Prolog - Sirius & It's Your Death Time
Apakah ada perang tanpa kematian manusia satupun? Meski terdengar mustahil, sebenarnya itu ada. Lelaki yang tak diketahui usia pastinya menyaksikan perang itu menggunakan matanya sendiri. Ia tak tahu tahun kapan (karena sudah terlalu lama hidup di dunia itu), yang pastinya saat teknologi Kekaisaran Northoriale lebih canggih.
Lelaki itu bernama Sirius Shelton, seorang immortal dari Republik Strorhiel. Tujuan Sirius mendatangi medan perang adalah melihat kenyataan dunia saat ini. Sekali ia mengalihkan pandangan dari dunia itu, tempat yang dia tinggali takkan berbentuk lagi. Soalnya, sejak Sirius hidup, dia sudah berdedikasi untuk memberikan tempat tinggal yang nyaman untuk keluarganya.
Perang antara Kekaisaran Northoriale dan Kerajaan Zashos tak pernah berakhir sejak Sirius terlahir. Sirius muda saat itu tak tahu apa-apa sampai dia baru mengetahui kekejaman Kekaisaran yang tersembunyi. Eksperimen manusia mereka yang mengorbankan para anak kecil yang tak bersalah.
Sirius dan adik laki-lakinya termasuk korban eksperimen manusia itu. Hasil yang mereka dapatkan dari eksperimen tersebut adalah kehidupan tanpa akhir atau lebih tepatnya, 'immortal'. Mereka bukan lagi manusia normal. Para korban eksperimen manusia biasanya dijauhkan dari masyarakat dan ditaruh di sebuah sekolah khusus immortal. Bukan kehidupan yang diharapkan Sirius.
Entah tahun kapan itu, Sirius tak menyadari perang telah berakhir. Pihak Kerajaan mengalami kekalahan telak. Tanah mereka diambil Kekaisaran dan sejak itu nama Kerajaan Zashos tak pernah terdengar lagi. Memang benar, pihak Kekaisaran tak ada kematian. Tapi, bagaimana dengan Kerajaan yang menolak bantuan eksperimen manusia dari Kekaisaran?
Tentunya, kematian di Kerajaan dibiarkan saja. Pemandangan yang miris. Sirius sama sekali tidak bisa mengalihkan pandangan dari tempat itu. Ia bisa mendengar suara tangisan anak kecil yang saling bersahutan karena melihat orangtua mereka tidak bergerak lagi.
Di antara para anak kecil itu ada yang menarik perhatian Sirius. Tak jauh dari tempatnya berdiri, terdapat gadis kecil yang memandang jauh dengan tatapan kosong. Ke mana orangtuanya? Dia tampak belum menangis sama sekali. Karena penasaran, Sirius mendatangi gadis kecil itu dan berjongkok di depannya.
"Halo, apa yang kau lakukan di sini? Ini bukan tempat untuk anak kecil sepertimu," tanya Sirius lembut.
Mendadak, gadis kecil itu menunjuk tepat di jantung Sirius. Ia menyentuh daun telinganya seraya berkata, "Immortal. Waktu Kematianmu sudah lama sejak eksperimenmu. Kenapa kamu masih hidup?"
Sirius terkesiap. Bagaimana seorang gadis kecil bisa mengetahui eksperimen manusia itu? Ia bertanya lagi. "Kami -- para immortal memang sudah mati. Dari mana kau tahu tentang itu, nak?"
Jawabannya sangat tak terduga. Dia bukan gadis kecil biasa. Dia sangat abnormal, bahkan membuat Sirius merasa sedikit takut.
"Aku bisa mendengar suara orang-orang mati. Mereka terus-terusan mengusikku tentang eksperimen manusia. Keinginan mereka semua sama, yaitu kehancuran untuk Kekaisaran dan Republik," jawab gadis kecil itu dengan tenang.
Terlintas di dalam pikiran Sirius, apakah ini takdir? Bisa saja gadis kecil di depannya bisa merubah dunia yang sekarang. Namun, Sirius perlu menimbang juga, bagaimana kalau gadis kecil itu sebuah bencana bagi dunia? Apapun pilihannya, Sirius hanya ingin mengadopsi gadis kecil itu sebagai adiknya. Ia sudah lama menginginkan adik perempuan.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro