Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

24 - Allen & Thanks For Being My Friend

Allen terdiam sesaat, berusaha mencerna kalimat Damian yang sulit dipercaya. Dia meminta Damian untuk mengulang ucapannya tadi.

Tanpa ragu, Damian mengucapkan sekali lagi, "Irene sudah mati dan itu karena salahku. Maaf aku tidak bisa menjadi temanmu yang baik." Senyuman sedih merekah di wajahnya. "Apa kau bisa mempercayainya?"

Allen mengerjapkan mata, memandang Damian lalu Anastasia. Terlalu banyak hal yang mengejutkan untuknya. Republik—bukan, Sirius menyembunyikan fakta bahwa ada organisasi ilegal immortal di Republik, Lunacrest. Menemukan Damian sekaligus targetnya, Anastasia di markas Lunacrest. Terakhir, kematian Irene yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya.

Damian menunggu Allen menanggapinya. Jantungnya berdegup-degup hanya menunggu tanggapan temannya yang sebentar lagi akan membencinya. Dia tidak berharap dimaafkan olehnya semudah itu, hanya saja dia tidak ingin hubungan pertemanan mereka yang telah dipertahankan bertahun-tahun hancur.

Damian, apa kau... baik-baik saja?

Rupanya, Anastasia masih mengkhawatirkannya. Kecemasannya belum memudar di wajahnya sejak memasuki ruang tamu. Agar terlihat baik-baik saja, Damian menyunggingkan senyuman kecil untuknya serta anggukan pelan.

Tiba-tiba Allen menghentakkan meja di depannya, baru memahami keseluruhan ucapan Damian. Dia tahu, itu bohong. Tak mungkin seseorang yang dia anggap pahlawan membunuh adiknya. Pasti Damian berusaha menyembunyikan kenyataan.

"Damian, kita sudah berteman lama. Aku selalu tahu kapan kau berbohong. Katakan padaku, kau tidak sunggu-sungguh membunuhnya kan?" tanya Allen memastikan. Napasnya tertahan sembari menunggu jawaban Damian tak sabaran.

Damian mengangguk tenang, bahkan ekspresinya belum berubah sejak percakapan dimulai. Namun, Allen masih tidak percaya sebelum ada saksi lain yang mengaku. Perempuan di sebelah Damian, Anastasia menunjukkan jawaban lain dengan menggelengkan kepala berkali-kali.

Itu tidak benar, Allen Shelton. Damian hanya ingin menjadi tempat pelampiasan. Aku sudah tak bisa menyelanatkannya dari jalan keputusasaan. Apa kau bisa?

Dugaan Allen benar. Anastasia memang bisu dan pada saat itu dia menggunakan suara cadangan yang akan digunakan di tempat umum. Jika perkataan Anastasia benar, Damian masih belum berubah sejak dulu, pikir Allen. Sang Pahlawan Immortal itu memiliki masa lalu kelam yang pernah diceritakan kepada Allen. Penyesalan di masa lalu yang membuat Damian menjadi orang keras kepala seperti ini.

Allen pun menghela napas. "Baiklah. Meski kamu masih bersikeras bahwa kaulah yang membunuh Irene, aku tetap tidak percaya. Aku akan selalu menjadi teman baikmu. Seharusnya kau bisa lebih jujur padaku. Soalnya itu membuatku sedih."

Ketenangan Damian mulai tergoyahkan. Hanya itu saja yang Allen sampaikan? Dia tahu, Allen selalu mengaguminya. Namun, Damian tak pernah menyangka Allen sangat menaruh kepercayaan padanya. Apakah hubungan pertemanan sepenting itu?

Tak ada yang perlu disembunyikan lagi, karena itu Damian menyerahkan kepada Anastasia untuk menjelaskan situasi sekarang. Allen juga bertukar informasi yang didapatkannya sepanjang hari. Di tengah-tengah Allen sedang berbicara, Anastasia menyela sebentar dengan ekspresi terheran.

Jadi, kau sudah bertemu Emilien Loze? Kenapa dia berada di Republik?

Allen mengangkat bahu. "Entahlah. Saat ini dia sedang menyusup di antara pengikut Arnaud Leger dan berpura-pura menjadi bawahannya. Tampaknya, dia ingin menyelidiki Arnaud Leger."

Tanpa disadari, Anastasia menunjukkan kecemasan yang berlebihan. Apakah salah mempercayai Emilien Loze? Saat ditanya ada apa dengan Emilien Loze, dia hanya menjawab, Orang itu bermulut besar. Dia akan menandaimu dan berhati-hatilah. Aku tidak bisa menjelaskan selengkapnya di situasi ini.

Tentang Emilien Loze memang tidak begitu penting di situasi sekarang, masalahnya adalah jumlah immortal di Republik. Kekaisaran dan Republik sedang dalam masa perdamaian. Kejadian yang sama di Kerajaan Zashos akan terulang lagi di Republik. Perang pecah akibat konflik immortal.

Allen melirik Damian diam-diam. Di situ, Damian melamun dalam diam seolah banyak hal yang harus dipikirkan. Allen menebak, mungkinkah dia masih memikirkan tentang Irene?

Anastasia mengambil alih bicara lagi. Umm... sebelumnya kau bilang Arnaud sudah mengendalikan separuh immortal di kamp kemiliteran dan Death Territory. Apa itu benar?

Allen mengangguk. "Karena itu, kami membutuhkan bantuan dari Lunacrest. Permintaan ini tidak resmi dari Badan Pengawasan Immortal, tapi dari kakakku."

"Sirius... kau bilang?" Damian bergumam tiba-tiba diikuti mendengus tertawa.

Allen merasa sedikit jengkel dengan nada bicara Damian yang seba tahu. "Apa yang ingin kau katakan sebenarnya?"

Damian mengeluarkan helaan napas cukup panjang, memandang Allen seolah meremehkannya. Kalimat yang dilontarnya membuat Allen naik darah selanjutnya.

"Sirius tahu segalanya. Dia tahu bagaimana masa depan Irene berakhir. Kutukannya terlalu absolut, namun Sirius masih pantang menyerah mencari cara lain mengubah masa depan. Jika dia ikut campur masalah Irene..." Sekali lagi, Damian menghela napas lalu memelankan suara. "kematiannya akan sia-sia."

Tanpa bersuara, Allen merogoh pisau bedah di saku celana dan menancapnya ke jantungnya sendiri. Damian mengalami hal yang sama juga. Kali ini, Allen benar-benar tersinggung, bahkan sampai tidak memedulikan diri sendiri.

Damian tahu Allen takkan bertahan lama dengan menusuk jantung diri sendiri. Regenerasinya cukup lambat. Perkiraan dia akan mati jika diteruskan sekitar 15 menit lagi. Hanya dengan sekali sentuhan ke dada yang merobek sendiri, luka menutup sendiri. Begitu pun dengan milik Allen. Kutukan Damian mustahil bisa dilawan dengan connect punya Allen.

"Aku nggak ingin ngajak ribut denganmu, Allen. Di sini aku hanya ingin membuka matamu tentang fakta kakakmu yang sebenarnya. Ini sebagai balas budi untukmu karena telah berteman denganku selama ini." Damian tersenyum pahit dan suaranya terdengar parau yang tertahan. "Kupercayakan Anna padamu, Allen."

Dunia ini penuh kepalsuan. Allen sangat meyakini bahwa ini semua hanya ilusi. Sebentar lagi, waktu kematian Damian bisa dihitung dengan jari.

*****

"Hei, Anastasia. Ini tidak mungkin sungguhan kan?"

Saat terbangun, Allen mendapatkan dirinya di pangkuan Anastasia dan air mata dari atas berjatuhan ke wajahnya. Anastasia berusaha menahan tangisannya, namun tidak bisa. Dia bersedih telah ditinggalkan Damian. Tapi, apakah kejadian sebelumnya memang kenyataan?

Anastasia hanya memberikan jawaban berupa anggukan pelan. Tak ada harapan, Allen mengusap-usap wajah serta mengumpat, "sial." Kenapa dunia tidak berjalan sesuai kemauannya? Dirinya yang ingin diakui masyarakat malah berakhir tidak bisa menyelamatkan siapa pun.

Pernah Sirius menceritakan masa depan yang dia lihat. Nasib buruk akan selalu terjadi kepada keluarga Shelton. Namun, salah satu anggota pasti selamat untuk meneruskan nama keluarga dan yang terpilih adalah Allen. Sejak mengetahui dirinya terpilih, Allen memutuskan untuk melindungi mereka.

Keegoisan Allen menyebabkan kehilangan orang-orang terpentingnya. Ini karma bagi pengguna kutukan connect.

Allen, dengarkan aku. Kau masih punya kesempatan menyelamatkan Damian dan lainnya.

Allen berhenti bergerak sejenak, lalu memandang lurus Anastasia. "Apa kau punya rencana? Tak peduli bagaimana cara kamu melakukannya, aku akan mengikutimu."

Mata Anastasia yang penuh air mata berbinar-binar, teman dari orang yang dicintainya mengandalkannya. Dia segera menghapus air mata dengan punggung tangan.

Makam Raja Penyihir. Kita harus ke sana. Aku yakin Damian berniat membunuh Meiz palsu dan Arnaud. Tak hanya itu, Irene masih hidup di sana.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro