Bab 32
Merasakan secara langsung kemurkaan Nicholas adalah hal yang paling Sohyun hindari. Jika biasanya Sohyun menjadi saksi ketika Vernon dimarahi oleh ayahnya, kini justru ia yang menjadi korban. Keduanya berbicara empat mata—seperti biasa—di ruang kerja Nicholas. Tidak ingin melibatkan orang ketiga—Taehyung—Nicholas lebih memilih menggali informasi pada putrinya terlebih dahulu. Mendengarkan penjelasan Sohyun untuk menghindari kesalahpahaman.
Di atas meja, sebuah layar notebook memperlihatkan beberapa artikel berita yang membubuhkan nama Elena. Itulah alasan Nicholas menunggu di ruang tamu dengan aura yang mencengangkan. Ia tahu skandal bodoh yang melibatkan putrinya. Tentu saja ia tak percaya. Tak mungkin Kim Sohyun yang tak pernah diketahui dekat dengan pria—selain putranya—tiba-tiba muncul dalam pemberitaan dan dikatakan sebagai "simpanan seorang model".
"Jadi, jelaskan. Apa ini, Sohyun?"
Sohyun mengatur napasnya. Ia tahu, hal ini akan terjadi. Tetapi, ia tidak pernah menyangka jika secepat ini.
"Apa hubunganmu dengan pria yang ada di foto itu?"
Berapa kali pun Sohyun menatap foto itu, ia masih heran dan terus kepikiran. Bagaimana bisa seseorang mengambil foto bagian dalam apartemennya yang ada di Seoul, padahal jelas-jelas sistem keamanan di sana sangatlah ketat. Terlebih lagi, itu terjadi bertepatan ketika Taehyung berkunjung dan mereka melakukan ciuman. Bukankah terlalu janggal jika dikatakan hanya kebetulan?
"Kenapa diam saja? Kalau kau diam, Daddy anggap artikel itu benar."
"Tidak, Daddy. Itu tidak benar. Maksudku, soal aku yang menjadi simpanan pria, itu sama sekali tidak benar."
"Lalu foto ini bagaimana? Apa ini asli?"
Sohyun menelan ludahnya. "I–iya. Itu asli, Dad."
Nicholas menarik tubuhnya, menyandar ke sofa. Ya Tuhan, ia pikir selama ini Sohyun tak memiliki kekasih atau semacamnya. Ia malah terang-terangan ingin menjodohkan Sohyun dengan Vernon, putranya. Ia merasa bersalah. Apakah karena itu pula Sohyun mengulur waktu untuk memikirkan kembali soal pernikahan?
"Kalian ada hubungan apa? Kalian pacaran?" lanjutnya penasaran.
"Sebenarnya, hubungan kami belum sampai sana, Dad. Kami ... kami melakukannya karena kami ingin saja."
"Sohyun, Daddy tidak percaya. Putri Daddy sudah berubah."
Deg. Sohyun terkejut mendengar kalimat Nicholas. Dalam artian buruk, bukankah berarti Nicholas merasa sangat kecewa padanya? Kenapa? Karena Sohyun mencium pria lain diam-diam? Atau karena nama Sohyun muncul dalam berita gosip untuk pertama kalinya?
"Maaf, Daddy."
"Kau tidak perlu meminta maaf."
Astaga, aku membuatnya kecewa.
Di mata Sohyun, Nicholas tampak tak bisa berkata-kata. Nicholas seperti sudah menyerah pada perilaku Sohyun, seakan kata maaf pun tidak ada artinya lagi.
Sohyun yang melamunkan penyesalannya mendadak terkejut saat Nicholas berpindah tempat duduk dan memeluknya! Iya, memeluk!
"Da—Daddy?"
"Sohyun–ku sudah dewasa, ya. Akhirnya berciuman juga. Daddy pikir selama ini kau kesulitan dalam menjalin hubungan dengan pria. Ternyata kau masih normal-normal saja," ujar Nicholas selagi menepuk punggung Sohyun.
Sohyun diam mematung. Oh astaga, apa yang dia pikirkan tadi? Nicholas kecewa padanya? Malah pria itu mensyukuri fakta bahwa Sohyun mencium seorang pria. Rasanya Sohyun ingin membenturkan kepalanya ke tembok. Lucu sekali ayah dari Vernon ini! Benar. Nicholas sejak dulu selalu menantikan momen Sohyun menggandeng seorang lelaki.
"Dad, apa itu sesuatu yang membanggakan? Bahkan aku kena masalah gara-gara ciuman itu."
Nicholas melepas pelukannya. Ia menggenggam kedua tangan Sohyun, menatap lurus ke matanya dengan tatapan seorang ayah.
"Orang dewasa itu hidupnya lebih rumit. Masalah datang dan pergi tanpa bisa diprediksi. Kalau terlibat masalah, ya tinggal dihadapi. Yang harus kau pahami adalah bahwa ketika kau mendapat masalah, itu artinya kau memiliki perkembangan besar dalam hidupmu. Dan Daddy bangga akan itu."
Sohyun tak menjawab. Ia mencerna kata mutiara Nicholas yang—kalau dipikir-pikir—ada benarnya juga. Sohyun yang selalu menolak cinta laki-laki yang mengejarnya, tertolak oleh orang-orang yang dia suka, pada akhirnya merasakan suatu bagian dari romansa. Meskipun itu dengan Taehyung, cinta pertamanya. Orang yang juga menjadi luka pertamanya. Semua terasa tidak nyata. Melihat hubungan keduanya yang jauh dari kata cinta, mungkin. Sohyun sendiri masih bingung dengan perasaannya.
"Sohyun, maafkan Daddy. Daddy tidak akan lagi memaksamu menikah dengan Vernon."
"Apa?! Daddy serius?"
"Ya ... lagipula kamu dekat dengan pria lain, kan? Kalau dia pria yang baik, Daddy setuju-setuju saja."
Hei, mengapa Sohyun merasa sangat senang mendengarnya? Seolah ia bebas dari belenggu dilema. Atau ... karena ia tak perlu mencemaskan kelanjutan hubungan tak pastinya bersama Taehyung?
"Ngomong-ngomong, siapa supermodel itu? Kau harus mengenalkannya pada Daddy."
Sohyun tertawa ketir. Setelah ia sampai di rumah tadi, situasi tak terduga terjadi. Orang konyol yang Nicholas kira seorang transgender, ternyata adalah supermodel yang ada di foto. Tidak mungkin kan Sohyun menyampaikan hal itu? Entah apa yang akan terjadi pada Taehyung jika Sohyun berkata jujur. Dan lagi, Taehyung bukanlah "pria baik" seperti yang diharapkan Nicholas.
Oh, tidak. Sohyun pikir ia bisa bernapas lega. Rupanya, tingkat kerumitan masalahnya berganti.
"Dad, mungkin aku telat mengatakan ini. Tapi ... Daddy jangan marah, ya. Dengarkan dulu penjelasanku...." ucap Sohyun ragu. Ia menggigit jarinya.
"Apa yang ingin kau jelaskan, Sohyun?"
"Sebenarnya ... orang yang Daddy kira transgender tadi, adalah pria yang ada di foto—"
"Apa?! Banci itu?!"
***
Sial, sial, sial. Kenapa aku jadi terjebak di sini sih?
Taehyung menggerutu dalam hati. Begitu Sohyun keluar dari ruang kerja Nicholas, Taehyung—di saat yang sama—dipanggil oleh pria itu. Ia berdiri tegap. Dengan kedua tangan mengepal di balik punggung, persis posisi istirahat yang ia dapatkan saat wajib militer dulu. Nicholas mengelilinginya, meneliti setiap inci tubuhnya. Takut kalau-kalau ada yang salah. Soalnya Nicholas pikir, Taehyung berdandan perempuan karena ada bagian tubuhnya yang tidak betul.
"Ototmu bagus juga. Kau rutin berolahraga?"
"Yes, Daddy!"
Plak. Suara gulungan koran yang memukul keras kepala Taehyung terdengar nyaring. Benar, itu adalah ulah Nicholas. Pria tua itu lalu melepas kacamatanya. Mata keduanya bertatapan secara langsung.
"Kau panggil apa aku? Menjijikkan. Benahi cara bicaramu! Katanya laki-laki!"
"Y–yes, Sir!" Taehyung mengoreksi kembali jawabannya.
Nicholas geli dipanggil Daddy. Apalagi oleh seorang lelaki yang mengenakan pakaian perempuan. Seolah-olah Taehyung minta dipungut untuk dijadikan—semacam—"babygirl"-nya.
"Kau yakin laki-laki?"
"Saya laki-laki sejati, Sir!" jawab Taehyung lebih tegas, dengan suaranya yang berat. Sengaja diberat-beratkan lebih tepatnya.
"Biasa saja ngomongnya, lebay kau."
"Dimengerti, Sir!"
"Sekarang, lepas pakaianmu."
"Hah?"
"Lepas. Pakaianmu," ulang Nicholas.
"U–untuk apa dilepas?"
"Pertama, aku jijik melihatnya. Kedua, aku harus memeriksa sesuatu."
Taehyung merinding. Nicholas mengatakan kalimat itu sambil melihat ke bagian bawah perutnya. Apa Nicholas pikir Taehyung bukan cowok tulen? Setidak percayanya pria tua itu? Taehyung lama-lama bisa gila di sana.
Ayah dan anak sama saja.
Bukan hanya Vernon yang tidak waras, sekarang ayahnya juga? Buah jatuh memang tidak jauh dari pohonnya.
"Kau tidak dengar perintahku?"
"Tapi ...." Taehyung malu. Meskipun dia seorang penari striptis sekalipun, ia tak akan mau melucuti pakainnya di depan laki-laki.
Ya kali, aku kan masih normal!
"Tetap tidak mau melepasnya?" interupsi Nicholas sekali lagi mengacaukan mental Taehyung.
"Padahal, aku berniat merestui hubunganmu dengan putri kesayanganku kalau kau mau melakukannya. Kau mau menikahi Sohyun–ku kan?"
"Siap, Sir! Saya lucuti pakaian saya sekarang juga! Anda bisa memeriksa apapun yang Anda ingin periksa! Saya serahkan segalanya termasuk nyawa saya!" sahutnya tanpa pikir panjang.
Mendengar nama Sohyun disebut, Taehyung seolah mendapatkan keberaniannya. Kalau dengan jalan ini ia bisa lebih dekat dengan Sohyun, maka ia akan melakukan apapun. Termasuk bertelanjang bulat di depan ayah Vernon!
***
Sebentar. Kenapa aku malah di sini?
Beberapa saat lalu, Taehyung lolos dari pemeriksaan yang dilakukan oleh Nicholas. Pria itu bahkan memuji-muji kejantanan seorang Taehyung. Taehyung sangat sempurna untuk ukuran tubuh seorang pria. Nicholas juga yakin, stamina Taehyung sebagai seorang suami tak diragukan lagi.
Itu berita bagus. Taehyung lebih percaya diri mendapatkan Sohyun sekarang. Iya, harusnya begitu kan. Harusnya ia juga diizinkan tidur bersama Sohyun karena tidur bersama pasangan—meskipun belum menikah—itu hal yang lumrah terjadi. Terlebih di negara-negara seperti Eropa. Tetapi, kenapa Taehyung malah ada di sini? Sekamar dengan Vernon?!
What the fuck is this?! Umpatnya sekali lagi.
Ia senang terbebas dari pakaian perempuan—yang merendahkan martabatnya itu. Tetapi, ia juga menyesal harus mengenakan piyama milik Vernon! Piyaman kuning terang bergambar pokemon di bagian dada dan pantatnya.
"Apa ini! Kenapa aku harus memakainya? Kau kan orang kaya, masa cuma punya satu piyama?! Gambar pokemon pula!" keluh Taehyung.
Sesungguhnya, piyama itu Vernon dapatkan dari sahabatnya. Ia pernah kalah taruhan. Sebagai hukuman, Vernon harus mengenakan piyama itu selama satu minggu setiap kali pergi ke club.
"Dasar tukang protes! Masih baik aku meminjamimu pakaian. Kau mau telanjang?"
Taehyung menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Ia lelah sekali hari ini sampai-sampai tak ada tenaga untuk mendebat Vernon. Biarlah untuk hari ini saja ia menahan malu. Lagi pula, kata Sohyun, Hyanggi yang akan membawakan barang-barangnya—yang telah dikemaskan Seojun dari hotel—ke rumah keluarga Chwe besok.
"Sayang sekali, padahal aku lebih baik tidur bersama Taerin."
"Sumpal mulutmu itu, Bajingan! Kau terus-terusan memancing emosiku! Bikin kesal saja!"
"Hahaha. Bercanda." Vernon pun ikut bergabung, tidur di atas kasur.
"Ngomong-ngomong, kenapa aku harus tidur di sini? Memangnya tidak ada kamar lain di rumahmu yang sebesar ini?"
"Tuh, tuh. Lagi-lagi kau protes. Dasar tidak tahu terima kasih."
"Iya, iya. Maaf. Cuma bertanya. Kau juga pasti tidak mau sekamar denganku, kan. Kita ini tidak pernah bisa akur."
"Ya ... nggak ada pilihan lain. Kalau kau dikasih kamar sendiri, kau pasti diam-diam menyelinap ke kamar Sohyun. Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi."
Ya, itu ... ada benarnya sih.
"Kalau kau di sini, aku bisa terus mengawasimu."
Taehyung mencebik. "Memangnya, kau bakal cemburu denganku kalau aku mendekati Sohyun?"
Taehyung menanyakannya bukan tanpa alasan. Ia sangat penasaran, sebenarnya bagaimana perasaan Vernon terhadap Sohyun? Jika Vernon menyukai Sohyun, kenapa Vernon masih bermain-main dengan wanita lain? Bahkan ketika Sohyun sedang tidak di Paris.
"Dari dulu kami sahabatan. Selama ini, aku menganggapnya sebagai keluarga. Sebagai adikku sendiri. Tapi, tiba-tiba Daddy mau menikahkan kami."
"Ya?! Daddy mau menikahkan kalian?! Ah, maksudku Sir Nicholas."
Bisa gawat kalau kedengaran aku memanggilnya 'Daddy'.
"Daddy paling tau kalau aku tidak bisa menyakiti Sohyun. Kalau aku sangat menghargai perasaannya. Daddy pikir, kebiasaan burukku akan berhenti kalau kami menikah."
"Wah, sungguh pemikiran yang bijak. Kalau aku sih, sudah pasti akan berubah. Siapa yang tidak mau menikah dengan Sohyun? Dia cantik, dia seksi, dia—kugh!"
Tanggapan Taehyung terhenti saat Vernon menyentil tenggorokannya.
"Jadi kau menyukai Sohyun karena fisiknya?" tanya Vernon penuh intimidasi.
"Aku belum melanjutkan kalimatku, biarkan aku melanjutkannya! Kau ini!"
"Oke, teruskan."
Taehyung mengembuskan napas. Mencoba bersabar menghadapi Vernon yang suka main tangan secara tiba-tiba. Benar-benar persis ayahnya.
"Aku tertarik padanya, pada awalnya memang karena fisik. Tetapi, selama berbulan-bulan kami menghabiskan waktu bersama, aku merasa dia sangat hebat." Taehyung menggunakan kedua lengannya untuk menumpu kepala. Pandangannya menerawang ke atas.
"Ada satu momen yang membuatku terkagum-kagum, dan baru-baru ini aku sadari bahwa itu adalah bagian dari pesonanya. Kau tahu, Sohyun sangat ahli memotivasi orang lain. Bahkan terhadapku, yang amatir melakukan catwalk di atas panggung. Dia berhasil membuatku tampil percaya diri. Meskipun aku harus belajar lebih banyak lagi. Lalu ... dia orang yang sangat berkharisma. Dan ... tidak terduga." Taehyung tersenyum menunjukkan deretan gigi-giginya. Ia teringat ketika Sohyun membalas ciumannya di bawah pohon sakura, di Danau Kawaguchi saat itu.
"Kami terpisah selama sepuluh tahun. Lalu, dipertemukan kembali. Sepertinya Tuhan memberikan kesempatan atau bahkan karmanya padaku di saat bersamaan? Kau tahu, sebelum dia menghilang sepuluh tahun lalu, dia pernah berkata bahwa dia akan membuatku jatuh cinta dan bertekuk lutut padanya. Kurasa ... kutukannya itu sudah menjadi nyata," lanjut Taehyung sambil memegang dada kirinya yang berdebar-debar tak karuan.
"Jadi, kau serius soal ingin menikah dengannya?" tanya Vernon kembali.
"Entahlah. Aku mengucapkannya secara spontan. Tetapi, setelah kupikir-pikir, jika saja hal itu memungkinkan, aku benar-benar akan menjadikannya istri."
Vernon mengalihkan pandangannya. Sedari tadi ia mengamati wajah Taehyung saat berbicara dan mencurahkan isi hatinya tentang Sohyun. Sama sekali Vernon tidak melihat adanya kebohongan. Ya, tentu saja. Sebagai seorang playboy, ia tahu mana tatapan kebohongan dan mana tatapan tulus. Dan barusan, Taehyung berkata dengan tulus. Taehyung secara gamblang dan penuh perasaan mengungkapkan pujiannya pada seorang Sohyun hingga Vernon ikut meresapinya dalam hati.
"Kalau begitu berjuanglah," kata Vernon lirih.
"Apa?"
Aku nggak salah dengar kan? Dia menyemangatiku untuk berjuang?
"Kalau begitu tidurlah."
"Kau tidak berkata itu tadi! Jelas-jelas aku mendengarnya. Kau bilang 'berjuanglah'. Iya, kan? Kau serius mendukungku?" Taehyung membalikkan badannya menghadap ke Vernon. Vernon langsung memunggunginya.
"Apa sih? Halu!"
"Aduh, aduh. Calon kakak iparku ini. Ternyata orangnya malu-malu, ya," ucap Taehyung. Tangannya refleks memeluk Vernon dari belakang.
"Heh, lepaskan tanganmu! Eew! Menjijikkan! Kau jangan-jangan beneran tertarik padaku, ya? Pada pria? Kau mau menikah denganku?"
"Iya, iya. Aku mau menikah denganmu, Sayang. Jadilah suamiku, mumuuu." Taehyung semakin memeluk erat Vernon. Bibirnya condong ke depan, hendak mencium pria itu. Vernon pun terganggu, dan berusaha menghindari kegilaan Taehyung.
Sementara itu, keduanya tidak sadar. Bahwa, seorang pria dan wanita berdiri di ambang pintu. Menyaksikan tingkah Taehyung dan Vernon yang agak tidak wajar.
"Sohyun, biar Daddy carikan calon suami baru. Sepertinya, mereka berdua tidak ada yang waras."
"Lebih baik aku menikahi Daddy saja. Semua cowok di dunia ini tidak ada yang benar, Dad."
"Ah, iya. Cuma Daddy pria sempurna di dunia ini."
***
Keesokan harinya, barang-barang Taehyung tiba. Sesuai yang dikatakan Sohyun, Hyanggi membantu membawakannya. Popo, anjing kesayangan Sohyun juga berhasil diambil dari apartemen. Dan sementara, Sohyun ingin menitipkannya di rumah Nicholas.
Hyanggi bilang, situasi semakin tak terkendali. Di apartemen Sohyun saja ia hampir tertangkap basah oleh beberapa wartawan yang berjaga di lobi dan basement. Sementara itu, mereka belum menemukan solusi untuk meredakan rumor yang beredar.
Taehyung memperhatikan ekspresi wajah Sohyun yang murung. Wanita itu pasti sangat sedih tak dapat menghadiri Paris Fashion Week hari ini. Ia juga kehilangan kesempatan untuk naik jabatan. Sungguh kemalangan yang berlipat ganda. Dan itu semua karena Kim Taehyung.
"Ambillah," ucap Nicholas. Ia menyerahkan dua lembar tiket pada Sohyun.
"Apa ini, Dad?"
"Kalian pergilah ke London. Ke rumah Aunty-mu, Sohyun. Aku yakin, di sana lebih aman."
Sohyun menatap dua tiket tube yang digenggamnya. Nicholas sampai berbuat sejauh ini untuk dirinya dan Taehyung. Mendapatkan dua tiket tube hanya dalam waktu semalam, padahal normalnya mereka harus memesan minimal seminggu sebelumnya. Tentu saja Sohyun bersyukur, pria itu tak memarahinya lebih parah. Justru membantunya keluar dari situasi sulit.
"Dad, aku tidak tahu lagi bagaimana harus berterima kasih padamu."
"Sohyun, kau juga putriku. Daddy percaya padamu, pada kalian. Kalian bisa segera mencari solusi dari masalah ini."
"Thank you, Dad." Sohyun memeluk Nicholas.
Dengan barang-barang yang sudah siap dibawa pergi, Sohyun dan Taehyung pun berpamitan. Taehyung—sebagai orang asing di antara mereka—juga tidak mengira akan diterima dengan terbuka. Ia pun mendapat pelukan dari Nicholas, bahkan Vernon. Ada apa ini? Ayah dan anak sama-sama kompak menerima dan mendukungku.
"Tunggu," cegah Nicholas. "Jaga Sohyun–ku baik-baik. Kalau tidak, akan kupotong benda itu," ancam Nicholas.
"Y–Yes, Sir!" seru Taehyung mencuri perhatian Sohyun yang tengah berpamitan dengan Hyanggi.
"Eonnie, hati-hati di jalan. Kalau kau perlu bantuan, aku siap kapan pun."
"Terima kasih, Hyanggi. Kau memang asisten dan sahabat terbaikku. Aku pergi dulu, ya."
Taehyung dan Sohyun pun masuk ke sebuah mobil yang sudah disiapkan Nicholas untuk mengantar mereka ke staisun. Di dalam mobil, Sohyun pun tampak banyak pikiran. Taehyung tidak berani mengganggunya. Hingga, ponselnya berdering.
Siapa? Aku yakin sekali tidak pernah menyebarkan nomor pribadiku pada wartawan atau orang yang bekerja di media pemberitaan lain.
Nomor tak dikenal. Taehyung takut untuk mengangkatnya. Tetapi, siapa tahu itu manajernya yang ingin memberinya kabar terbaru dari agensi menggunakan nomor baru.
"Halo?"
"Gimana, Oppa? Kau suka dengan kejutanku? Apa kau butuh bantuanku sekarang? Aku bisa membantumu lalu kita pergi liburan berdua, seperti yang kau janjikan sebelumnya."
Sialan. Sudah kuduga, seseorang memata-mataiku sejak awal dan sengaja menyebar skandal tentangku ke media. Dan sesuai dugaanku, cewek itu.
***
Tbc
Ngomong apa ya?
Kalian aja deh. Komen sebanyak-banyaknya ya :v
Oiya, kenapa Sohyun disebut "wanita simpanan", aku jelasin di bab selanjutnya. Pokoknya ini udah mendekati klimaks kok. Bentar lagi tamat yess
Tunggu next update💞
Gud nait~🥱
Btw, aku hobi banget update jam segini heheh. Mohon maaf ya, gais. Aku baru ngetik bab ini tadi. Niatnya up besok, tapi nanggung banget. Sekalian aja deh.
Buat kalian :)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro