Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

26 - Damian & The Cursed Child

Lokasi makam Raja Penyihir tidak jauh dari Kota Athedo, namun tidak dekat juga. Lokasinya juga tidak dapat dipastikan, hanya manusia dengan kutukan saja yang bisa mendeteksi lokasi aslinya. Terkadang, pintu masuk teracak di mana saja, kecuali satu. Gerbang belakang disebutnya. Gerbang tersebut selalu ada di rumah kediaman Olland yang sudah lama terbengkalai begitu saja. Rumornya, para penghuni rumah tersebut terkena kutukan Raja Penyihir yang sempat pernah tersebar.

Sudah lama sekali Damian tahu lokasi masuk dari gerbang belakang. Itu disengaja menyembunyikan informasi tersebut agar memudahinya keluar masuk kapan saja ke dalam sana. Damian juga pernah sekali masuk ke dalam karena penasaran. Ada salah satu ruangan yang menarik perhatian baginya. Ruangan tersebut terdapat tabung yang berisi manusia yang sedang tertidur. Damian curiga mungkin tubuh tersebut milik Raja Penyihir. Itu berarti kabar Raja Penyihir mati itu palsu. Tempat ini memang disebut makam Raja Penyihir, tapi lebih tepatnya tempat istrahat.

Kediaman Olland sangatlah besar. Sayangnya, keindahannya digantikan kesuraman, hampir mirip rumah hantu. Damian memberanikan diri menginjak ke dalam dan segera memasuki kamar dengan nama Gabriela Olland. Gabriela sangat cantik, Damian tahu dari bingkai foto yang masih berdiri kukuh di atas meja. Ternyata Gabriela termasuk salah satu immortal yang pernah dikirim ke kamp kemiliteran milik Badan Pengawasan Immortal. Wajar saja jika kamarnya punya ruang bawah tanah, tempat yang cocok untuk kabur.

Tak tahu kapan makam Raja Penyihir dibangun, namun Damian tahu betul orang yang membangunnya. Lelaki bernama Yvon Arceneaux, latar belakang masih belum diketahui. Damian berspekulasi itu nama asli Ezekiel.

Hanya sekali menghentakkan kaki begitu tiba di ruang bawah tanah, muncul gerbang dari tanah dan gerbangnya terbuka sendiri. Cahaya yang amat menyilaukan menusuk mata Damian sehingga perlu menyipitkan mata. Terlihat siluet manusia di depan gerbang. Siapakah dia? Seringai merekah di wajah Damian. Arnaud Leger sedang menunggu kedatangannya.

"Wah, wah. Ternyata si anak manja ingin menyambutku," sindir Damian sambil berjalan mendekati pintu gerbang. Kini, Damian dan Arnaud saling berhadapan. Raut wajah mereka sangatlah berkebalikan, terutama Arnaud yang memasang wajah masam.

"Kau tetap menyebalkan seperti biasa ya, Damian," timpal Arnaud yang sebelumnya mendecakkan lidah. Dia menenangi diri sendiri dengan menarik napas dalam-dalam kemudian diembuskan. "Aku ke sini hanya untuk membunuhmu, Pahlawan Immortal sialan."

Damian malah mendengus tertawa, tidak percaya. "Bunuh saja jika bisa. Bukannya bermaksud menyombongkan diri sendiri, memang kau bisa mengalahkanku sebelumnya?"

Arnaud terbungkam, mungkin sebentar lagi emosinya tidak bisa terkontrol lagi. Tak mungkin Arnaud tidak pernah iri dengan Damian sejak tujuh tahun yang lalu. Immortal yang sempurna dan immortal tanpap jantung dibanding-bandingkan. Arnaud menerima hujatan lebih banyak. Semenjak itu, Arnaud punya dendam teruntuk Damian dan sangat ingin melenyapkannya sampa sekecil atom tidak tersisa.

Arnaud mengacungkan jari telunjuk terarah ke Damian. "Kau terlalu percaya diri, Damian. Memangnya kutukanmu bisa bertahan selama itu?"

Damian memandangi telapak tangannya. Perkiraan nyawanya tinggal dua. Apa dengan dua bakal cukup? Arnaud bukanlah musuh yang meremehkannya. Terkadang Damian bisa merasakan kematian berada di dekatnya. Kemungkinan malaikat kematian akan memanggilnya sebentar lagi.

Seperti yang dikatakan Arnaud, kutukannya bisa menyebabkan kematian. Tak peduli berapa sisa waktu berada di dunia ini, sekali saja harapannya terkabul. Dunia tanpa kutukan. Dengan begitu, takkan ada lagi yang menderita. Sirius dan Allen bisa hidup tanpa ketakutan, Irene masih punya keluarga di Kerajaan Zashos dan... dia takkan pernah bertemu Anastasia. Homunculus tidak bakal tertulis dalam sejarah.

"Berhentilah bermimpi, Damian. Semua yang kau inginkan dan lakukan hingga sekarang selalu berkontradiksi. Bagaimana bisa dunia tanpa kutukan terwujud jika kau masih mengejar kesempurnaan immortal?" Arnaud menggeleng-geleng, lalu melanjutkan, "Sudah cukup. Di sini aku akan mengakhiri hidupmu agar tak ada satu pun yang tersakiti lagi karenamu."

Damian tentu tidak pernah melupakan semua dosanya, bahkan dosa yang selalu disesalinya adalah mencintai seseorang. Bertemu dengan Anastasia menumbuhkan perasaan yang selama ini terpendam. Namun, Damian tahu suatu hari Anastasia bakal tersakiti karenanya.

Damian ingin mati, namun dunia tanpa kutukan belum terwujud bahkan kutukan semakin berkembang. Awal rencananya sejak hampir tebunuh oleh Irene ingin menghancurkan sumber kutukan bersamanya. Dia pikir Irene lah orang yang paling tepat untuk mengakhiri hidupnya. Namun, Irene tetaplah manusia, begitu pun dengan pola pikirnya. Dari dalam lubuk hatinya, dia mengagumi immortal dan menginginkan kebahagiaan mereka. Mustahil Damian memintanya lagi untuk membunuhnya.

Arnaud berjalan mendekati Damian, kemudian meraih tangan Damian dan diletakkan di atas dada. Tak terasa detak jantungnya. Sebagai immortal jantung, dia membutuhkan jantung Irene untuk memperpanjang masa hidupnya. Satu-satunya kutukan yang tidak bisa dibatalkan oleh Damian adalah kutukan milik Arnaud. Soalnya itu bisa mempengaruhi jiwanya.

Arnaud meremas tangan, bersamaan Damian merasa dada kirinya menyempit. "Kurasa tanpa perlu aku membunuhmu, kematianmu tidak bisa terhindarkan. Coba kau hitung, sudah berapa tahun kau menahannya?"

Tak ada respons dari Damian. Bagian dada kirinya menyempit secepat itu, tak ada waktu untuk menetralisirnya. Kutukannya tak bisa menahan selama itu. Damian berlutut sambil mengerang kesakitan. Keringat dingin bercucuran bersamaan mengeluarkan darah dari mata. Jantung serasa mencelus, bahkan sudah tidak berbentuk lagi. Bayangan menyelimutinya perlahan-lahan. Tentu saja, itu bayangan milik Ezekiel.

Kutukan Damian bukanlah menetralkan maupun membalikkan kutukan lainnya. Bayangan Ezekiel yang pernah berhasil dilenyapkannya, efek jantung Anastasia yang dimanipulasi, semua kutukan yang dikira dinetralkan olehnya justru malah jatuh kepada Damian. Dengan kata lain, kutukannya adalah Cursed Child, anak yang bisa menarik perhatian semua kutukan dan menahannya sendirian di tubuh mungilnya. Mengejar kesempurnaan immortal bukan berarti hanya menginginkan keabadian. Sejak awal Damian tidak bisa terkena kutukan lainnya, maka itu tidak mudah mati dengan serangan kutukan saja.

Damian akan mati saat Cursed Child dikeluarkan setelah melewati batas daya ketahanannya. Dan waktu sekarang lah kematiannya tiba.

Masa lalu dan masa depan yang akan dilewatinya, Damian yakin bukan sebuah ilusi sebelum bermacam-macam kutukan menggerogotinya. Dunia tanpa kutukan, perjuangan immortal melawan dunia yang membenci mereka dan... melihat Anastasia tersenyum tulus kepadanya dalam kondisi manusia.

"Hmph... bermimpi ternyata tidak seburuk itu," gumam Damian lirih.

*****

"Ada apa, Anastasia?" tanya Allen kebingungan saat Anastasia berhenti mendadak.

Saat ini, Allen dan Anastasia berada di makam Raja Penyihir melalui insting Anastasia yang kuat. Makam Raja Penyihir mirip dengan labirin, mudah tersesat dan setiap ruangan tampak sama. Berkat bantuan Anastasia yang bisa merasakan kutukan kuat, mereka hampir sampai di tempat sesungguhnya makam Raja Penyihir.

Anastasia sempat berhenti melangkah dan celingak-celinguk seperti orang yang penuh kekhawatiran. Barusan dia mendengar suara Damian yang hampir sekarat. Anastasia ingin menolongnya, tapi bagaimana caranya?

Menyadari bahwa sedang menginjak makam Raja Penyihir, Anastasia mulai merasa gugup. Kapan dia bertemu ayahnya? Apakah ayahnya masih sama seperti dulu?

Allen pun menepuk pelan pundak Anastasia yang bergemetaran. Dia dipercayakan untuk menjaga Anastasia oleh temannya, tidak mungkin Allen mengabaikannya meski dari lubuk hatinya masih bersedih sekaligus cemas.

Mereka melewati koridor tanpa ujung dengan kesunyian. Terhitung ada sekitar 40 pintu dengan bentuk sama yang telah dilewati bersama. Di pintu ke-41, Anastasia merasakan bahaya dari ruangan tersebut. Kutukan yang terlalu kuat, mereka berdua sama-sama sulit mendekatinya. Tak hanya itu, terdengar suara jeritan lelaki yang kesakitan. Anastasia mustahil tidak mengenal suara seseorang yang disayanginya.

Itu suara ayahnya, Alceste Rousselot dengan kutukan yang mulai menipis. Sebentar lagi, Alceste akan meninggalkan dunia fana ini kedua kalinya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro