Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 30

Sohyun merasakan tekanan yang sama seperti yang ia alami dulu ketika bunga sakura berguguran dan jatuh menyentuh puncak kepalanya. Seperti ketika desiran aneh menyelimuti perasaan, membutakannya untuk sesaat dari rasa terganggu dan dendam dari masa lalu. Sosok pria di depannya, menjelma menjadi seorang Apollo. Memikatnya dalam gelombang penuh muslihat yang memang Sohyun sadari sejak awal. Menjebaknya dalam kata cinta yang ia sendiri tidak tahu apakah ia mengalaminya.

Taehyung mempesona. Kedua bola matanya berbinar di bawah kristal chandelier yang keemasan. Bibirnya merekah meskipun Sohyun tahu, itu bagian dari perawatan. Tetapi, tanpanya pun Sohyun percaya, ketampanan Taehyung tidaklah nyata. Sohyun kesulitan bernapas hanya dengan mengamatinya saja.

Kim Taehyung tak membiarkan jantung Sohyun tenang. Jemarinya yang panjang dan lentik, menyentuh helai-helai rambut kehitaman milik wanita itu. Menghirupnya dalam seraya melontarkan kalimat-kalimat yang sebelumnya Sohyun anggap terlalu receh. Entah bagaimana, butir kata demi kata yang Taehyung keluarkan semakin terdengar berkelas. Sohyun puas bahkan hampir bersemu dibuatnya.

"Di sini cuma ada kita berdua. Kau tahu, apa yang akan terjadi jika seorang pria dan wanita berduaan di satu ruang."

"Apa yang kau inginkan?"

"Kalau aku bilang, mungkinkah kau akan mengabulkannya?"

Sohyun tahu, ia salah sudah memancing pria itu. Dengan berperan sebagai jin yang dapat mewujudkan segala keinginan, justru akan mengundang keagresifan dan keliaran seorang Kim Taehyung. Seperti saat ini, dimana perlahan tetapi pasti, Taehyung mulai mengidamkan bibir lembut milik Sohyun dengan terus menatap dan memainkan jari di atasnya.

Cukup lama termenung, hingga akhirnya Taehyung nyaris menempelkan labiumnya pada milik Sohyun. Sohyun terkejut dan tanpa sadar menyenggol cangkir tehnya yang ada di atas meja. Suara pecahan kaca langsung memecah suasana. Sohyun buru-buru bangkit dari posisi berbaringnya. Oh, setidaknya ia jadi punya alasan untuk menghindari buaya itu.

"Ehm, aku akan membereskannya," paniknya selagi mempersiapkan tubuh untuk berdiri.

Taehyung terlihat kecewa. Ia menghela napas panjang. Ditatapnya Sohyun yang sedang memunguti beling. Taehyung berjingkat tak kala mendengar rintihan suara Sohyun yang kesakitan akibat jari tangannya tergores pecahan kaca. Darah merah pun mengucur, membuat Taehyung dilanda panik.

"Astaga! Hati-hati dong!"

Taehyung menuntun Sohyun berdiri, pergi menjauhi kekacauan. Ia mendudukkan Sohyun di sisi lain sofa.

"Ah, sial—"

Belum sampai umpatan Sohyun terlontar, pergerakan Taehyung yang tiba-tiba membuat Sohyun bertambah gugup. Taehyung memasukkan jari Sohyun yang berdarah ke dalam mulut, menghisapnya hingga bekas cairan merah itu tak tersisa.

"Sudah baikan?" tanya Taehyung. Alih-alih menjawab, Sohyun malah terdiam membeku.

Menyadari bahwa kesempatan muncul kembali, Taehyung menyunggingkan senyum. Ia duduk menempel di sebelah Sohyun, mengangkat jari telunjuk wanita itu—yang tadi terluka—lalu memasukkannya lagi ke dalam mulut. Rasa asin darah berbaur dengan manis gairah. Sorot tajam mata Taehyung yang meneliti wajah Sohyun, seketika membuat wanita itu terlena. Sohyun mengerang. Sebuah desahan lolos dari bibirnya, membuat Taehyung semakin semangat menggodanya.

Sohyun pun mulai kesulitan mengatur napas. Taehyung telah membebaskan jarinya namun aktivitasnya langsung diganti dengan mendorong kedua bahu Sohyun sehingga Sohyun terlentang di atas sofa. Taehyung merangkak naik ke atas tubuhnya.

Samar-samar tercium aroma musk yang menguar dari setiap inci tubuh Taehyung. Semakin ia mendekat, aroma tersebut semakin kuat menyeruak masuk ke indera penciuman Sohyun. Aroma yang manis dan lembut, menambah image Taehyung menjadi lebih maskulin.

Suhu AC menunjukkan 19°C, cukup dingin untuk membuat Sohyun menggigil tetapi ... pemandangan di hadapannya justru menimbulkan hawa panas yang tak dapat dijelaskan secara nalar. Kim Taehyung melepas hoodie dan menarik kaosnya ke atas. Menyisakan cetakan otot-otot kekar yang biasanya hanya ia tampilkan di sampul depan majalah.

Tidak, Sohyun! Sadarlah! Pria ini mencoba menguasaimu!

Sohyun menampar kedua pipinya keras demi terjaga akal sehatnya. Kalau pengawasannya lemah, kejadian malam itu—saat ia terkunci di club Namjoon—bisa berlanjut ke season 2. Jika beruntung, Tuhan mungkin mendatangkan tamu bulanannya lagi. Tetapi sayangnya, periode menstruasi Sohyun sudah selesai sekitar satu minggu yang lalu.

Bahaya. Sinyal S.O.S dalam diri Sohyun menyala. Kalau tak segera dicegah, maka baik Taehyung maupun dirinya, keduanya sama-sama tak bisa dikendalikan. Ketika Taehyung mulai melirik kancing-kancing crop top milik Sohyun, segera wanita itu menangkap tangan Kim Taehyung dan menggelengkan kepalanya.

"No...." Dipikirnya Taehyung bakal berhenti dan menuruti perintahnya, tetapi tidak! Pria itu sudah gila!

"Satu ... dua ... tiga ...." Taehyung menghitung sesuatu yang Sohyun tidak mengerti. "Ada tiga kancing di bajumu. Sepertinya kalau kutarik langsung, mereka akan terlepas sekaligus."

Dasar setan!

"Sohyun, kau pilih aku yang menarik pakaianmu, atau kau melepas sendiri kancing-kancing menyusahkan itu satu per satu di depanku?" bisik Taehyung.

Kim Taehyung sudah cukup menguji kesabaran Sohyun. Sohyun tidak suka direndahkan, ia tak mau mengalah. Jika pria itu terus-menerus menggodanya, maka ia harus membalas balik dengan kemenangan. Ia harus mendominasi.

Segera Sohyun mendorong dada pria itu kuat sehingga ia terbebas dari kungkungan. Sohyun berdiri tegap di hadapan Taehyung yang punggungnya membentur sandaran sofa. Taehyung mengernyit ketika salah satu kaki Sohyun dinaikkan, menumpu di atas sofa tepat di sebelah telapak tangan Taehyung berada. Wanita itu pun mencondongkan badannya, menumpukan sebelah tangan di atas lutut seraya menatap nyalang Kim Taehyung.

"Jangan pikir kau bisa menguasaiku, Taehyung. Kau lupa ya, aku bukan Sohyun sepuluh tahun lalu dan aku tidak akan menyerah pada buaya sepertimu."

Sohyun menepuk-nepuk pipi Taehyung, meledek pria itu. "Tubuhmu memang seksi, tapi ... itu tak cukup membuatku tergoda," ujarnya. "Kau mau ini?" Sohyun menunjuk ke kancing teratas crop top-nya.

"Oops, aku menjatuhkan kancingnya!" serunya dengan ekspresi yang dilebih-lebihkan. Tepatnya, ekspresi centil yang ia pelajari dari Chloe.

Sohyun pun membungkuk mengambil satu kancingnya yang terlepas. Taehyung tak luput menyaksikan akting Kim Sohyun. Sekujur tubuhnya terasa panas. Bagaimana kau bisa seseksi itu? batinnya yang tak kuasa menahan hasrat. Taehyung menelan ludah menyaksikan postur tubuh Sohyun yang cukup berisi. Terutama di bagian dada dan juga paha. Ditambah lagi, rambut panjang Sohyun terurai panjang, menjuntai ke bawah menyapu kulit wajahnya. Harum bunga mawar langsung semerbak tercium olehnya.

"Tuan Kim, aku akan melepas pakaianku ...," bisik Sohyun menempel tepat ke telinga Taehyung. "Tapi ya di kamar mandi," lanjutnya dengan senyum yang dipaksakan.

Kim Sohyun berjalan melangkah memasuki kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. Namun sebelum benar-benar masuk ke dalam, ia tak lupa mengerjai Taehyung sekali lagi.

"Oh, kalau kau mencari tisu, jangan pakai yang di dapur. Aku punya yang masih baru di laci yang ada di samping kirimu." Sohyun pun menyeringai.

"Ah, sial. Dia tahu kalau aku terangsang," gumam Taehyung sambil mengepalkan tangan.

Tidak, ia tidak kesal. Taehyung berpikir sebaliknya, Sohyun seperti yang sekarang ini sangatlah menggoda. Mungkin memang harus memancingnya duluan supaya Sohyun menampakkan sisi dirinya yang liar. Taehyung tentu merasa sangat puas.

"Benar-benar wanita yang menarik heheh," kekehnya.

***


"Sudah sele—" Taehyung tak melanjutkan kalimatnya. Ia tercengang menperhatikan Sohyun yang baru saja keluar dari kamar mandi dalam kondisi rambut terurai basah.

Apa-apaan dengan bathrobe sepaha itu?

Ia juga tak sanggup menyaksikan Sohyun dalam balutan kain pendek tersebut. Rasanya, Taehyung ingin menerkam Sohyun saat ini juga.

"Kau tidak pulang?"

Pertanyaan Sohyun segera mengembalikan kesadaran Taehyung. Pria itu pun kembali pada akal sehatnya. Ia berdeham sebelum menjawab.

"Sudah terlalu ... malam?" alasannya yang membuat Sohyun menyeringai.

"Kau pikir aku tidak tahu motifmu? Pulang sana. Aku tidak menerima tamu—"

"Kau tidak menerima tamu di atas jam sepuluh. Begitu? Itu aturan di apartemen kita yang ada di Seoul."

"Baiklah, bagaimana kalau manajermu menyadari bahwa kau tidak di hotel?"

"Gampang. Aku tinggal menginap saja di sini, justru kalau aku pulang sekarang, aku akan berpapasan dengan Seojun Hyung di depan kamar hotel. Jam segini, dia pasti sedang berpatroli."

Hah, bisa banget bohongnya.

Sohyun masih tidak termakan oleh umpan Taehyung. Wanita itu sedang mencari cara untuk mengusirnya.

"Ayolah, biarkan aku tidur di sini. Ya??"

Lagian, dia ngapain ke sini sih? Tujuannya saja nggak jelas. Sekarang mau menumpang tidur.

Sohyun agaknya masih tidak mengerti alasan Taehyung mendatangi apartemennya. Sampai repot-repot mencari informasi pada karyawan El-Roux. Jawabannya sederhana, Taehyung ingin berduaan dengan wanita itu. Dan lebih tepatnya, ingin mencuri kesempatan.

"Baiklah, kau pakai kamar yang ada di seberang."

Apa? Kamar seberang? Kenapa tidak di kamarmu saja? Keluh Taehyung dalam hati.

"Kenapa bengong?"

"Ti–tidak. Maksudku, oke. Aku tidur di kamar seberang."

Ah, sial.

"Dan ya, kau sebaiknya mandi dulu sebelum tidur. Aku tidak mau kasurnya sampai bau keringat."

"Mandi di sini?" sahut Taehyung bersemangat.

"Di kamar mandi seberang," jawab Sohyun kalem dengan wajah tersenyum menyebalkan.

"Yah...."

"Kenapa? Tidak mau? Kalau tidak mau tinggal angkat kaki saja dari sini."

"Eh!! Siapa bilang? Mau-mau saja, kok. Ya sudah, aku pergi ke kamarku. Selamat beristirahat, Miss!!" teriak Taehyung lantang seraya melejit keluar dari kamar Sohyun.

Begitu keluar, wajah Taehyung tertekuk. Ia sih sudah berhasil cari alasan buat menginap di apartemen Sohyun, tetapi gagal rebahan di atas kasur yang sama.

"Kurang menggoda apa sih aku? Kayaknya wanita itu yang buta deh," gerutunya.

Taehyung dapat melihat pintu kamar lain yang tegak berdiri di hadapannya. Kenapa ini baru terpikirkan? Taehyung pun tenggelam dalam pertanyaan, "Sebentar, kok apartemen Sohyun punya dua kamar? Kamar siapa ini?"

***

Ding dong ... ding dong ....

Suara bel apartemen mengawali pagi Sohyun yang cukup melelahkan. Wanita itu menggeliat di dalam selimutnya. Semalam, ranjangnya terasa hangat. Tidurnya pun sangat nyenyak. Sepertinya baru beberapa waktu lalu ia mengalami hal yang sama, yaitu ketika ia tidur di kamar VIP milik club Namjoon. Dan ... ia tidur seranjang dengan Kim Taehyung!

"Fuck you!! Apa yang kau lakukan di kamarku?!" Sohyun menjerit ketika menyadari eksistensi pria tak tahu diri itu di atas kasur kesayangannya.

"Ugh, jangan teriak," gumam Taehyung selagi menutup kedua telinganya.

"Kau ini!" Sohyun menimpuk Taehyung menggunakan bantalnya, pria itu pun seketika terduduk dan mencoba menahan serangan Sohyun yang bertubi-tubi.

"Stop!! Aduh!"

"Siapa yang mengizinkanmu masuk?! Berani sekali kau!"

"Iya, ma–maaf! Maaf, stop!!"

Sohyun terengah-engah. Ia dikuasai amarah. Rasanya ingin sekali ia melempar Taehyung keluar jendela biar terjun bebas dan meninggal setelah dijatuhkan dari lantai 30.

"Stop, okay? Aku bisa kasih penjelasan!"

"Kurang ajar! Inilah kenapa aku melarangmu menginap di tempatku! Kau itu banyak modus!"

"Iya, tapi berhenti memukuliku—"

Ding ... dong .... Bel pintu berbunyi sekali lagi. Memaksa Sohyun menghentikan aktivitasnya dan bergegas mengecek siapa yang datang.

"Crap! Ada Vernon di luar sana!" seru Sohyun setelah kembali dari arah pintu ke kamarnya.

"Apa?! Ngapain dia pagi-pagi bertamu ke apartemenmu?!"

"Itu nggak penting sekarang! Sebaiknya kau sembunyi, atau kau tidak akan keluar dengan selamat dari sini!"

"Sembunyi? Tu–tunggu! Kenapa aku harus sembuny—"

"Tidak ada waktu untuk menjelaskan. Sebaiknya cepat ngumpet dulu!"

Sohyun mendorong tubuh Taehyung masuk ke dalam almari. Sementara, Sohyun pergi membukakan pintu dan menyambut kedatangan Vernon.

"Oh, hi, Vernon!"  sapanya canggung.

"Kok lama? Baru bangun, ya?"

"Ah, i–iya. Aku sangat lelah semalam jadi tidurku lama."

"Daddy memintaku mengantarkanmu makanan. Ayo, sarapan bersama."

Sohyun memperhatikan dua kantung plastik yang ditenteng oleh Vernon. Tercium aroma lezat dari dalam sana.

"Soupe a l’oignon?"

"Ya, kau kan sudah lama tidak menikmati makanan Prancis. Daddy sengaja meminta Renée membuatkannya. Kau pasti suka. Renée juga memasakkan croque kalau-kalau kau masih lapar."

Renée adalah nama pelayan yang bekerja di keluarga Chwe.

"Ya ampun, kalian tidak perlu repot-repot. Kalau begitu, masuklah. Aku akan menyiapkan meja makannya."

"Oh? Ini sepatu siapa?"

Sohyun menghentikan langkahnya dan menegang seketika. Ia lupa menyembunyikan sepatu Taehyung!

"Apa ada orang lain di sini?" curiga Vernon.

"Oh, ituuu ... itu, itu sepatuku kok."

"Tapi ini model laki-laki. Ditambah lagi, ukurannya bukan ukuran kakimu."

Mampus aku.

"Iya ... jadi aku baru membelinya kemarin. Kupikir kakiku sudah bertambah besar jadi aku beli yang ukurannya lebih besar. Ternyata tetap kebesaran," alibinya.

"Sepatu laki-laki?" Sekali lagi Vernon menegakkan keraguan dalam benaknya.

"Iya. Sepatu laki-laki memang lagi trend dipakai sama cewek. Ini trend baru," yakin Sohyun.

Vernon tampak terdiam. Ia sebenarnya masih tidak percaya, tetapi sudahlah. Ia tidak ingin tenggelam dalam pemikiran-pemikiran negatif. Ia hanya ingin menikmati makan paginya bersama Sohyun berhubung mereka sudah lama tidak bercengkerama.

Di meja makan, situasi mulai stabil terkendali. Sohyun menata makanan yang dibawa Vernon ke atas wadah. Perutnya keroncongan karena sejak semalam ia hanya minum-minum.

"Apa semalam aku berbicara aneh?" Mendadak Vernon membahas kejadian tadi malam.

"Tidak. Seperti biasa, kau melantur tidak jelas merendahkan dirimu. Sampai-sampai aku berpikir, kenapa sih kau melakukan itu?"

"Maaf. Lagi pula memang benar kenyataannya kan? Aku ini pria yang buruk. Mana mungkin ada wanita yang ingin dinikahi oleh pria playboy sepertiku? Yang ada mereka kabur sebelum hari pernikahan."

"Ngomong-ngomong soal pernikahan ...." Sohyun ragu melanjutkan kalimatnya.

"Tenang saja, aku juga tidak akan memaksamu. Kita pikirkan solusinya sama-sama setelah Fashion Week-mu berjalan lancar, seperti yang kau bilang."

"Baguslah kau ingat kata-kataku. Kupikir kesadaranmu tinggal 1% saat itu."

Mereka pun melanjutkan obrolan dengan lebih santai. Tanpa sadar, Kim Taehyung keluar dari persembunyian. Mengintip keduanya dari pintu kamar yang sedikit terbuka dan menguping semua pembicaraan mereka.

"Jadi dia playboy juga?! Jangan-jangan, dia itu teman pria yang Sohyun sebut brengsek?"

Taehyung teringat, Sohyun pernah menceritakan salah satu sosok teman prianya yang tinggal di Paris.

"Dan apa yang mereka bicarakan tadi? Pernikahan? Siapa yang akan menikah?"

***

Sohyun dan kru-nya baru saja selesai meninjau Grand Palais, lokasi Paris Fashion Week yang akan dipakai dua hari lagi. Karena Vernon memiliki waktu luang, sebagai sponsor ia juga mengikuti kegiatan yang dijadwalkan oleh Sohyun. Kini mereka bersiap untuk kembali ke kantor. Tentunya setelah makan siang di salah satu restoran terkenal yang ada di Distrik 8.

Vernon membukakan pintu mobilnya, mempersilakan Sohyun masuk. Namun, Taehyung menyerobot tempat duduk Sohyun. Mendahului wanita itu masuk ke dalam mobil. Vernon geram dibuatnya.

"Hei, kenapa kau duduk di depan? Ah, tidak. Tapi, kenapa kau masuk ke mobilku? Naik saja ke mobil lain bersama manajermu!"

"Loh, aku cuma duduk di mobil yang masih kosong saja, kok. Yang lain sudah penuh tuh," jawab Taehyung asal.

Sohyun geleng-geleng kepala. Ia tidak mau mendengar keributan, oleh karena itu Sohyun mengalah dan memilih duduk di belakang.

Diam-diam Vernon melirik Sohyun dari kaca spion. Lalu, memelototi pria bermuka tebal di sebelah kananya. Suara mesin pun berderung. Vernon siap mengantar Sohyun ke kantornya.

"Cih," gumam Taehyung. Vernon yang merasa tersinggung langsung menatap pria itu.

Seketika, Vernon terbelalak mengetahui Taehyung sudah mengotak-atik isi dashboard-nya. Apalagi, Taehyung menyentuh salah satu benda berharganya—kondom.

"Lancang sekali kau!"

Mobil direm secara tiba-tiba. Disusul pergerakan tangan Vernon yang mencegah Taehyung mengobrak-abrik barangnya.

"Kau rajin juga ya berolahraga malam. Ck .. ck ... ck. Katakan, sudah berapa wanita yang kau tiduri?"

"Bukan urusanmu. Yang jelas, lebih banyak dari yang kau duga."

"Oho, sombong sekali. Aku suka pria sombong sepertimu. Tapi ... apakah kau pernah mengencani wanita tiga kali dalam sehari?" balas Taehyung. "Aku bahkan pernah sampai lima kali loh."

Apa cowok ini sekarang ingin adu kebrengsekan denganku?

"Ya, mungkin aku belum pernah sampai lima kali. Tapi, kudengar seleramu orang Asia, ya? Bukankah kau terlalu rasis? Hei, Bro, cari wanita itu jangan pilih-pilih. Semakin banyak dan beragam yang kau kencani, justru semakin bagus. Kau bisa merasakan pengalaman yang berbeda."

Sialan. Dia tidak mau mengalah!

"Aku tidak rasis. Preferensi orang kan berbeda-beda. Meskipun aku hanya bersedia menyentuh satu ras, itu berarti aku sangat cocok dengan mereka dan mereka memberikan kesan yang sangat memuaskan bagiku. Apaan kau? Mengencani beragam wanita? Sepertinya kau tak punya pendirian. Hah!"

Vernon mengerutkan dahinya. Ia baru saja akan membalas kalimat Taehyung namun Sohyun yang duduk di belakang mengomel duluan.

"Kalian mau adu prestasi sekarang?! Lupa ada orang lain di dalam? Kalau kalian mau membicarakan betapa brengseknya kalian, sebaiknya lain kali saja! Atau aku akan mengusir kalian dari mobil dan menyetir ke kantor sendirian!"

"Maaf...," ucap kedua pria itu bersamaan.

Kalau begini saja ... kompak. Benar-benar deh. Aku selalu bertanya-tanya, gimana kalau mereka—cowok yang sama-sama playboy—bertemu. Ternyata begini kejadiannya. Aku tidak menduga kalau mereka akan menyombongkan "their fucking talent". Damn, telingaku yang berharga!

"Sopir, jalankan mobilnya sekarang. Kau mau membuat Tuan Puteri menunggu?" perintah Taehyung dengan gaya bicara yang menggelikan.

"Sopir kau bilang?!" Vernon yang murka, menarik bagian tengah sabuk pengaman Taehyung sehingga terdengar suara seperti cambukan.

"Aw!! Kau gila?! Kulit dadaku yang menggoda bisa rusak gara-gara kau!"

"Siapa peduli? Rusak ya rusak saja—"

Plak. Taehyung menampar mulut Vernon menggunakan brosur tidak terpakai yang ada di mobil.

"Fuc—"

"Cepetan jalan!! Atau aku yang keluar nih!" ancam Sohyun yang mulai habis kesabaran.

"Baik, oke!! Jangan turun dari mobil, kita akan segera meluncur ke kantormu, ya...." bujuk Vernon.

Taehyung tergelitik dibuatnya. Ia merasa puas menyaksikan Vernon dimarah-marahi oleh Sohyun. Untuk selanjutnya, jika pria itu berani menyentuh atau mendekati wanitanya lagi, Taehyung tidak akan tinggal diam.

Lihat saja. Sohyun hanya milikku seorang. Tidak boleh ada pria lain yang berani meliriknya.

***

Tbc

Aku berniat nggak update hari ini. Tapi aku udah bernazar (wkwk) kalau di jam sekian ada vote atau comment yang masuk di cerita "Decade", aku bakalan up.

Eh, ternyata beneran ada yang komen sama vote😂😂 Jadilah hari ini ke-upload bab baru

Oke, selamat malam semua :)

Semoga mimpi indah😘

Tunggu kelanjutannya, ya~

Spoiler dikit: Bentar lagi konflik besarnya akan muncul. Jadi siap-siap.

Oh iya, mulai sekarang, kita panggil Bitna jadi Bitchna yaa sksksk biar lebih yahutt





Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro