Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 19

Orang boleh mengatakan kalau Kim Taehyung adalah model yang sangat berbakat dan berkualitas tinggi. Caranya berpose di depan kamera, ekspresi wajahnya, postur tubuhnya, bahkan bisa dikatakan ia mampu mempresentasikan setiap style yang ia bawa. Baju apapun terlihat cocok dikenakan Taehyung. Namun sayang, di hari pertama pagelaran busana dimulai, Sohyun baru menyadari satu hal. Katakanlah ia ceroboh. Ia percaya betul kata-kata Elise dan menganggap misi yang diberikan atasannya itu akan terasa sangat mudah.

Bagaimana aku bisa lupa, Taehyung itu model majalah dan iklan. Belum punya pengalaman apapun berjalan di panggung runaway.

Taehyung tampak cemas. Meski pria itu menahannya, Sohyun dapat mengangkap kegugupan Taehyung begitu melihat para model yang melakukan catwalk di atas panggung. Berbeda pada saat rehearsal. Sohyun tak sempat memperhatikan cara Taehyung berjalan. Sekarang tak hanya modelnya, Sohyun pun ikutan panik. Bagaimana kalau fashion show Taehyung tak seperti yang diekspektasikan?

Malamnya, Sohyun memutuskan untuk menemui Taehyung. Tersisa dua hari sebelum giliran brand perusahaannya tampil. Sejujurnya, Sohyun sudah memikirkan hal ini cukup matang. Tetapi, selain latihan selama satu bulan, tidak mungkin model dengan pengalaman minim seperti Taehyung bisa melakukan catwalk dengan sempurna dalam sekali coba. Satu-satunya solusi adalah menyerahkan semua keputusan pada Kim Taehyung.

"Ada apa?"

"Ayo, ngobrol sebentar." Sohyun mengangkat sebotol wine di tangannya. Taehyung mengernyit, namun beberapa detik kemudian mempersilakan Sohyun masuk.

Kebetulan, lagi bosan.

"Tumben kau ke kamarku. Kangen?"

Sohyun menyodorkan botol wine cukup keras mengenai dada Taehyung, sampai-sampai pria itu terdorong ke belakang. Sia-sia Sohyun khawatir padanya, rupanya Taehyung tetap narsis seperti biasa. Benar-benar memuakkan.

Inisiatif, pria itu pun mengambil dua gelas. Ia menyusul Sohyun yang duduk menunggu di sofa. Jujur saja, Taehyung clueless. Seorang Sohyun mencarinya malam-malam, apalagi yang ingin dibicarakan kalau bukan bisnis?

"Soal fashion week lusa nanti...."

Tuhkan, pasti urusan kerjaan.

"Apa ... kau siap?"

Taehyung menyeringai. Ia duduk bersandar di sofa selagi menyilangkan kakinya. Berlagak seperti seorang bos.

"Tentu. Kau jangan cemas, serahkan semuanya padaku!" sombongnya.

Gemas, Sohyun mencubit perut Taehyung hingga pria itu kesakitan. Sudah jelas pria itu gugup, masih saja meninggikan dagu. Apa mukanya setebal itu?

"Jangan bercanda. Aku lihat, tangan dan kakimu gemetaran tadi di lokasi. Wajahmu tiba-tiba pucat. Sepertinya, kau takut kalau fashion week pertamamu akan gagal."

"Eh, mana ada?! Seorang Kim Taehyung, model yang sempurna dan dicintai banyak orang ini melakukan kesalahan? Never ever."

"Kau masih mengelak?"

"Mengelak apanya. Kau saja yang terlalu parno."

Sohyun mendesah frustrasi. Ia memijit kepalanya. Ya Tuhan, susah sekali membuat mulut pria ini berbicara jujur. Apa salahnya sih sedikit terbuka?

"Kalau kau gagal, bukan hanya kariermu yang akan kubuat hancur. Tapi, juga ketenaranmu."

"Ma–maksudnya?"

"Kalau sampai kau gagal, dan menjatuhkan nama baikku, El-Roux akan bertindak. Bisa-bisa kau di-black list di mana-mana. Kau tahu kan, seberapa besar perusahaanku?"

Taehyung menelan ludahnya. Ekspresi mukanya berubah. Ia terlihat sedikit melamun. Buru-buru Sohyun menjentikkan jari dan menyadarkannya.

"Hei! Bukan saatnya melamun. Sekarang aku tanya, kau pernah melakukan catwalk?"

Taehyung tanpa ragu menggelengkan kepala. "Tapi, aku pernah mempelajarinya sewaktu ikut kursus."

"Bagus kalau begitu, setidaknya kau tahu dasarnya. Lalu, bagaimana rencanamu?"

Taehyung menyesap winenya. "Rencana untuk?"

"Untuk panggungmu besok lusa. Kau mau duduk diam tanpa berusaha?"

Pria itu malah mengendikkan bahunya. Sohyun geram pertanyaannya ditanggapi asal-asalan.

"Kim Taehyung, aku tahu kau punya bakat, tapi kalau tidak diasah apa gunanya? Aku bicara begini juga demi kebaikanmu."

"Sekarang, maumu apa? Toh, waktunya mepet."

"Aku dengar, kau bermimpi menjadi model sejak masih remaja. Tapi aku kecewa, usahamu segini saja. Jadi maksudku, setidaknya kau gunakan waktu yang tinggal sehari itu buat latihan. Apa kau pernah dengar, kata-kata 'di tengah setiap kesulitan terletak peluang'."

"Siapa yang mengatakan itu? Kau?"

"Albert Einstein! Kau bodoh, ya?"

"Siapa dia? Ayahmu? Pamanmu? Kakekmu?"

"Kau mabuk?" Sohyun melihat Taehyung setengah teler. Kayaknya salah aku bawain dia wine. Harusnya kupaksa minum kopi atau minuman berenergi!

"Dengar atau tidak, aku hanya akan mengatakannya sekali. Jika kita takut mengambil peluang, kesempatan akan terbuang. Jika kita berani mengambil kesempatan, peluang akan terwujudkan. Sekarang, keputusan ada di tanganmu. Aku tidak tahu bagaimana pendapatmu, tapi menurutku, keajaiban itu ada. Sekecil apapun itu."

Sohyun mengakhiri kalimatnya yang panjang lebar. Meninggalkan Taehyung yang sedang termenung sambil menenggak winenya. Matanya mulai merah dan terlihat mengantuk. Tidak tahu, apakah pria itu mendengarkan ucapan penyemangat dari Sohyun atau tidak.

***

Keesokan harinya adalah hari kedua fashion week digelar. Semua orang sudah siap berangkat ke lokasi, namun hanya ada satu orang yang tampaknya sangat terlambat. Siapa lagi kalau bukan Kim Taehyung? Kemarin dia telat sepuluh menit, sekarang hampir tiga puluh menit.  Sohyun rasanya sudah hilang kesabaran. Ketika akan menghampiri Taehyung ke kamarnya, tiba-tiba saja pria itu sudah muncul di depan wajah. Penampilannya rapi, formal, tidak sesantai hari kemarin.

"Mau ke mana?"

"Menyusulmu, ke mana lagi? Kau membuat kami terlambat 30 menit!"

"Maaf, tadi aku sakit perut. Semalam aku banyak minum."

"Kim Taehyung, ini terakhir kalinya aku mentoleransi sikapmu! Kalau ke depannya kau berbuat hal yang membuatku tidak senang, aku tidak akan segan-segan memutuskan kontrak! Paham?"

"Iya, maaf."

Tumben dia menurut.

"Ya sudah, ayo berangkat!"

Sohyun berjalan cepat mendahului Taehyung. Mood-nya sedikit kacau gara-gara Taehyung, padahal ia ingin memantau semua desain pakaian yang dipamerkan dari awal sampai akhir. Sekarang, musnahlah sebagian besar kesempatannya untuk mencari inspirasi.

Di lokasi fashion week, Sohyun tampak fokus memerhatikan penampilan brand lain. Walaupun, sesekali ia melirik ke arah Taehyung. Memastikan bagaimana reaksi pria itu, apakah sama seperti kemarin? Ternyata di luar dugaan. Kali ini, Taehyung lebih tenang. Ia bahkan tak memalingkan sedikit pun matanya dari atas panggung. Sohyun penasaran, apa yang Taehyung pikirkan?

Setelah acara selesai, Taehyung yang tadinya pamit ke toilet, tiba-tiba saja menghilang. Sohyun sempat khawatir, namun Seojun memberitahunya bahwa Taehyung ada di hotel karena kondisi tubuhnya yang tidak baik.

"Astaga, anak itu! Harusnya kemarin tak kubiarkan dia minum-minum! Bodoh sekali aku!"

"Miss, biar saya yang mengurus Taehyung. Saya pastikan, besok dia sudah membaik."

"Baguslah. Saya percayakan pada Anda, tolong usahakan dia sembuh besok. Saya masih ada urusan dan akan kembali ke hotel nanti malam."

"Baik, Miss."

Sohyun pergi ditemani Hyanggi. Asisten wanita itu bertanya-tanya dalam hati, mereka tak ada pertemuan hari ini. Sohyun bukanlah tipikal wanita yang mudah meninggalkan rumah tanpa kesibukan. Saat keluar, Sohyun biasanya mencari inspirasi, bertemu kolega, ke kantor untuk menyelesaikan sisa pekerjaan, atau melakukan sesuatu yang membuatnya tertarik.

Eh, kalau dipikir-pikir, akhir-akhir ini Eonni juga bersikap aneh. Di Seoul, ia sering keluar apartemen tanpa memberitahuku. Berarti bukan urusan kerja, kan? Siapa yang dia temui?

"Hyanggi, menurutmu aku beli yang ini atau ini?"

Sohyun menunjukkan dua botol minuman. Tanpa sadar, mereka telah berada di sebuah minimarket terdekat.

"Eonni hangover?"

"Ehm, itu ... sebenarnya, sebenarnya aku lagi pingin minum alkohol nanti. Jadi buat jaga-jaga biar besok tidak mabuk."

"Apa Eonni sedikit cemas karena besok giliran kita?"

"Ya! Begitulah, haha...." Sohyun tertawa canggung, membuat Hyanggi curiga.

"Eonni, sebaiknya kau tidak banyak minum. Ini bukan kali pertama kau menghadiri fashion week."

"Eih, ini memang bukan kali pertamaku. Tapi bagi Taehyung, dia masih amatir. Bagaimana kalau besok dia melakukan kesalahan? Aku kan jadi cemas."

"Ah, iya juga. Tapi tenanglah, Eonni. Kita percayakan semua pada pria itu. Aku yakin, dia bisa meng-handle-nya dengan baik."

"Kau bahkan mempercayainya? Kok bisa?"

"Entahlah. Firasatku bagus. Ya, meskipun dia sangat menyebalkan, tetapi kemampuannya itu patut kuacungi jempol."

Seorang Kim Hyanggi yang punya selera sama seperti Sohyun pun mempercayai Taehyung. Apa cuma Sohyun yang terlalu cemas? Selama ini, model yang kerjasama dengannya tidak pernah mengecewakan. Kebanyakan, mereka punya nama di dunia Internasional serta punya banyak pengalaman.

"Aku harap, firasatmu benar-benar nyata."

Di hotel, Sohyun membawa sebungkus plastik berisi minuman juga obat-obatan penghilang mabuk. Ia berbohong pada Hyanggi kalau ia membeli itu untuk dirinya sendiri. Faktanya, ia mengkhawatirkan Kim Taehyung. Entah itu khawatir karena dia sakit, atau khawatir besok peragaan busananya akan gagal.

Begitu menekan bel, yang keluar bukanlah Taehyung melainkan manajernya.

"Miss?"

Sohyun tampak menyembunyikan kantong plastiknya di balik badan. "Di mana Kim Taehyung? Bisa saya bertemu dengannya?"

"Maaf, Miss. Tapi Taehyung sedang istirahat. Dia orangnya mudah terbangun kalau mendengar suara sekecil apapun."

"Begitu ya...."

"Memangnya, ada perlu apa, Miss? Apakah ada sesuatu yang penting?"

"Oh, t—tidak kok. Hm, begini ... aku sempat membeli ini untuk kebutuhanku sendiri. Tapi ... berhubung Taehyung juga sedang tidak enak badan, aku mau memberikan ini padanya."

Seojun memandang kantong plastik yang Sohyun bawa, lalu mengambilnya. Sohyun dapat mendengar jelas apa yang Seojun katakan dalam hati.

"Itu cuma kebetulan saja, kok. Lagi pula, aku tidak mau acara fashion week besok berantakan gara-gara Taehyung sakit. Kalau begitu, tolong ya, berikan itu kalau dia tersadar."

"Ba–baik, Miss."

"Saya permisi, dulu."

Sohyun memasuki kamarnya. Tanpa sepengetahuannya, Seojun tersenyum simpul. Ia dapat melihat betapa merahnya pipi dan telinga Miss Elena. Seolah, Seojun dapat membaca situasi. Sesuatu terjadi di antara kedua pria dan wanita yang ia kenal.

***

Semua kru tampak sibuk di backstage. Sohyun memantau tugas masing-masing rekannya. Segala persiapan sudah oke. Mulai dari pakaian, model, sampai makeup. Untuk kesiapan mental para model pengiring, tidak perlu diragukan lagi. Mereka semua meyakinkan. Hanya satu orang yang sedari tadi namanya Sohyun sebut dalam pikiran. Kim Taehyung.

Pria itu kini sedang dirias oleh makeup artist yang ia bawa dari Seoul. Taehyung tak terlihat gugup sama sekali. Apakah pria ini sekarang menganggap panggung sebagai tempat bermain? Sohyun kesal dibuatnya. Aneh. Entah Taehyung gugup maupun santai, dua-duanya terlihat menyebalkan di mata Sohyun. Sohyun ingin Taehyung menyikapi penampilannya secara serius. Setidaknya, ketika kontrak mereka sedang berjalan karena wanita itu tak mau nama baiknya tercemar akibat memiliki model yang tidak kompeten dan tidak punya manner.

"Taehyung? Kau siap?"

"Menurutmu? Bukankah mau tidak mau aku harus siap?"

Sohyun berdecak. "Apa perutmu sudah enakan?"

Taehyung memejamkan mata karena periasnya sedang memberi sedikit eyeshadow. "Hm. Makasih minuman dan obatnya."

"Baguslah. Kau harus melakukan yang terbaik, ya! Jangan malu-maluin. Ingat, kita dari brand mana."

"Jangan khawatir. Serahkan padaku."

"Nggak tahu kenapa, kok omonganmu malah tambah membuatku cemas."

Selesai dirias, Taehyung berdiri. Rambut pria itu telah tertata necis begitu pula wajahnya yang sudah sangat mempesona. Tinggal merapikan sedikit pakaian yang ia kenakan.

"Sini, aku bantu rapiin."

Sesuai dugaannya, Taehyung sangat cocok dengan pakaian sleeveless. Warna putih juga tampak menyatu dengannya. Ditambah aksesori kacamata dan topi, pria itu pasti memukau banyak mata. Tetapi, visual saja tidak cukup. Apakah Taehyung bisa menampilkan kesempurnaan dirinya di atas runaway dan di hadapan banyak orang?

"Lakukan yang terbaik, Taehyung. Semua orang mempercayaimu, kali ini, aku juga melakukan hal yang sama. Jangan membuatku kecewa."

Taehyung tak membalas kalimatnya, pria itu tersenyum sebelum akhirnya mempersiapkan diri di balik layar. Sekarang adalah saatnya ia memulai langkah baru sebagai seorang model runaway. Tantangannya bukan lagi kamera, tetapi juga para kolektor, tamu undangan, dan desainer-desainer kondang. Mereka adalah para expert yang mampu menilai sejauh mana kemampuannya.

Sohyun duduk di kursinya dengan sangat tegang. Ketika nama brand diiringi namanya disebut, Sohyun menangkupkan kedua telapak tangan merapalkan doa. Matanya memejam, tak sanggup menatap ke atas panggung. Namun, Hyanggi berulangkali mengusik konsentrasinya ketika berdoa.

"Eonni? Eonni? Lihatlah!"

"Apa sih, Hyanggi? Kau tidak lihat aku sedang ber—doa...."

Tanpa sengaja, Sohyun mengerling ke arah panggung. Taehyung bersinar di bawah sorot lampu. Wajahnya yang tampan, serta sorot matanya yang tajam, menjadikan Kim Taehyung sebagai satu-satunya pusat perhatian. Otot lengan pria itu yang menonjol, pakaian yang pas di badan, tubuh yang jangkung serta tegap, manner-nya dalam berjalan dan meliukkan badan, Sohyun terpukau dibuatnya. Meski tak sesempurna model-model yang sebelumnya bekerja sama dengan Sohyun, tetapi Sohyun akui, Taehyung berkembang pesat dalam satu hari. Apakah kalimatnya malam itu mempengaruhi Taehyung?

Tidak mungkin seorang amatir menjadi pro dalam semalam. Sebenarnya, apa yang Taehyung makan? Sejauh mana bakat yang ia miliki?

"Eonni! Benar kan kataku?! Dia itu berbakat! Berbakat sekali! Ya, walaupun ia memiliki sedikit kesalahan, tapi kurasa ia cukup mempesona malam ini!"

Hyanggi benar. Taehyung tak melakukannya dengan baik, namun ia telah melakukan yang terbaik sampai kadar mampu meninggalkan kesan yang mendalam di hadapan para undangan. Kecemasan Sohyun perlahan pudar. Kali ini, ia sangat ingin memuji modelnya. Kim Taehyung yang jenius, Kim Taehyung yang terampil, dan Kim Taehyung yang tampan.

Acara fashion week pun berjalan dengan mulus tanpa hambatan. Meski Taehyung sempat sakit, itu tak membuat fokusnya menghilang. Selesai tampil, mereka pun berkumpul di ruangan tempat mereka tadi bersiap-siap. Mereka bersorak-sorai, merayakan keberhasilannya hari itu. Semua orang tampak bahagia. Kecuali, Taehyung. Sohyun yang menyadari mimik wajah Taehyung yang agak berbeda pun menghampiri pria itu.

"Kau kenapa? Kita semua senang loh hari ini! Kau benar-benar bisa diandalkan!"

"Apa sekarang kau bangga padaku?"

"Tentu saja! Aku tidak perlu meragukanmu lagi! Kalau begini caranya, kita bisa menaklukkan panggung runaway di Paris nanti!"

"Syukurlah," ucap Taehyung lemas.

"Hei, kau sakit? Kau pucat sekali."

Riasan Taehyung yang telah dihapus, semakin membuat pria itu tampak pucat. Taehyung juga cenderung pendiam kala itu. Tak hanya Sohyun, Seojun pun dibuat gelisah menyadari perbedaan ekspresi wajah Taehyung. Sohyun yang curiga, langsung memeriksa dahi pria itu. Dan benar saja, Taehyung terserang demam.

"Kau demam?!"

Dan tak berapa lama kemudian, pria itu pingsan. Semua orang panik. Seojun pun membopong Taehyung dibantu yang lain untuk membawa kembali pria itu ke hotel.

Selama di perjalanan, Sohyun jadi tahu. Apa penyebab pria itu jatuh pingsan dan tampak lemas hari ini.

"Sebenarnya, Taehyung berusaha terus latihan  sampai kurang tidur."

"Apa?! Sejak kapan?"

"Sejak dua malam yang lalu. Saat itu saya tak sengaja memergokinya ketika membawakan makanan."

"Ya ampun, dia selama ini berusaha keras tapi aku selalu meremehkannya."

Sohyun menyesali perbuatannya. Ia pikir, Taehyung cuma model modal tampang. Tanpa banyak berusaha, Taehyung bisa terkenal. Tetapi ia salah. Taehyung tidak main-main dengan mimpinya. Ia rela mengorbankan waktu tidurnya hanya demi tampil maksimal.

Kepala Sohyun tertunduk. Taehyung tak sadarkan diri di sebelahnya. Ia bahkan tak kuasa menatap pria itu sekarang, ia merasa bersalah.

"Kenapa kau melakukannya diam-diam sampai sakit begini?"

"Miss, Taehyung mengatakan kata-kata yang pertama kali saya dengar itu keluar dari bibirnya. Dia bilang, 'jika takut mengambil peluang, kesempatan akan terbuang. Jika berani mengambil kesempatan, peluang akan terwujudkan'. Sesuatu semacam itu. Saya tidak tahu apa dia hanya melantur saja, tetapi saya yakin. Kata-kata itulah yang membangkitkan semangatnya."

Taehyung mendengar ucapan Sohyun malam itu. Itu hal yang pasti. Dan yang wanita itu lakukan beberapa hari ini adalah terus meragukan Taehyung dan memarah-marahinya.

***

Tbc

Taehyung, sleeveless???

Amazing :)

Btw, ini up terakhir 29 Des haha, ya ampun :" maaf ya, terlupakan. Tapi makasih, komen-komen kalian menyadarkanku.

Ga janji bisa double up, tp aku berani jamin, besok pasti ada bab baru. Luv you all!! Good night~ jaga kesehatan yaw!

( ˘ ³˘)♥

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro