12 - Allen & Homunculus Girl
"Kak, apa tidak apa-apa meninggalkan Irene sendirian di rumah?"
Jarak dari Kota Athedo ke Reyle cukup jauh, membutuhkan 9 jam dengan mobil. Allen telah melontarkan pertanyaan yang sama sebanyak tujuh kali. Meninggalkan Irene sendirian bukanlah keputusan yang tepat. Meskipun ada Ezekiel, dia tidak bisa dipercaya.
Sirius menepuk dahi. "Ya ampun, baru saja kita meninggalkan rumah setengah jam yang lalu dan pertanyaanmu masih sama seperti sebelumnya. Kenapa kamu tidak menanyakan soal tugasmu kali ini?"
"Tugas? Pasti aku hanya menjadi pengawalmu kan?" tebak Allen sambil memandang ke luar jendela. Setiap tahunnya, dia selalu mendapatkan tugas dari Badan Pengawasan Immortal untuk mengawal Sirius saat bepergian ke Death Territory. Hanya tahun lalu dan sekarang dia menolak tugas yang menyebalkan itu. Allen memang mengagumi Sirius, namun dia juga ingin mendapatkan tugas yang pantas dan bisa meningkatkan reputasinya sebagai immortal.
"Lihat saja sendiri." Sirius melemparkan map berisi data yang berjudul 'Daftar Subjek Rahasia Kekaisaran Northoriale'. "Perintah tugas ini langsung dariku. Jadi, kau tidak perlu mengawalku seharian."
Allen segera membuka map dan menarik setiap lembaran. Di dalam data itu tak ada yang menarik sama sekali. Yang dimaksud subjek rahasia Kekaisaran adalah makhluk baru yang diciptakan Kekaisaran. Kebanyakan penelitiannya gagal dan menghasilkan makhluk yang cacat. Namun, ada satu subjek yang sangat sempurna, bahkan kecacatan sama sekali tidak terlihat. Rincian subjek melebihi empat lembar. Bisa dibilang, subjek tersebut sangat mirip manusia.
"Kakak, ini..." Allen menunjukkan lembaran yang terdapat foto si subjek beserta identitas lengkapnya. Gadis muda berambut hitam bergaya bob tanpa ekspresi. "kenapa ini yang paling berbeda?"
Sirius menjentikkan jari, menandakan benar. "Tugasmu adalah mencari gadis ini. Dia adalah homunculus tanpa cacat satu pun yang diciptakan Kekaisaran. Namanya Anastasia. Dua hari yang lalu, dia menghilang. Itu sangat wajar." Dia sedikit mencondongkan badan. "Apa kau mau tahu apa yang dilakukan Kekaisaran kepada Anastasia?"
Allen mengangguk pelan. Sirius memelankan suara, takut ada yang mendengar percakapan mereka. Anastasia adalah gadis yang bisu. Kebisuannya membuat pihak Kekaisaran bisa melakukan apa pun padanya, termasuk penyiksaan. Sebelum hari di mana dia menghilang, Kekaisaran ingin memproduksi homunculus secara massal dengan melakukan autopsi kepada Anastasia. Dia pun ketautan dan meminta pertolongan ke kenalannya di Republik. Di kemudian hari, kejadian yang sama di Death Territory terjadi di sana dan Anastasia tak pernah terlihat lagi. Sirius menyimpulkan, kenalan Anastasia di Republik adalah Arnaud.
"Allen, sekali lagi kuberitahu. Tugasmu tidak resmi dari Badan Pengawasan Immortal. Justru mereka memerintahku untuk mengeksekusi langsung Anastasia di tempat. Aku ingin kamu membawanya jauh-jauh dari Republik Strorhiel. Itu saja." Sirius tampak sangat serius. Allen yakin pasti ada alasan di balik Sirius menentang perintah dari Badan Pengawasan Immortal.
"Hmm..." Allen membolak-balik halaman, membanding-bandingkan subjek lainnya. "Kamu yakin 'itu saja'? Sekali saja, kenapa kau tidak ingin menyebutkan alasan tindakanmu terhadap si subjek ini?" Lembaran yang berisi data Anastasia terpisah dari lainnya dan ditunjuk-tunjuk olehnya.
Sirius menutup mulut, mengalihkan pandangan dari Allen. Selalu saja dia begitu, pikir Allen. Dulu, saat Sirius membawa pulang Irene dari medan perang tanpa sepengetahuannya, dia juga tidak mengatakan alasan yang masuk akal. "Aku ingin punya adik perempuan." Tentu saja, itu merupakan salah satu kebohongan Sirius.
*****
Allen berpisah dari Sirius begitu mobil berhenti di luar Kota Reyle. Mereka berbeda tujuan. Sirius bersama rekannya berjalan menuju ke kota untuk memeriksa mayat-mayat yang tergeletak di mana-mana, sedangkan Allen ingin mengitari luar kota. Di luar kota memang tidak ada apa pun kecuali padang rumput liar, namun Allen melihat sesuatu yang menarik perhatiannya saat masih di dalam mobil.
Segerombolan berjubah merah tumbang dengan serempak dan lebih menariknya, salah satu dari mereka masih berdiri tegak, kemudian berlari sangat cepat entah ke mana. Awalnya, Allen ingin mengikuti jejak sosok itu terakhir kali terlihat, namun jika diperhatikan baik-baik, hanya ada jubah merah yang berserakan di atas tanah. Lalu, ke mana orang-orang yang memakai jubah merah barusan?
Mungkin orang berjubah merah yang lolos kabur tahu sesuatu tentang itu. Allen pun memutuskan untuk mengitari luar kota sekali lagi sebelum matahari terbenam. Jika dilihat dari lekuk tubuhnya, orang yang lolos kabur itu merupakan perempuan. Arah si perempuan berlari ternyata jalan buntu, bahkan tak ada celah sekecil apapun yang bisa dimasuki seorang perempuan.
Merasa menyia-nyiakan waktu sekitar satu jam, akhirnya Allen menyerah dan kembali lagi ke mobil. Sirius baru datang bertepatan saat Allen sedang menaiki ke dalam mobil. Raut wajahnya memberikan kesan bahwa ada kabar buruk.
"Ini benar-benar aneh, Allen. Di sini, mayat-mayatnya juga hilang termasuk manusia. Apakah kutukan Arnaud semakin berkembang? Tapi, ini tidak seperti berasal dari kutukan menara Estacia."
Itu bisa menjadi salah satu kemungkinan besar, kutukan Arnaud semakin berkembang. Arnaud termasuk salah satu subjek gagal yang akhirnya dibuang dan menjadi immortal yang paling berbahaya sedunia. Kutukannya, pemakan jantung berhubungan dengan hawa nafsu. Jika menahan nafsumu untuk memakan jantung orang lain, kutukannya lah yang kehilangan kendali sehingga bisa membunuh orang-orang di sekitarnya.
"Jangan bilang, kau ingin menyamakan kasus mayat hilang ini dengan kematian Meiz?" tebak Allen setelah berpikir cukup lama. Semua insiden menjadi terhubung satu sama lain.
Sirius mengangguk. Dimisalkan, darah campuran bisa merasuk mayat Meiz dan masih punya akal sehat sehingga bisa memegang kontrol tubuh. Artinya, immortal mati yang merasuki mayat immortal masih punya kontrol tubuh. Bagaimana dengan manusia yang mati?
Manusia punya banyak sisi dan sifat negatif saat masih hidup. Hanya selalu ada penyesalan dan balas dendam di akhir hayat. Menurut Sirius, karena itulah sangat berbahaya untuk manusia mati merasuki mayat immortal. Akal sehat mereka terkontaminasi penyesalan dan balas dendam. Mereka hanya akan menjadi zombi yang haus darah.
Allen bergumam pelan begitu penjelasan Sirius selesai. "Itu cukup masuk akal. Jika itu memang benar, aku mau pulang sekarang dan memperingatkan Irene ten—"
Perhatian Allen teralihkan ke luar jendela. Meski tampak kecil, sosok berjubah merah bisa terlihat. Akhirnya, Allen menemukannya dan langsung meninggalkan mobil tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada Sirius, mengejar sosok berjubah merah yang kini tampak sedang tidak tereburu-buru.
Mendadak, sosok berjubah merah itu berhenti dan celingak-celinguk, tampak ada sesuatu yang membuatnya gelisah. Hanya sekali lihat, Allen tahu dia bukan orang jahat. Karena itu, dia ingin mencoba membantu masalahnya sekaligus mencari tahu bagaimana segerombolan berjubah merah yang tumbang hanya tersisa jubah merahnya saja. Apakah mereka immortal juga dan telah mati?
Allen mengendap-endap di belakang sosok berjubah merah itu tanpa bersuara. Namun, dia hampir melompat ke belakang saat orang berjubah merah di depannya membalikkan badan dan keterkejutannya tak kalah dari Allen. Pada saat itu, angin berembus sangat kencang sehingga tudung jubahnya tersingkap. Benar saja, dia perempuan dan wajahnya tampak tidak asing di mata Allen. Allen berusaha mengingat-ingat kapan dia pernah melihat wajah perempuan tersebut.
"Kau... immortal kan?" tanya perempuan itu lirih. Allen baru sadar bahunya gemetaran. Wajahnya yang cantik dipenuhi ketakutan yang luar biasa.
Setelah mengamati perempuan itu cukup lama, akhirnya Allen ingat. Wajah dan rambut persis sama seperti di foto subjek yang harus dicarinya. Anastasia. Kebetulan yang hebat. Allen tak perlu capek-capek lagi mencarinya di seluruh penjuru Republik.
Namun, ternyata tak semudah itu mendekati seorang perempuan bernama Anastasia. Immortal adalah sumber ketakutannya, Allen sadar saat Anastasia menepis tangannya yang terulurkan untuk dia. Bahkan, Anastasia menahan air mata dari rasa takutnya serta bergumam, "Aku telah membunuh immortal. Aku tahu itu tindakan yang kejam, karena itu aku tidak memintamu untuk memaafkanku."
Allen tidak begitu paham. Apa Anastasia membunuh immortal bukan karena keinginannya? Rupanya, Anastasia masih ingin menyampaikan sesuatu sebelum meninggalkan Allen sendirian di tengah-tengah padang rumput. Lebih tepatnya, dia ingin menyampaikan sebuah peringatan untuk Allen dan seluruh immortal di Republik.
"Arnaud telah menguasai seribu lebih immortal di muka bumi ini. Kumohon, segera tinggalkan Republik Strorhiel sebelum tempat ini menjadi medan perang."
Sebentar lagi, perang akan pecah di Republik. Anastasia memberikan kesan bahwa perang akan terjadi di antara para immortal. Apakah itu merupakan sebuah kabar baik atau buruk?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro