparkannya tepat di wajah Bitna. "Nih, siapa tahu butuh. Anak kecil mudah cengeng. Goodbye, silakan menikmati sisa-sisa harimu di sini. Kuharap, kau masih sanggup membeli tiket pesawat untuk pulang ke Seoul, ya."
Kim Sohyun melangkah keluar dengan bangga. Sesekali ia mengibaskan rambutnya. Hah, betapa leganya ia setelah berhasil membuat Choi Bitna tertekan. Semua itu berkat bantuan Taehyung. Sohyun tidak menyangka bahwa Kim Taehyung akan berguna di saat-saat begini. Ia harus mentraktirnya makan hari ini.
Sementara itu, Bitna yang frustrasi membanting iPad-nya dan berteriak histeris.
"Haaaa!!! Brengsek! Sialan! Semuanya bodoh!! Dasar Ayah bodoh, tidak berguna! Aaakhh!"
Layar iPad yang retak menampakkan berita penangkapan CEO dari agensi UMM. Agensi yang sebelumnya menampung Taehyung sebagai model. Dikabarkan bahwa CEO UMM terlibat dalam kasus prostitusi. Tak hanya itu, ia dijadikan tersangka atas kasus peredaran narkoba di kalangan artis. Tentu saja, dengan beredarnya kabar tersebut, tak hanya masa depan UMM yang hancur, tetapi juga masa depan Choi Bitna yang selama ini menggantungkan hidup pada ayahnya.
"Sialan! Itu artinya aku akan jatuh miskin? Tidak! Tidak mungkin! Tidaaak!"
***
"Kau sudah menghubungi ayahmu? Bagaimana pun juga, kita harus berterima kasih padanya."
Kim Sohyun meletakkan satu per satu lauk yang ia masak di meja. Sesuai janjinya, ia mentraktir Taehyung makan malam. Namun, karena memesan restoran di luar masih sangat berisiko, Sohyun pun memutuskan untuk menyiapkan masakan dengan kedua tangannya sendiri. Ia memilih balkon di kamarnya sebagai lokasi makan malam. Ditemani lilin dan beberapa tangkai bunga mawar di dalam vas, situasi menjadi sedikit lebih romantis.
"Ya, aku akan meneleponnya nanti. Tapi, orang yang paling berperan besar adalah Seojun Hyung. Kalau dia tak menjadi perantaraku dengan Ayah, entah bagaimana masalah ini bisa teratasi."
"Eh? Jadi kalian belum berbaikan?"
Taehyung menggelengkan kepalanya lemas. Sohyun tahu apa yang Taehyung rasakan. Memang sulit untuk memaafkan orang lain. Ia sendiri pun mengalami hal yang sama. Baik Taehyung maupun Sohyun, keduanya tidak memiliki hubungan yang cukup baik dengan sang ayah. Jadi, Sohyun pun tak memiliki alasan untuk mendesak Taehyung berbaikan dengan ayahnya.
"Baiklah, aku tak memaksamu. Tetapi, biarkan aku yang berbicara pada beliau karena secara tidak langsung, beliau juga membantuku."
"Apa-apaan? Yang membantumu itu aku. Jelas-jelas aku! Menurutmu, apakah Ayah akan mau mengikuti rencanaku kalau aku masih memutuskan bertahan di dunia modelling?"
"Ooh, jadi kau terpaksa? Kau tidak benar-benar ingin melepas duniamu? Katanya, kau akan melakukan apapun untukku. Aku kecewa, loh?"
Sohyun menyilangkan kedua lengannya. Taehyung yang tadinya sedikit kesal, tiba-tiba salah tingkah dan membuatnya salah bicara. Ia tidak bermaksud begitu. Taehyung hanya ingin menjadi pihak yang paling dipuji atas terselesaikannya masalah Choi Bitna. Tetapi karena ayahnya yang mendapat perhatian Sohyun, Taehyung menjadi tidak suka.
"Hey, bukan begitu...." rengeknya sambil meraih lengan Sohyun.
"Oh ya?" Sohyun mengangkat sebelah alisnya.
Taehyung yang menemui jalan buntu, kemudian menarik pinggang Sohyun dan mendudukkan wanita itu di pangkuannya.
"Kalau tidak begini, kau pasti tidak mau mendengarkan penjelasanku," ucap Taehyung.
"Dengar, aku pasti melakukan apapun untukmu. Meski aku harus pergi ke ujung dunia sekalipun, semua hal yang menyangkut tentangmu, pasti akan aku penuhi," bisik Taehyung. "Karena aku mencintaimu, Sayang."
Kim Taehyung tersenyum. Sohyun melihatnya dengan raut mengejek. "Ngomong mudah. Mana buktinya?"
"Oke! Perintahkan aku apapun! Kalau aku tidak dapat menyanggupinya, kau bisa menolakku mentah-mentah. Tapi, kalau aku berhasil melakukannya, kau harus mau menikah denganku tanpa kecuali. Bagaimana?"
"Deal. Kalau gitu, kau siap mendengarkan permintaanku? Ini sulit loh."
"Silakan. Katakan saja. Aku tidak takut!" ujar Taehyung optimis.
"Baiklah, pertama-tama kau harus berhenti clubbing minimal selama enam bulan ke depan. Lalu, hapus semua kontak wanita yang ada di ponselmu, kecuali aku. Lalu, buang semua blue film yang kau kumpulkan selama kau hidup, kalau perlu bakar sampai habis tak tersisa. Ah iya, dilarang melakukan skinship atau ciuman. Setidaknya kau harus meminta izinku terlebih dahulu. Terakhir, dilarang mengeluarkan kata-kata cringe atau gombalan yang membuatku merinding. Sudah, kau sanggup?"
Taehyung yang mendengar permintaan itu, hanya dapat membuka mulutnya lebar-lebar.
"Sohyun, kau tahu ... itu bukan permintaan. Tapi itu siksaan. Aku ragu, apakah aku masih bernapas sekarang? Jangan-jangan aku sudah berada di neraka?"
"Baguslah kalau kau sadar. Jangan harap kau mendapatkan surga sebelum kau benar-benar menunjukkan kelayakanmu di sana. Okay? Selamat berjuang, Sayang," tutup Sohyun sambil mengiris daging steak yang ada di piring Taehyung, lalu memasukkannya ke dalam mulut. "Ah, enak sekali. Bon appétit!"
***
Tbc
Yokk, hari ini aku kebut sampai ending!
Yang menunggu adegan hot-nya, nanti aku post di "Taste of Love" ya. Tunggu aja.
Oh ya, sekalian gais... Minal aidzin walfaidzin🙏 maafkan aku yang suka ngaret update cerita ini hehe
Semoga hari-hari kalian menyenangkan ke depannya༼ つ ◕‿◕ ༽つ
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro