Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2 - Irene & His Voice

Irene memojokkan diri di sudut ruangan di mana terdapat Damian dan Allen juga yang sedang belajar bersama. Damian merasa khawatir, namun takut mendekatinya. Kakak dan adik sama saja jika sudah marah.

"Allen, apa adikmu tak apa kau biarkan? Setidaknya minta maaflah padanya," bisik Damian.

"Itu tidak perlu, Damian. Dia hanya berpura-pura saja. Mungkin sekarang dia sedang bicara sendiri." Allen membalasnya acuh tak acuh sambil melanjutkan mengerjakan tugasnya. Dia tidak mau mengulang kesalahan yang sama dua kali.

Rupanya Irene menguping percakapan mereka dan tampak tersinggung mendengar ucapan kakaknya. Ia menggebrak meja mendadak sehingga Damian dan Allen sangat terkejut.

"Dia ada di sini, tahu. Jika sekali lagi kau membuatnya tersakiti, aku tak segan-segan melenyapkanmu," ancamnya dengan sorotan tajam khasnya.

Ketenangan Allen masih bertahan. Dia hanya mendongak dan berkata, "Itu bukan urusanku. Roh maupun hantu, aku tidak takut. Lagipula…" Allen mendelik seolah kemenangan sudah tergenggam di kepalan tangannya. "Bukannya kamu disuruh kakak membelanjakan makanan yang sudah habis di kulkas? Kenapa kamu malah ada di sekolahku tadi?"

Irene pun terbungkam dan menahan semua cacian yang ingin dilontarkannya di dalam mulutnya dengan menggigit bibir. Apakah mereka berdua selalu tidak akur? Siapa pun yang melihat pertengkaran mereka takkan pernah tahu itu salah siapa.

Irene mengembuskan napas. Dia pun mengalah dan keluar dari ruangan tersebut. Sebelum menutup pintu, dia mengatakan hal aneh bagi Damian. "Dia menyuruhku pergi dari sini untuk mencari suasana baru. Berterima kasihlah padanya karena telah memaafkanmu kali ini. Selanjutnya, tak ada yang tahu apa yang terjadi padamu."

Suasana di ruangan itu menjadi lengang tanpa Irene. Damian yang menonton perdebatan mereka dari awal akhirnya bisa menurunkan bahu saking tegangnya suasana di dalam ruangan itu. Entah kenapa, Allen masih tenang meski diancam adiknya yang sangat aneh itu.

Irene berulang kali mengucapkan 'dia'. Apakah 'dia' tidak bisa dilihat oleh Damian? Damian jadi teringat kembali kejadian tadi sore. Tubuhnya terpotong secara tiba-tiba, padahal Irene sama sekali tidak bergerak dari tempatnya berdiri. Dia juga bilang sesuatu seperti ada banyak orang yang mengelilingi Damian.

"Allen, adikmu nggak punya penyakit jiwa kan?" tanya Damian, menyudahi tugasnya yang belum terselesaikan.

"Nggak. Menceritakan tentangnya membutuhkan banyak waktu. Intinya, dia tidak normal." Allen meletakkan pulpennya karena tugasnya sudah selesai, kemudian meregangkan badan.

"Tidak normal? Kejamnya, mengatakan itu pada adiknya sendiri," sindir Damian seraya terkekeh.

"Tenang saja, dia bukan adik kandungku. Kakakku yang mengadopsinya. Katanya, dia menemukannya di reruntuhan Kerajaan Zashos."

Akhirnya Damian tahu alasan mengapa Irene memiliki warna rambut yang langka. Rambut berwarna pirang hanya dimiliki penduduk Kerajaan Zashos yang kini punah. Damian  bertanya lagi.

"Lalu, kenapa kakakmu memungutnya?" tanya Damian lagi. Namun, reaksi Allen sangat tidak terduga. Ia kehilangan ketenangannya kedua kalinya dalam satu hari.

"Karena dia punya kekuatan aneh," jawab Allen sambil memasang wajah yang serius. Ia mulai menceritakannya setelah mereka membereskan meja dan kemudian, bersantai-santai di depan TV.

Irene bisa mendengar suara orang mati, kata Allen. Orang-orang mati itu sangat mencintai Irene karena hanya dia satu-satunya yang bisa mendengar mereka. Irene yang telah ditinggal mati oleh orangtuanya di perang takkan pernah kesepian dengan adanya mereka. Dia membalas kasih sayang mereka semua dengan mengabulkan permintaan mereka yang belum terselesaikan saat masih hidup. Karena kebanyakan dari mereka adalah korban perang, permintaan mereka sama, yaitu memusnahkan immortal dari Republik Strorhiel yang menolak untuk menyokong Kerajaan.

"Oh, pantas saja dia mau membunuhku tadi. Kamu dan kakakmu tidak mungkin dibunuh olehnya karena kalian sudah menyediakan rumah untuknya. Tapi, bagaimana caranya dia mengabulkan permintaan mereka? Immortal kan tidak bisa terbunuh begitu saja."

Allen menggelengkan kepala. "Dia mengontrak salah satu dari orang mati itu yang bisa membunuh immortal. Irene selalu memanggilnya 'Ezekiel'. Mereka saling mencintai meski aku tahu itu nggak masuk akal." Kemudian, dia teringat sesuatu. "Oh, Ezekiel adalah orang yang dibicarakan Irene tadi."

Damian mulai memahami sedikit tentang Irene. Irene bisa mendengar suara orang mati. Kebenciannya terhadap immortal dipengaruhi oleh bisikan para korban perang. Satu lagi, kekuatan bayangan itu berasal dari Ezekiel, suara yang dicintainya. Jika disimpulkan, semuanya menjadi tidak masuk akal. Irene memang tidak normal.

Dan perlu diingat, Irene hanya bisa mendengar suara orang mati, bukan melihat sosok mereka.

*****

Matahari sudah terbenam dan kini langit berwarna gelap, namun Irene masih belum pulang ke rumah. Rencananya, dia mau pulang setelah berbelanja di minimarket terdekat. Lalu, dia teringat wajah Allen yang membuatnya kesal sehingga Irene menundanya dan berjalan-jalan di sekitar kompleksnya.

Sebenarnya, ada alasan lainnya juga. Dia mendengar suara orang mati memanggilnya untuk pergi ke kota. Dia adalah Chloe. Irene bisa merasakan hasrat kebencian orang yang memanggilnya saat menyebut nama seseorang, Mike. Karena kemungkinan akan terjadi pertumpahan darah, Irene pergi ke tempat tujuan di tengah malam nanti.

Wah, mau ke kota ya. Apa kau mau berkencan denganku sekarang?

Irene tersenyum kecil. Suara yang dicintainya muncul lagi. Ezekiel.

"Bodoh. Apa kau tidak bisa mendengarnya? Chloe menyuruhku ke kota. Kau juga harus ikut denganku karena aku membutuhkan kekuatanmu di sana."

Kau nggak seru, Irene. Kapan kita bisa berkencan? Meski aku nggak berwujud, aku juga butuh hiburan, tahu.

Irene telah memasuki stasiun. Karena hari sudah malam, stasiun dipenuhi orang-orang pulang kerja. Saking ramainya, Irene kesulitan mendengar suara Chloe maupun Ezekiel. Begitu masuk kereta, Irene bersandar di pintu masuk, menahan kesesakan di dalam kereta tersebut.

Kota tujuannya adalah Kota Hielm, kota yang dipenuhi narkoba dan pelacur. Irene merasa wajar Chloe membenci seseorang di kota tersebut. Chloe menunjukkannya sebuah tempat bernama Erley Bar. Dia bilang, Mike bekerja di sana dan kemungkinan sekarang Mike sedang istirahat.

Saat hendak masuk ke dalam bar, terdapat dinding bayangan tepat di depan Irene. Siapa lagi jika bukan Ezekiel yang bisa membuat apa saja dengan bayangan.

"Kenapa, Ezekiel?" tanya Irene.

Jangan sembarangan masuk. Ini bar untuk klub host. Aku nggak ingin melihatmu bersama laki-laki lain, jadi biarkan aku saja yang menanganinya.

"Sendirian? Nggak, ini tugasku. Lagipula, apa kau bisa melakukannya tanpa perantara?" Irene berusaha melewati dinding tersebut dengan mendorongnya berkali-kali.

Suara Ezekiel terdengar kecewa.

Kamu nggak percaya aku, Irene? Tenang saja, ada Chloe. Dia tahu kemampuan lelaki itu. Tuh, lihat, Chloe nggak mau juga dirimu masuk ke sana. Katanya, Mike adalah buaya darat. Dia ingin melindungimu sebagai balasan telah membawanya ke sini.

Jika Chloe bilang begitu, Irene tak bisa berkutik lagi. Chloe satu-satunya teman perempuan yang dia miliki. Irene pun menghela napas panjang dan melangkah mundur. Sesaat, dia bisa merasakan kehangatan sebuah pelukan. Siapakah itu? Chloe atau Ezekiel?

Saat Irene mengira mereka berdua sudah masuk ke dalam, tiba-tiba terdengar suara Ezekiel yang memanggil Irene. Irene bisa memperkirakan Ezekiel di sampingnya, sedang menyentuh tangannya.

Irene mendengus tertawa. "Aku takkan pergi ke mana-mana kok. Apa aku perlu menemanimu ke dalam?"

Sudah kubilang, nggak perlu. Kau adalah milikku, Irene. Aku takkan membiarkan siapa pun menyentuhmu. Terutama immortal itu, Damian Hawley.

Kali ini, intonasi suara Ezekiel terdengar berbeda. Dia lebih tampak penuh amarah. Irene bertanya ada apa dengan Damian Hawley, namun dia lebih memilih tutup mulut dan menunggu Ezekiel membicarakannya suatu hari.

"Iya, ya. Cepat pergi sana. Chloe sudah menunggumu dari tadi, tahu," balas Irene seraya mengibaskan tangan, menyuruh Ezekiel untuk menyusul Chloe.

Begitulah keseharian Irene. Bersama Ezekiel sudah seperti bagian dari kehidupannya. Dua orang dari dunia berbeda saling mencintai. Namun, bukanlah Irene yang sangat tergila-gila pada Ezekiel.

Cinta Ezekiel terhadap Irene sangat besar dibanding siapa pun. Terbukti dari Ezekiel selalu membunuh orang-orang yang pernah mendekati Irene. Dengan kata lain, yang membunuh orangtua Irene adalah dia.

Meski sudah tahu kenyataannya, Irene tidak ingin berpisah darinya seolah Ezekiel telah memanipulasinya selama ini. Siapa yang tahu?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro