27 - Irene & The Beginning of Tragedy
Raja Penyihir mati kedua kalinya dengan meninggalkan penyesalan karena belum bertemu anak perempuan tercinta, Anastasia. Irene menyaksikannya sendiri, Ezekiel yang menggunakan tubuh Meiz tampak sangat murka saat Alceste menyelamatkannya sehingga dia membabi buta dengan memperluas bayangan dan menghancurkan Raja Penyihir hingga tak tersisa. Pemandangan yang amat kejam, namun Irene tahu bahwa tak ada yang bisa dilakukannya. Raja Penyihir telah memperingatkannya bahwa Ezekiel bukan tandingannya hanya dengan suara kematian. Kecuali ada satu hal yang bisa dilakukan Irene.
Melindungi anak-anaknya dari Ezekiel, Arnaud dan Anastasia. Arnaud memang sudah tidak tertolong lagi, setidaknya masih ada Anastasia. Begitulah awal rencananya, namun...
Semuanya sudah terlambat. Anastasia telah mematung di ambang pintu dan di sebelahnya terdapat Allen yang syok juga. Kenapa Allen bersama Anastasia? Daripada itu, menyaksikan kematian ayahnya sendiri akan merusak mental Anastasia. Sesaat kemudian, ruangan dipenuhi suara tangisan Anastasia yang histeris. Irene ingin mendatanginya, lalu menenanginya. Namun, bagaimana dengan Ezekiel si iblis posesif? Barangsiapa yang mendekati Irene tanpa perizinannya, nyawa sudah dalam genggamannya. Irene tidak ingin siapa pun mati karenanya.
"Ezekiel, hentikan kekonyolanmu."
Seketika seluruh bayangan tersedot, mayat Alceste tidak berbekas lagi di dunia ini. Allen memberanikan diri dengan melangkah maju hingga tepat di depan Ezekiel. Meski tak pernah bertemu dengan Ezekiel bahkan berbicara padanya, Allen tahu betul sosok di depannya adalah Ezekiel. Irene selalu menunjukkan wajah yang sama setiap kali bersama Ezekiel, maka itu Allen tahu.
Ezekiel mendengus, memandang remeh Allen yang memperlihatkan keseriusannya. "Kekonyolanku? Apa sekarang kau ingin bertindak sebagai kakak yang baik? Justru kaulah yang seharusnya berhenti. Tak hanya kamu, Sirius juga. Apa yang kalian sembunyikan dari Irene selama ini? Bukan, intinya..." Dia berhenti sejenak. "Apa tujuan kalian mengambil Irene dariku?"
Ruangan menjadi hening, tangisan Anastasia juga berhenti. Allen terbungkam, apa itu menandakan Ezekiel benar? Irene juga yakin itu bukan kesalahpahaman Ezekiel, karena ibunya sendiri lah yang mempercayakannya kepada Ezekiel. Lalu, kenapa sekarang Irene bisa berada di keluarga Shelton?
Allen menelan ludah sebelum berbicara kembali. "Sebenarnya, aku juga ingin tahu. Kak Sirius lah yang menyembunyikan tentang tersebut selama ini. Aku tak tahu apa yang terjadi antara Irene denganmu. Tapi, bisakah kau meninggalkan Republik agar masalah ini terselesaikan?"
Ezekiel menggeleng cepat serta mengibas tangan. "Itu mustahil. Kami takkan berakhir dengan membangkitkan Raja Penyihir saja. Bukankah Anastasia pernah bilang padamu bahwa tempat ini akan menjadi medan perang? Konflik antar immortal lah yang kami inginkan. Para manusia pasti ketakutan melihat betapa kuatnya immortal sehingga mereka menyerah dan dunia dikuasai immortal. Sejak awal, itulah tujuanku bekerja sama dengan Arnaud."
Ezekiel melirik ke Anastasia dan mata mereka bedua saling beradu, menyiratkan, "Apa ada yang ingin kau tanya?" Anastasia paham isyarat tersebut dan memasang telepati hanya untuk mereka berdua.
Arnaud... apa itu benar? Jadi selama ini dia memang tidak dimanipulasi olehmu dan kebenciannya terhadap ayah benar?
Ezekiel ikut menggunakan telepati. Anastasia yang malang, kau tidak tahu apa-apa tentang saudaramu sendiri. Kamu telah merebut semua kebahagiaan yang diinginkan Arnaud, namun dia sama sekali tidak membencimu karena kalian memiliki nasib yang sama. Emosi negatifnya terlampiaskan ke pencipta kalian, Raja Penyihir. Apa ini terlalu mengejutkanmu?
Anastasia mengangguk, lalu menundukkan kepala. Dia menyesal berpisah dengan Arnaud di hari itu sehingga tak tahu apa-apa masalah yang dialami Arnaud. Telepati telah dimatikan dan Ezekiel kembali fokus ke depan. Allen sedang menggigit jari, masih pantang menyerah namun sudah tak ada rencana lagi, sedangkan Irene masih memperhatikan Ezekiel dengan takut-takut.
Ezekiel menghela napas, ide bagus baru terpikirkan. "Allen, aku akan meninggalkan Republik jika kau mau mendengarkanku. Bagaimana?"
Tawaran Ezekiel tampak mencurigakan. Allen sedikit ragu meski anggukannya terlihat dipercaya. Senyuman Ezekiel yang dibuat-buat menyiratkan sesuatu yang buruk akan terjadi.
Ezekiel menyentuh pundak Allen. "Dengar deh. Syaratnya gampang kok, tak perlu berpikir sampai dua kali. Jadi..." Matanya menyipit, berkedut saking senangnya. "Bolehkah aku membawa Irene ke dunia kematianku?"
Seluruh mata yang tertuju ke Ezekiel terbelalak tanpa pengecualian. Membawa Irene ke dunia kematian itu berarti Ezekiel harus membunuh Irene dahulu. Allen hendak menolaknya cepat-cepat, namun Anastasia segera memperingatkan, Jangan terkecoh. Cepat lindungi Irene. Sayangnya, peringatan Anastasia terlambat. Ezekiel telah melesat secepat kilat menuju Irene dan mengangkat sabit bayangan tinggi-tinggi.
Irene tidak takut sama sekali menghadapi Ezekiel yang gila. Menemaninya di dunia kematian tidak masalah, soalnya selama ini Ezekiel telah mengawasinya sejak kematian ibu Irene. Irene sangat berhutang budi padanya.
Irene sudah memejamkan mata, namun kenapa sabit tidak kunjung memotong lehernya? Diam-diam, Irene mengintip apa yang terjadi melalui celah mata. Tubuh besar yang tak asing bagi Irene melindunginya, sebagai gantinya bayangan sudah melahap sebagian tubuhnya.
Lelaki tersebut kehilangan keseimbangan sehingga ambruk ke belakang dan Irene menangkapnya, kepalanya terjatuh ke pangkuan Irene. Mustahil, pikir Irene. Dia sudah berkali-kali mengucek mata, dia memang tidak salah lihat. Sirius lah sosok yang melindunginya. Bayangan Ezekiel menelan sebagian jiwanya. Tubuh Sirius bagian bawah kehilangan fungsi. Sirius benar-benar sekarat, tidak sampai semenit nyawanya sudah melayang.
Saking syoknya, Irene tak bisa berkata-kata dan hanya memandang mata Sirius yang mengosong. Karena tak bisa membiarkan adiknya bersedih atas kematiannya, dengan kekuatan yang tersisa di dalam dirinya, Sirius mendorong kepala Irene ke bawah dan dahi mereka saling menempel. Bisikan Sirius yang akan menjadi terakhir kalinya membuat Irene meneteskan air mata.
"Adik perempuanku satu-satunya, waktu bersamamu sangatlah berharga. Maaf jika aku terlalu banyak menyembunyikan sesuatu darimu, tapi memiliki adik perempuan sudah membuatku merasa lebih dari cukup untuk meninggalkan dunia ini. Sampaikan kepada Allen, terima kasih, kalian berdua adik-adik tersayangku."
Rupanya, Allen juga mendengar bisikan terakhirnya. Dia sudah tahu kematian Irene tidak bisa terhindarkan, begitu pun dengan pengorbanan Sirius. Ramalan masa depan Sirius terlalu absolut. Masih ada kemungkinan Irene mati, namun kematian Sirius sama sekali tidak sia-sia baginya.
Tersisa bagian leher hingga kepala yang belum termakan bayangan. Wajah pengorbanan telah tertidur lelap selamanya. Irene masih belum bisa mengikhlaskan kepergiannya yang begitu mendadak. Apakah masih ada akal sehat yang tersisa bagi Irene yang telah menyaksikan banyak hal?
"Allen, apa kau tahu di mana Damian? Cepat katakan," pinta Irene sangat memaksa.
Mustahil Allen tidak tahu tujuan Irene mencari Damian sehingga dia menggeleng. "Jangan bilang kau ingin kak Sirius hidup kembali dengan kutukan Damian. Sudah cukup, biarkan kakak istirahat dengan tenang."
Justru Irene meninggikan suara dengan parau. "Tenang apanya? Dia mati karena bayangan Ezekiel, kakak akan terkurung di dunia gelap itu selamanya..." Meski menahan tangisan, suaranya tidak bisa membohongi siapa pun.
Nyawa Sirius bisa tertolong menggunakan kutukan Damian. Namun, tak ada satu pun yang tahu di mana Damian sekarang. Awalnya, Allen juga ingin Damian menyelamatkan kakaknya yang sekarat bahkan sekali saja bisa meneriaki namanya seolah Damian bisa muncul kapan saja. Namun, kutukan Damian akan membuat diri sendiri menderita dan Allen tidak bisa membiarkannya menggunakan kutukan itu lagi.
Yang hanya bisa mereka lakukan sekarang adalah menemani Sirius sampai malaikat maut menjemputnya. Sementara, Ezekiel sangat menikmati pemandangan tragedi kakak-adik yang menyedihkan dengan bersandar dekat pintu. Tak lama kemudian, pintu di sebelahnya terbuka dan Arnaud muncul. Seringai Ezekiel semakin melebar melihat kedatangan rekannya.
Arnaud memperhatikan Anastasia yang terduduk dengan kepala menunduk. Dia sudah menduga, pasti ini bakal terjadi. Meski ingin menghibur saudaranya sekarang, harga dirinya tidak mengizinkannya. Karena itu, dia hanya mendatangi Anastasia tanpa berjongkok. Arnaud menggunakan telepati yang selalu dinyalakan oleh Anastasia untuknya.
Berhenti menangis, Anna. Kau masih punya aku, tapi maaf, aku tidak bisa menemaniku sekarang. Aku masih punya banyak mimpi yang ingin kuwujudkan, ini demimu juga. Apa kau mengerti?
Tak ada respons dari Anastasia. Kematian sang ayah membuatnya sangat terguncang. Apa boleh buat, Arnaud membungkuk sedikit dan mengusap-usap kepala Anastasia. Di balik kelembutannya terhadap saudaranya, Arnaud sedang berusaha menyampaikan sesuatu kepada Anastasia.
Dia ingin berbicara dengan kalian bertiga menggunakan telepatimu. Setelah ini, kau tak mungkin bisa mendengar suaranya lagi.
Arnaud bersama Ezekiel sudah menghilang dari hadapan mereka bertiga dalam sekejap saat Anastasia mengangkat kepala. Irene dan Sirius saling memandang terheran, apa gerangan Anastasia panik mendadak dan menyalakan telepati.
Ternyata kisah ini belum berakhir. Apakah Damian hidupatau mati? Ke manakah Ezekiel dan Arnaud pergi selanjutnya? Selama kutukanmasih menjadi ancaman dunia, perang takkan pernah berhenti, bahkan sesamaimmortal.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro