Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 25

Sohyun ambruk di atas kasurnya yang empuk. Meraup udara begitu rakus tak kala suara debaran jantungnya kian menggema. Cukup. Ini pasti karena ia terlalu kaget pada tindakan Taehyung yang tiba-tiba mencumbunya. Benar, kan? Tak tahu pada siapa wanita itu harus bertanya, otaknya dipenuhi oleh Taehyung. Padahal, ia ke sana untuk mendapatkan pencerahan, bukannya kejutan!

Sohyun tidak mau pusing-pusing memikirkannya. Lagi pula, ia menghirup aroma alkohol dari mulut Taehyung. Sudah pasti pria itu mabuk, makanya lepas kendali. Kali ini, Sohyun berinisiatif memaafkannya. Tetapi jika lain kali pria itu menciumnya tanpa aba-aba atau tanpa seizinnya, Sohyun tak akan tinggal diam!

"Aneh, padahal sudah berlalu. Tapi, bibirnya masih dapat kurasakan."

Sohyun mengusap-usap permukaan bibirnya beberapa kali. Bekas ciuman Taehyung seakan-akan permanen. Tadi itu, kalau saja Sohyun tidak buru-buru kabur dan menghindar, apa yang akan terjadi?

"Tidak, tidak, tidak! Apa sih yang aku bayangkan! Gara-gara bergaul dengannya, pikiranku jadi ikutan kotor! Huh, Kim Taehyung sialan!"

Kim Sohyun tidak tahu saja, bahwa ciuman yang dilancarkan Taehyung tadi atas dasar kesadaran. Pria itu kini termenung sambil menenggak kaleng bir yang tersisa di apartemennya. Gila. Kepalanya diselimuti oleh kata-kata itu. Setelah ribuan kali mencoba merasionalkan, ia merasa tidak ada jawaban lain selain suka.

Aku suka padanya? Masa sih?

"Nggak mungkin!" denialnya sekali lagi. "Ya, pasti karena itu! Udah lama aku nggak main cewek, makanya aku jadi gila! Haha, bahkan bibir wanita yang biasa saja itu sampai-sampai kelihatan indah di mataku. Gila!"

Benar. Taehyung menghindari wanita sejak kepulangannya dari Jepang. Pernyataan bahwa ia mulai melibatkan Sohyun dalam setiap pengambilan keputusan itu tidak sepenuhnya salah. Akhir-akhir ini, pria itu jadi penurut. Sohyun melarangnya untuk berhubungan dengan banyak wanita juga ia patuhi. Tetapi inilah dampaknya. Karena terbiasa mencium para wanitanya, Taehyung malah melampiaskan hasratnya pada Sohyun. Itu menjadi dugaan yang kuat atas apa yang ia perbuat pada Sohyun beberapa saat lalu.

Sekarang Taehyung bingung, harus bersikap seperti apa besok ketika mereka berpapasan. Pura-pura tidak tahu? Jangan-jangan malah canggung.

Nggak tahu lah! Pokoknya, lupakan dulu kejadian hari ini. Mau besok seperti apa, hadapi saja seadanya!

***

"Kau nggak mau turun?" tegur Seojun. Mobil mereka sudah sampai di depan gedung El-Roux, tetapi Taehyung malah bergeming.

Lebih tepatnya, mata pria itu tertuju pada mobil lain yang terparkir di seberang. Berkat kaca jendela yang terbuka, Taehyung jadi tahu siapa pria yang ada di mobil tersebut.

Cih, pendekatan. Gesit juga dia.

"Hyung, sepertinya rekan kerja kita hari ini bakal 'sibuk'. Sebaiknya, kita ke kantor agensi saja."

"Apa? Miss Elena ada rapat penting?"

Taehyung mengulas senyum. "Mungkin. Malah kayaknya lebih penting itu daripada urusan kerjaan dengan kita."

"Oh, begitu. Ya sudahlah, mau bagaimana lagi. Kita ke gedung agensi sekarang."

Seojun memutar balik arah tanpa mempertanyakan kembali kalimat Taehyung. Berhubung Sohyun dan Taehyung cukup dekat dan akrab, Seojun mempercayai jika Taehyung mengatakan bahwa wanita itu sedang ada urusan penting lainnya.

Di kantor agensi, Taehyung tetap tidak tenang. Walaupun tampaknya Taehyung peduli dan mendukung hubungan asmara Sohyun dengan si pria gym, hati lelaki itu tidak bisa bohong. Ia memegang ponselnya begitu gelisah. Berharap wanita itu meneleponnya dan menunggu kedatangannya di studio. Namun, setelah nyaris satu jam menunggu panggilan, tak satu pun ada yang masuk. Bahkan, pesan teks juga tak ada. Taehyung menggeram dan hampir melempar ponsel ke lantai kalau saja Namjoon tidak menghubunginya.

Tumben, ada apa Namjoon Hyung meneleponku?

"Taehyung-ah! Ck, lama sekali kau angkat teleponku!"

"Maaf, Hyung. Suasana hatiku sedang tidak bagus. Ada apa?"

"Ada apa, ada apa! Kau kan semalam yang menghubungiku duluan! Katanya kau cari cewek, ini aku udah dapat, sesuai permintaanmu dan sesuai kriteriamu."

Gegabah, semalam saking merasa gilanya Taehyung sampai menelepon Namjoon. Pria itu selain menjadi sahabatnya, juga seseorang yang berperan besar dalam mencarikannya wanita. Ibaratnya, pria itu adalah perantara di mana Taehyung bebas mencari pelampiasan hasratnya.

Namun, dibandingkan merasa lega, Taehyung malah meragukan kembali tindakannya. Apakah ini benar? Bagaimana kalau Sohyun tahu dan memarahinya? Tunggu. Mereka kan tidak punya hubungan apa-apa, kenapa Taehyung malah merasa seperti sedang selingkuh dari kekasihnya dan takut ketahuan?

Tuh, kan! Aku beneran jadi gila!

"Hoi! Apa kau masih hidup?"

"Iya, iya! Aku mengerti! Bilang padanya, aku akan menemuinya nanti malam pukul sembilan! Suruh dia menunggu di tempat biasa."

Tempat biasa, seakan menjadi kode tersendiri antara Taehyung dan Namjoon. Tempat biasa yang dimaksud adalah salah satu kamar yang sengaja Namjoon siapkan untuk tamu-tamu VIP di club-nya. Mereka yang ingin bermalam atau sekadar make out bersama pasangannya dapat menyewa kamar itu kapan saja. Setidaknya, ada lima kamar VIP yang Namjoon miliki. Dan favorit Taehyung adalah satu kamar yang letaknya paling ujung, sekaligus paling luas.

"Oke, siap. Jangan lupa, berikan aku uang tip!"

"Baiklah, dasar! Perhitungan banget sama teman."

Untuk menemui wanita pesanannya, tentu Taehyung harus pergi diam-diam. Kalau ketahuan Seojun, boro-boro berduaan, yang ada ia malah dikurung dan diawasi selama 24 jam penuh di apartemennya. Huh, pria itu mengerikan.

Berkat bantuan Jeonghan, Kim Taehyung berhasil lolos dan meninggalkan kantor agensinya tanpa dipergoki. Kalau meminta tolong pada Taeyong rasanya mustahil. Pria itu masih dalam suasana berkabung gara-gara nasib cintanya yang di ujung tanduk. Hanya Jeonghan lah yang dapat ia mintai pertolongan. Lagian, pria berambut pirang itu sepertinya juga sedang mencari kesenangan.

"Untung kau datang! Thanks, bro! You're my savior!"

Jeonghan mengedipkan sebelah matanya. "Mantap! Sebagai gantinya, hari ini kau bayari minumanku sampai aku puas!"

"Gampang! Sekarang, ayo kita ke markas!"

Tak butuh waktu lama untuk tiba di club. Hari masih sore, tersisa waktu sekitar dua jam sebelum pertemuan Taehyung dengan wanita itu. Ia duduk-duduk santai, mengamati Jeonghan yang tampak bersenang-senang. Meminum alkohol sambil mengajak ngobrol seorang wanita berpakaian seksi yang menghampirinya.

Taehyung sendiri tetap dalam suasana hati yang sama. Ia menggenggam ponselnya erat, terus melihati layarnya yang enggan menyala. Sial, ternyata baterainya habis! Pria itu pun cuma dapat mendesah dan membuang napas bosan.

Ck, kenapa tadi aku tidak masuk ke studio saja? Siapa tahu kan, ternyata yang di mobil itu bukan si pria gym?

Menyesal. Taehyung terlalu dini mengambil kesimpulan. Kalau ternyata memang dia salah lihat, berarti hari ini dia membolos latihan! Dan parahnya, Sohyun pasti marah besar jika mengetahui hal ini.

Aish, sialan! Harusnya aku pastikan dulu ke Sohyun! Pakai sok-sokan merestui hubungan mereka lagi!

"Oi, lagi mikirin apa? Lihat tuh, sahabatmu. Dia kelihatan happy di sana sama cewek-cewek. Kau di sini malah diam seperti orang kena gangguan jiwa."

"Hyung, apa nggak bisa dipercepat?"

"Heh, apa maksudmu, Kim Taehyung! Kau yang minta pukul sembilan, sekarang seenak jidatnya mau ganti waktu ketemuan!"

"Habisnya aku bosan. Dan ya, kalau kelamaan bengong, pikiranku jadi makin kacau!"

Taehyung membenarkan posisi duduknya. Mendadak ia meraih tangan Namjoon dan memasang muka melas.

"Ayolah, Hyung. Bantu aku yang nggak punya harapan ini. Kau bisa kan minta dia buat datang lebih cepat?"

"Tapi dia bilang masih ada kerja paruh waktu. Karena kau bilang jam sembilan, dia merasa lega soalnya tokonya tutup 30 menit sebelum janjian."

"Hyung, aku percaya padamu. Kau pasti bisa membuat alasan yang dapat membujuknya. Iya, kan?"

Namjoon menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Konyol sekali. Taehyung adalah pria dewasa. Tetapi, setiap kali pria itu bersikap kekanakan, Namjoon selalu gagal menolaknya.

"Oke, oke. Kau tunggu saja di tempatmu. Aku akan coba menghubunginya."

"Nah, gitu dong. Hehe."

Mengikuti instruksi Namjoon, Taehyung lebih dulu memasuki kamarnya. Tak terhitung telah berapa banyak ia menggunakan ruangan itu. Pertama kali ia ke sana adalah tiga tahun lalu. Taehyung tidak ingat, wanita seperti apa yang ia temui dan menemaninya pada saat itu. Yang jelas, terdapat satu aturan ketika Taehyung menghabiskan waktunya bersama mereka. Tidak ada hubungan seks. Aneh? Mungkin. Bagi Taehyung, cukup melakukan sentuhan fisik tanpa perlu penetrasi adalah cara bermain yang aman. Lagi pula, sejujurnya pria itu merasa mual bila harus melakukannya dengan wanita yang tidak dikenal.

"Tidak kusangka, aku akan ke sini lagi dengan wanita baru. Kalau Ayah tahu, kira-kira bagaimana responsnya, ya?"

Taehyung melepas kaosnya. Menyisakan celana panjang dan bagian tubuh atas yang terbuka. Ia merebahkan dirinya di atas kasur. Menggunakan kedua lengannya untuk menyangga kepala sementara pikirannya mengelana di udara.

Sudah bertahun-tahun Taehyung menjalani kebiasaannya. Dengan sisa uang yang ia miliki, ia nekad menyewa satu wanita. Hanya gara-gara Sohyun. Padahal, ia bisa menahan hasratnya lebih lama. Benar-benar sisi dirinya yang ceroboh.

"Kenapa aku melakukan ini?"

Taehyung yang pada dasarnya labil, mendadak berniat untuk membatalkan rencananya hari ini. Bukan bermaksud ingin merubah diri menjadi lebih baik, ia hanya tidak terima saja kalau ia terpaksa melakukan aktivitas ini gara-gara dipicu oleh Kim Sohyun!

"Ah, benar-benar deh! Ngapain juga aku harus peduli? Kalau dia aku jadikan pelampiasan hasrat, memangnya kenapa? Toh, sejak awal dia yang melarangku mendekati wanita. Jadi dia yang harus tanggung jawab, kan?"

Taehyung bangkit dan hendak mengenakan kembali kaosnya. Namun, pintu kamar itu mendadak terbuka. Wanita yang Namjoon panggil telah tiba.

***

Beberapa jam sebelumnya di kantor El-Roux.

Sohyun gagal mempertahankan gengsinya untuk menghubungi Taehyung. Pria itu sudah menguras tempramennya! Pelatih yang ia panggil hari ini mengatakan bahwa Taehyung tidak hadir kursus. Awalnya Sohyun pikir pria itu memang telat atau sengaja telat. Tetapi, sampai waktu kursusnya berakhir batang hidung Taehyung tetap tidak kelihatan.

"Ke mana sih dia? Ponselnya tidak aktif!"

"Eonni, aku baru saja menghubungi manajernya. Katanya, tadi siang mereka sempat tiba di sini. Tetapi Taehyung bilang, Eonni ada rapat penting. Jadinya mereka kembali ke kantor agensi."

"Rapat penting? Rapat penting apanya?! Omong kosong! Terus, ke mana pria itu sekarang?"

"I—itu ... manajernya bilang, Taehyung kabur dan sekarang juga lagi dicari-cari."

"Aduh, cowok itu bisanya nyusahin doang! Kan sia-sia kita mengeluarkan uang buat kursusnya kalau dia tidak datang!"

Darah Sohyun mendidih. Baru kali ini ia marah melampaui batas. Hyanggi sampai terkejut menyaksikan Sohyun yang memasang muka garang dengan alis yang menukik tajam.

Sungguh tidak ada kabar. Tak tahu berapa kali Sohyun telah mencoba menghubungi modelnya, tetapi tidak diangkat. Rasanya, wanita itu ingin menjambak rambut Taehyung, meremas wajahnya, menampar pipinya berkali-kali sampai puas! Bisa-bisanya membuat wanita itu marah!

Apa sih yang dia pikirkan di otaknya?! Kalau dari awal cuma mau senang-senang, lebih baik nggak usah tanda tangan kontrak denganku! Shit!

"Arghh!! Kesal!!" Muka Sohyun memerah. Pembuluh darah di wajah dan lehernya tampak menonjol seakan ingin pecah.

Tenang, ayo berpikir. Ke mana kira-kira pria itu kabur?

"Jangan-jangan...."

Seojun, manajer pria itu sering mengatakan kalau Taehyung memang suka kabur-kaburan. Sebagai contoh, peristiwa ketika di Paris. Pria itu melarikan diri dan karena tidak tahu arah, ia tersesat sampai ke Kota Rouen. Sohyun tidak tahu secara pasti, namun rumor mengatakan kalau setiap kali kabur, pria itu pasti menemui wanita baru untuk diajak berkencan. Sohyun pun menyadarinya sendiri ketika memergoki Taehyung yang membawa Harumi ke hotel ketika mereka berada di Tokyo. Jika tebakan Sohyun benar, maka sekarang ini Taehyung juga pasti sedang menemui seorang wanita secara diam-diam.

Mengulik informasi dari Seojun, meskipun tak begitu yakin, Sohyun pun memutuskan pergi ke suatu tempat yang tak lain adalah RKive club, club milik Namjoon. Katanya, dulu Seojun pernah diminta untuk menjemput Taehyung ketika Taehyung mabuk berat di sana. Tetapi, sekali mendengar nama Namjoon, Sohyun mulai menduga bahwa pria itu memang ada di sana. Namjoon adalah nama pria yang pernah Taehyung sebut di Tokyo. Teman yang meminta untuk dikirimi sebuah paket DVD porno.


Ya, pasti di sana! Berdoalah kau tidak bertemu denganku hari ini, Kim Taehyung!

Ini bukan pertama kalinya Sohyun masuk ke dalam club. Jangan lupa, kehidupan malam di London maupun Paris tidak jauh berbeda dengan Seoul. Apalagi, Sohyun sudah sering diminta mengantar–jemput Vernon kalau pria itu terlalu lelah atau mabuk untuk menyetir sendiri. Sohyun juga tahu, pengetahuan dasar bahwa di setiap club pasti memiliki ruang rahasia. Dan itulah tujuannya sekarang. Mencari ruangan yang kira-kira ada Taehyung di dalamnya! Ya bodoh saja kalau ternyata Taehyung mesra-mesraan di tengah-tengah orang banyak seperti ini. Jangan lupa, dia itu model yang sedang naik daun. Wajahnya dapat dikenali di mana-mana, terlebih di sepenjuru Seoul.

"Hei, antarkan aku ke kamar VIP yang paling privat di sini," titah Sohyun pada seorang pelayan perempuan yang kebetulan berpapasan sambil membawa minuman.

"Sebelah sana, Nona. Kamar yang paling ujung. Itu kamar paling privat milik club kami."

Sohyun menyeringai selagi memberi uang tutup mulut pada pelayan tersebut. Berjalan dengan penuh percaya diri— setelah mendapat password—Sohyun langsung membuka pintu kamar itu. Dan benar saja, Taehyung ada di dalam dan entah mengapa tampak sibuk hendak mengenakan kaos yang sebelumnya ia lepas.

"Ha! Mau ke mana kau? Kim Taehyung?!" Sohyun yang kelewat emosi, melompat ke arah Taehyung dan menindih pria itu di atas kasur.

"Sialan kau! Di saat penting kau malah menghilang! Aku ngeluarin banyak uang buat bayar kursusmu, kau tidak tahu beliau siapa? Si pelatih profesional itu bahkan lebih berharga daripada nyawamu! Dia banyak bertemu model-model kelas dunia! Kau bodoh! Bodoh malah meninggalkan pelatihanmu! Kau cari mati?!"

"So—sohyun, aku bisa jelas—"

"Diam! Aku belum selesai! Mana ponselmu? Aku meneleponmu ratusan kali dan kau tidak angkat?! Sudah nmerasa jadi orang penting, hah! Kalau aku batalkan kontrak, kau bukan siapa-siapa, camkan itu!"

"Soh—"

"Belum selesai! Dan sudah berapa kali aku peringatkan kau untuk tidak sembrono? Aku minta kau jauhi wanita-wanitamu! Kau mau buat skandal baru? Di saat aku berusaha untuk menaikkan popularitasmu, kau bertindak ceroboh seperti ini? Kau mau menjatuhkan nama baikku dan perusahaanku! Kim Taehyung!! Bodoh sekali kau! Hah ... hah ... hah...."

Sohyun berhenti mengomel. Suara napasnya mendominasi. Dadanya naik–turun tidak teratur. Ah, lega. Akhirnya wanita itu bisa melampiaskan beban pikirannya.

"Duh, berat. Bisa turun dulu?" rintih Taehyung.

Sohyun memukul dada pria itu cukup kencang sebelum turun dari posisi menduduki perutnya. Mereka pun duduk bersebelahan. Taehyung masih belum membuka suara. Pria itu masih sangat kaget ketika tiba-tiba Sohyun datang membuka pintu dan menyerangnya dengan penuh amarah.

Ya ampun, bikin kaget saja. Jantungku mau copot rasanya.

Taehyung melirik Sohyun. Wanita itu enggan menolehkan wajahnya. Mukanya datar dan keningnya berkerut.

"Maaf. Aku yang salah."

"Bagus kalau kau tau, kau salah."

"Tapi kau juga salah!"

"Apa?!" Sohyun langsung mengalihkan wajahnya menghadap Taehyung.

"Iya, kau salah. Kau lebih memilih berduaan dengan pria itu kan, makanya kau tidak menghubungiku sejak awal."

"Wait, Kim Taehyung. Apa yang sedang kau bicarakan?"

"Pria gym itu tadi siang menemuimu. Kalian pasti makan siang bersama."

"Hah?" Sohyun menelengkan kepalanya. "Oh jadi begitu? Sekarang aku mengerti. Yang kau sebut 'rapat penting' itu acara makan siangku dan Dokter Jimin. Betul?"

"A–aku mencoba mendukung hubungan kalian, kau malah marah-marah padaku. Harusnya kau terima kasih, karena aku peka dan meninggalkan kalian berdua saja."

Sohyun mendengus. Rasanya ia ingin ketawa, tetapi di saat yang sama juga ingin mencekik pria bodoh di depannya.

"Kau pikir aku wanita yang bisa mengabaikan tanggung jawabku hanya demi cowok? Taehyung, yang dari pagi aku lakukan di kantor hanyalah bekerja. Bekerja semaksimal mungkin untuk persiapan fashion week-mu. Non stop! Aku bahkan sampai melewatkan makan siangku. Dan tahu, betapa marahnya aku saat tau kau tidak datang kursus dan malah kabur ke tempat seperti ini? I wanna kill you right now!"

"Tunggu, kau nggak makan siang dengan pria itu?"

"Apa aku perlu mengulangnya lagi? Rasa laparku saja langsung hilang begitu tau kau bolos latihan!"

Terus, apa aku salah lihat? Oh, atau jangan-jangan si pria gym itu dicampakkan Sohyun?

"Sekarang, ayo pulang! Mari bicarakan masalah ini di apartemen. Kau juga pikirkanlah cara untuk membuat emosiku hilang. Karena jujur, aku masih kurang puas jika hanya mengomelimu. Aku ingin mencukur seluruh rambutmu sampai kau botak!"

Mengerikan!

"I–iya."

Tepat ketika Taehyung meraih pintu untuk keluar, wajahnya membeku. Memancing rasa penasaran Sohyun.

"Sekarang apa lagi? Cepat buka pintunya!"

"A–anu, Sohyun.... Pintunya tidak bisa dibuka," ucap Taehyung dengan bibir pucat pasi.

Mati aku, dia pasti mengamuk lagi.

***

Tbc

🙃

Di sini ada sedikit klu, ya. Taehyung setiap kali nyewa cewek, dia nggak pernah main seks. Dan dia jelas-jelas nggak mau melakukannya kalau bukan sama wanita yang dia kenal. (Jadi, 50:50 kemungkinan kalau dia masih perjaka wkwkwk)

Terus, kalian nangkep klu yang lain nggak?

Kalo kalian peka, aku udah ngasih petunjuk di bab ketika Taehyung nyewa Harumi di Tokyo. Ada dua persamaan antara Harumi dan cewek yang disiapin sama Namjoon di sini.

Oke sekian dulu, selamat bermalam jumat! Xixixi










Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro