17 - Irene & They Still My Family
Irene sedang sial di pagi hari itu. Map pemberian Meiz hampir mirip dengan milik Sirius. Dia lupa kalau sepulang dari kafe No Name, mapnya diletakkan di atas meja makan. Dia terlalu lelah menghadapi semua yang tidak berjalan sesuai rencananya. Mencari tahu kebenaran Death Territory membuatnya terlibat dalam ritual tabu, membangkitkan Raja Penyihir.
Di pagi hari yang sangat mendung, tidak seperti biasanya Allen bangun lebih awal dari Irene. Allen hanya ingin memastikan Irene baik-baik saja, kemudian menuju ruang makan, di mana dua map yang sama berada. Dua map tersebut tampak tidak ada bedanya, menurut Allen. Dari segi bentuknya, warnanya, bahkan ketebalannya. Padahal sebelum dia tidur, hanya ada satu map di atas meja. Dia curiga mungkin satunya punya Irene. Masalahnya, dari mana Irene mendapatkannya?
Rasa penasaran terlalu besar untuk dipendamnya. Bagaimana jika satu map itu membuat Irene terlibat sesuatu yang berbahaya? Map di sebelah kanan milik Sirius yang dipinjamkan pada Allen, yaitu informasi identitas diri targetnya, Anastasia. Allen meraih map di sebelah kiri yang memungkinkan milik Irene. Sebelum menarik keluar lembaran tak terhitung itu, Allen menarik napas panjang-panjang. Dalam hatinya, semoga sangkaannya salah.
Sayangnya, dugaan Allen benar-benar tepat. Isinya sangat mirip jika dibandingkan map di sebelah kanan. Bahkan penjelasan detailnya persis sama. Namun, menurut Allen, punya Irene tampak seperti salinan. Kemungkinan besarnya, data aslinya sempat dicuri dan disalin diam-diam. Hanya ada satu orang yang pantas dicurigai. Meiz, sang Informan Republik.
Akhirnya, Allen mengetahui alasan Irene pulang telat kemarin malam. Bisa saja Irene sedang di bawah ancaman Meiz palsu, pikir Allen. Tanpa membuang-buang waktu, dia segera membangunkan Sirius dan memberi tahu tentang isi map punya Irene. Tentu saja, Sirius sangat terkejut sampai tidak bisa berkata-kata. Namun, Sirius berbeda dengan Allen. Sirius terlalu menyayangi Irene sehingga tidak tega memarahinya. Sedangkan, Allen selalu bertindak cepat sebelum terlambat.
"Irene, aku ingin kamu jujur. Apakah map ini punyamu?" tanya Allen sambil mengangkat isi map yang merupakan salinan dari data aslinya.
Begitu Irene terbangun, wajah Sirius sudah terlihat masam. Itu pertama kalinya dia tidak menyapa Irene di pagi hari. Allen juga wajahnya menunjukkan dia sedang dalam suasana hati buruk, seperti waktu seminggu yang lalu saat Irene dan Allen berdebat soal Death Territory. Irene merasa dirinya telah melakukan hal yang buruk.
Irene mengangguk tanpa berani menatap mata Allen yang tampak menakutkan. "I... itu bukan urusanmu. Aku—"
Allen mendobrak meja dengan keras sampai Irene tidak berani melanjutkan kalimatnya. "Bagaimana bisa kamu bilang ini bukan urusanku? Homunculus ini termasuk tersangka insiden Death Territory. Dikira aku tidak pernah mengkhawatirkanmu?" Allen meninggikan suara sehingga napasnya tersengal-sengal.
Amarah Allen tidak seperti biasanya. Irene tak menduga bakal secepat ini rahasianya ketahuan. Dia sudah tahu bagaimana reaksi saudaranya jika ketahuan. Namun, mau bagaimana lagi? Keterlibatannya menciptakan risiko yang bisa membahayakan keluarganya. Mau tak mau, Irene harus tutup mulut dalam situasi apa pun.
Sirius beranjak dari kursi dan segera menenangkan Allen. Irene takut, apakah Sirius akan memarahinya juga? Dia tak pernah melihat Sirius marah, mungkin bakal lebih menakutkan daripada Allen.
Kemudian, Sirius berpaling ke Irene. "Angkat wajahmu, Irene. Aku takkan memarahimu. Hanya saja..." Kalimat selanjutnya membuat Irene sulit menelan ludah. "aku ingin kamu menjawab beberapa pertanyaanku dengan jujur. Tidak keberatan kan?"
Irene segera menggeleng, tidak mungkin dia tidak keberatan. Ketakutannya terhadap Meiz bukan main, apalagi dia belum mengetahui kekuatan si palsu.
Sirius mengernyitkan alis. Sebelumnya, Irene tidak pernah mengatakan 'tidak' padanya. Dia dan Allen pun saling memandang dan saling paham juga apa yang sedang terjadi. Mereka terlambat memperingatkan Irene dan harus menerima risikonya.
"Kamu tidak perlu takut, Irene. Hanya ada aku dan Allen."
Jawaban Irene tetap sama, dia menggeleng semakin dalam. "Itu... nggak bisa. Nyawa kalian dipertaruhkan dan aku nggak ingin melibatkan kalian."
Allen lebih cepat paham. Immortal tidak mudah mati kecuali dibunuh oleh ahlinya. Ezekiel mustahil dan yang tersisa adalah, "Pasti kamu sudah bertemu dengan Arnaud Leger kan?"
Mata Irene melebar. Menyerahlah, tak ada yang perlu disembunyikan lagi. Namun, Irene masih bersikeras berkata 'tidak'. Terlintas di dalam benaknya terdapat bayangan Sirius dan Allen tergeletak di atas tanah tanpa jantung dan di kejauhan terdengar suara tawa gila Arnaud. Irene langsung memeluk diri sendiri, ketakutan itu akan menjadi kenyataan.
Tiba-tiba kepala Irene terjatuh ke dada Sirius. Bahunya berhenti gemetaran seketika, Sirius mengelus-elusnya. Kekuatan kasih sayang sang kakak menyembuhkan ketakutan terbesar sang adik meski hanya sebentar.
"Kau tetap bagian keluarga kami, Irene. Kakakmu siap mendengarkan masalahmu kapan pun. Kau tidak sendirian di dunia ini." Suara lembut Sirius membuat Irene meneteskan air mata, menahan suara tangisan.
Irene mengira setelah kehilangan Ezekiel, dia akan hidup sendirian di dunia ini. Hidup menjadi bagian keluarga Shelton termasuk salah satu kebahagiaannya.
*****
Menjelang siang, Irene masih mengurung diri di dalam kamar. Dia masih mengingat ucapan Allen tadi pagi. Selama ini, Allen mengkhawatirkannya, dia tidak menyadari itu. Irene merasa bersalah atas tindakan seenaknya. Seandainya bisa mengulang waktu, dia ingin menjalani kehidupan sebagai gadis normal dan menghabiskan waktu lebih banyak bersama keluarga. Sayangnya, itu hanya mimpi semata di dunia yang penuh kutukan.
Menceritakan tujuan Arnaud Leger mungkin pilihan yang tepat untuknya. Kebangkitan Raja Penyihir tidak boleh terjadi. Bagaimana reaksi Sirius dan Allen jika mengetahui hal tersebut?
Irene memaksakan diri untuk keluar dari rumah, bukan untuk menemui Meiz. Dia teringat wajah Meiz yang panik saat mengetahui perempuan bernama Anastasia kabur entah ke mana. Itu berarti Anastasia termasuk salah satu orang penting dalam kebangkitan Raja Penyihir. Irene pun memutuskan untuk berpura-pura melaksanakan tugas darurat dari Meiz, padahal dia ingin bicara baik-baik dengan Anastasia.
Irene mencari gadis homunculus hanya di dalam Kota Athedo, waktu tidak menuntut sebelum Allen pulang dari sekolah. Namun, tak ada satu pun yang mengenali gadis homunculus. Dia memang bukan berasal dari Republik, namun ada salah satu saksi mengatakan pernah melihatnya di daerah perumahan Kota Athedo bagian utara. Tak hanya itu, katanya, dia tampak sedang menunggu seseorang. Dia berdiri di samping tiang persimpangan sepanjang hari.
Hari mulai malam. Irene baru bisa mendatangi di perumahan bagian utara disebabkan kereta sempat berhenti beroperasi. Mayat tanpa jantung bertebaran di dalam kereta yang berasal dari Kota Reyle. Irene menduga, kutukan Arnaud semakin membesar. Arnaud memang musuh sejuta umat.
Irene menyempatkan diri beristirahat di di sebuah restoran keluarga. Suasana di sana sangat menyejukkan hatinya. Kehidupan normal manusia yang selalu didambakannya. Keluarga harmonis seolah tak ada tanda-tanda mereka tidak pernah bertengkar. Dulu, keluarga asli Irene tidak seperti itu. Orangtuanya jarang pulang ke rumah, kakak laki-lakinya selalu merundungnya akibat stres karena masalah pribadi. Bahkan bekas luka dari kakak kandungnya masih berbekas hingga sekarang.
Irene hanya tersenyum tipis melihat pemandangan para manusia berkumpul. Namun, senyumannya memudar saat suara seseorang membuyarkan lamunannya.
"Lho, Irene? Kenapa kamu bisa di sini?"
Damian Hawley muncul lagi di depannya sambil memasang wajah terheran. Pertemuan kembali yang tak terduga pada waktu yang tidak tepat. Kebetulan ini sebuah takdir bahkan melebihi itu.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro