Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

21 - Irene & Pay For Your Betrayal

"Berkhianat dibayar dengan kematian. Kematian siapa pun akan kuterima. Apa kau sudah siap, Irene?"

Kematian siapa pun. Irene tak pernah berniat untuk mengkhianatinya. Dia tak ingin ada kematian yang tak berarti lagi. Dia sudah lelah menghadapi kematian sebanyak itu. Apa ini karma untuknya karena telah melenyapkan Ezekiel?

Meiz duduk di atas podium sambil menyilangkan kaki, sedangkan Arnaud sedang berkeliling, mengambil jantung satu-persatu. Jika mereka tidak cepat beregenerasi, tubuh mereka akan menjadi boneka Arnaud. Irene tak pernah tahu roh siapa yang akan menempati wadah kosong itu.

Irene mempererat pelukannya, berusaha melindungi Anastasia yang sangat ketakutan. Dia menelan ludah, kemudian memberanikan diri untuk bersuara.

"Siapa yang berkhianat, Meiz? Aku bersumpah tidak pernah menceritakan ten—"

Irene baru ingat. Kutukan Luna, mata iblis yang bisa melihat segalanya. Berarti, tanpa dia sadari, ingatannya telah membocorkan semua rahasia yang tak seharusnya. Bodohnya, kenapa dia bisa seceroboh itu? Irene tidak bisa membayangkan hukuman apa yang akan dijatuhkan kepada keluarganya.

Irene mulai panik, apa yang harus dilakukannya untuk melindungi keluarganya? Menukar dengan nyawanya sendiri atau memohon ke Meiz agar terampuni? Pilihan mana pun tidak memberikan keuntungan untuknya.

Tenangkan dirimu, Irene. Apa pun pilihanmu, takkan pernah sia-sia. Berjuang demi keluarga sudah lebih dari cukup.

Suara lembut nan takut Anastasia menenangi hati Irene. Irene menarik napas dalam-dalam, kemudian diembuskan sebanyak tiga kali. Bisakah Irene membunuh Meiz?

Arnaud mendatangi mereka berdua. Hanya mendengar suara langkah khas milik Arnaud, Anastasia semakin menenggelamkan diri di dada Irene, seolah Arnaud merupakan alarm menandakan badai akan datang.

Arnaud tampak jengkel melihat kelakuan saudaranya. Maka itu, dia menarik Anastasia dengan paksaan agar lepas dari Irene. Irene bisa mendengar suara Anastasia yang meminta pertolongan kepadanya.

"Anna, berhentilah bersikap seperti anak kecil. Dia butuh privasi dengan Meiz, tahu," tegur Arnaud keras sambil bersusah payah melepaskan Anastasia dari Irene.

Irene ingin menolongnya, namun apa daya jika melawan Arnaud. Bisa-bisa dia berujung ke kematian. Yang hanya bisa dia lakukan menahan Anastasia meski tarikan Arnaud lebih kuat.

Mendadak, Arnaud membuang napas lelah dan mengangkat tangan, isyarat menyerah. "Apa boleh buat ya..."

Aneh. Irene tidak merasakan detak jantung dari tubuh Anastasia. Suhu tubuhnya menurun drastis. Napas tidak beraturan sehingga kekurangan tenaga di kaki. Lama-kelamaan, berat badannya tak terasa lagi seolah... Anastasia sudah mati.

Irene segera menjauhkan Anastasia dan apa yang dilihatnya sekarang mencengangkan. Kulit berwarna biru, bola mata menjadi warna merah bahkan mengeluarkan darah. Panggilan Irene belum terjawab sama sekali. Keanehan yang paling menarik perhatian Irene adalah bagian dada kirinya berlubang. Arnaud berulah lagi dan Irene sangat marah atas perbuatannya.

Namun, Arnaud malah menggeleng-geleng. "Apa yang membuatmu marah, Irene? Anna itu homunculus. Dia mati pun bisa dihidupkan lagi dengan wadah yang berbeda. Lagi pula, ayah yang menyuruhku mengambil jantung Anna jika dia tidak menurutiku. Karena dia homunculus, aku bisa mengontrol jantungnya. Tenang saja, tidak mungkin aku makan jantung saudaraku sendiri."

Tubuh Anastasia terlalu ringan sehingga Arnaud melemparkan mayatnya. Irene semakin marah dan hampir menyerangnya sebelum Damian yang selesai beregenerasi menangkap tubuh Anastasia.

Irene selalu penasaran dengan kutukan Damian. Dia pernah sekali menetralkan bayangan Ezekiel. Bagaimana cara kerja kutukannya? Sekarang pun terjadi lagi pada Anastasia. Hanya sekali sentuhan Damian, tubuhnya kembali normal. Begitu pun dengan lubang di dada kirinya sudah tertutup. Arnaud yang menyaksikannya tercengang hebat, lalu mendecakkan lidah. Tampaknya dia kesal, merasa kutukannya belum sempurna.

"Beraninya kau membuang saudaramu sendiri, bajingan," murka Damian. Wajahnya tampak tidak enak dipandang jika sudah bersangkutan dengan Anastasia.

Arnaud hanya mengangkat bahu, lalu berpaling ke Irene. "Meiz sudah menunggumu. Pergilah sekarang atau pengkhianatanmu takkan pernah dimaafkan."

Masih ada kesempatan. Irene melirik ke Damian, masih khawatir dengan keadaan Anastasia. Damian memberikan balasan berupa anggukan, dia akan baik-baik saja. Akhirnya, Irene tidak ragu melangkah ke podium, di mana Meiz berada.

Entah kenapa, Irene menghentikan langkah sejenak saat melihat Meiz dari samping. Dia sendiri tidak tahu alasannya. Apalagi posisi duduk Meiz memberikan firasat buruk. Saat hendak melangkah kembali, kakinya membeku di tempat. Dalam sekejap, tubuhnya terbelah menjadi dua dan pandangannya dipenuhi warna merah. Sebelum ajal menjemputnya, Irene melihat Meiz yang berdiri di depan podium sambil melambaikan tangan.

"Yah, kurasa ini sudah cukup membayar pengkhianatanmu. Tenang saja, aku masih membutuhkanmu. Sampai jumpa di dunia yang tak pernah ada," Cara Meiz menyebut namanya terasa familiar bagi Irene. "Irene."

*****

Bertemu Ezekiel di dunia setelah kematian sangat dinanti-nantikan Irene. Melihatnya secara langsung termasuk salah satu harapannya. Namun, harapan tersebut tak pernah diizinkan. Masih banyak dosanya yang belum terbayarkan atas pembunuhan immortal. Irene belum diizinkan mati.

Irene terbangun dengan panik, memperhatikan tubuhnya yang masih utuh, lalu ke sekitarnya. Dia berada di tempat asing. Gelap, pengap dan terlalu bersih seolah itu merupakan tempat suci. Apakah kejadian di markas Lunacrest hanya sebuah mimpi buruk?

Suara langkah terdengar dari lorong sebelah kiri Irene. Irene sangat berwaspada meski rasa takut masih menjalar di seluruh tubuh. Namun, setelah itu tidak terdengar lagi suara langkah. Terlalu hening. Perlahan-lahan, suara orang mati terngiang-ngiang di kepalanya. Jumlahnya tidak seperti biasanya, lebih banyak. Tempat ini juga mengeluarkan emosi negatif dari orang-orang mati. Tempat apa ini sebenarnya?

"Sudah bangun, Irene?" Kepala Arnaud muncul tiba-tiba di tikungan yang merupakan sumber suara langkah sebelumnya. Tampaknya dia ingin mengageti Irene saja.

Namun, Irene takkan mudah terkejut hanya dengan trik murahan itu. "Apa kau bisa melihatku? Daripada itu, ke mana Anastasia dan Damian? Kau tidak melakukan sesuatu pada mereka kan?" tanya Irene memastikan dengan ketus.

Arnaud menggeleng. "Aku tak melakukan hal buruk pada mereka, terutama Anna. Kau tahu, dia tetap kuanggap sebagai saudara." Kemudian, tiba-tiba saja dia menyambar tangan Irene dan menariknya. "Ada yang ingin kutunjukkan. Ikuti aku."

Irene menurutinya dan membiarkan Arnaud menarik tangannya sampai ke tempat tujuan. Dia berharap semoga saja di sana ada Meiz. Ada banyak hal yang inging ditanyakannya. Namun, semua pertanyaannya sudah terjawab oleh Arnaud saat mereka sedang dalam perjalanan.

"Meiz membuat ilusi kematian mengenaskanmu agar mudah membawamu ke sini. Aku masih ingat reaksi Damian Hawley pada saat itu. Baru kali pertama itu aku melihatnya sehisteris itu melihat kematian manusia."

"Apa kamu sudah mengenal Damian sejak lama?" tanya Irene.

Arnaud mengangguk ragu. "Yah, dia immortal yang paling bermasalah di Kekaisaran. Kutukannya juga..." Dia terdiam sejenak. "membuatnya lebih cepat waktu kematiannya."

Arnaud tahu kutukan Damian. Irene ingin bertanya lebih lanjut, namun mereka sudah tiba di tempat tujuan, lebih cepat dari perkiraan. Pintu setinggi 2 meter membatasi hal yang ingin ditunjukkan Arnaud. Ada apa di balik pintu tersebut? Sementara, suara orang mati yang terdengar oleh Irene semakin bertambah. Bukan sesuatu baik di balik pintu itu tentunya.

"Persiapkan dirimu, Irene." Arnaud mendorong pintu hingga terbuka lebar.

Irene mengintip dari balik tubuh Arnaud. Awalnya sangat menyilaukan dan dia tidak bisa melihatnya dengan jelas. Sangat mengejutkan saat melihat manusia di dalam tabung. Lelaki tanpa busana tertidur nyenyak di dalam sana. Irene pernah melihatnya sekali dalam masa peperangan. Lelaki itu pernah mengunjungi Kerajaan Zashos untuk untuk membantu padahal dia berpihak kepada Kekaisaran.

Arnaud membalikkan badan serta berkata, "Ini ayahku, Raja Penyihir. Tempat ini disebut makam Raja Penyihir."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro