Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

part 6

Nyonya Choi tersenyum mendengarku mengoceh.
"Tentu saja boleh. aku mengerti maksudmu,dahyun. Nah, ayo ikut aku. Di pojok koridor, kami memajang foto juwi".

***

Aku lalu bangkit dari sofa, mengikuti langkah-langkah kecil nyonya Choi yang membawaku ke sebuah koridor sempit berlantai kayu yang tampaknya menuju ruang keluarga. Di koridor itu, Terpajang beraneka foto, mulai dari foto pernikahan suami istri Choi, hingga dari foto kucing-kucing peliharaan mereka.

Di pojok, dalam bingkai kayu mahoni berpelitur, Terpajang foto seorang gadis usia belasan yang sedang tersenyum. Rambut panjangnya yang pirang kelihatan sekali hasil cat. Sementara, tubuhnya tampak kelebihan bobot beberapa kilogram. Namun, gadis itu memiliki mata coklat madu yang indah serta senyum menawan.

"Ini tzuyu. Choi Tzuyu. Kami biasa memanggilnya Juwi. Dia memang tak secantik dirimu, namun dia anak yang baik hati dan penurut" kenang nyonya Choi
"Semasa hidupnya, dia anak yang ceria dan aktif. Aku serta suamiku tak tega melihatnya tergeletak terus-menerus di ICU seperti itu. Jadi, meskipun sekarang Tzuyu sudah tiada, aku tetap bisa merasakan kehadirannya dalam dirimu. Dia masih tetap hidup selama kau hidup,dahyun".

Mendengar hal itu, otakku langsung terbagi menjadi dua. Satu bagian berusaha menyampaikan kata-kata penghiburan dan bersimpati atas kesedihan Nyonya Choi, satu bagian lainnya mencerna bulat-bulat informasi kalau Tzuyu bukanlah jihyo, gadis yang muncul dalam mimpiku. Jadi, jika semua kegilaan yang menimpaku ini tak berkaitan dengan jantung baruku, apa yang sebenarnya terjadi padaku?

***

Setengah jam kemudian, masih dengan otak bercabang, aku akhirnya pamit dari rumah keluarga Choi di iringi peluk cium nyonya Choi Yoona. Namun, ketika melihat jam, cabang otakku mendadak bertambah satu lagi. Ini masih pukul sembilan pagi. Aku tidak mungkin langsung kembali ke rumah. Bunda akan marah besar jika tahu aku membolos. Aku juga tak ingin kembali ke kampus. Haribini, ada praktik percakapan bahasa Prancis berpartner. Aku enggan memikirkan kalau aku akan menjadi satu-satunya anak dikelas yang tak memiliki partner. Tidak! Lebih baik, aku tetap membolos. Mungkin aku bisa keluyuran di daerah ini sebentar. Bagaimanapun, ini kota yang menarik. Pasti ada tempat dimana aku bisa menghabiskan waktuku.

Aku mengedarkan pandangan sesaat. Akhirnya, mataku tertumbuk pada sebuah cafe mungil diseberang jalan. Kafe itu didesain dengan gaya campuran era Victoria dan modern, serta memiliki bangku dan meja di taman terbuka. Selain konsepnya yang unik, kafe ini juga dilengkapi wi-fi. Pasti menyenangkan menikmati macaron dan secangkir teh lemon sambil mendownload drama Korea.

Berbekal kartu debit dan iPad di tas, aku langsung bergegas menyeberang jalan,bersiap menuju kafe cantik itu. Kota ini sepi sehingga menyebrang jalan bukan merupakan sesuatu yang merepotkan dan berbahaya.

Setidaknya, begitulah pikiranku hingga sebuah mobil Ford merah darah melaju kencang ke arahku. Aku melihat mobil itu meluncur ke arahku dengan kecepatan mematikan. Otakku sudah panik memberikan instruksi agar menghindar.

Lari! lompat! Berguling! Lakukan sesuatu! Tiarap! Selamatkan dirimu! Perintah otakku panik

Namun, tubuhku seakan mengabaikan perintah itu. Tubuhku tetap terpaku ditempat. Sementara, mataku tetap terpancang pada si mobil yang siap menghantam tubuhku dalam sepersekian detik.

Lari, dahyun! Lari...! Perintah otakku lemah.

Tidak bisa. Sudah terlambat.
Kalau begitu, jongkok...! Perintahnya lagi.

Tidak bisa juga. Tubuhku tak mau digerakkan. Satu-satunya yang bisa kulakukan adalah menunggu kematian datang menjemput untuk kedua kalinya.

Namun saat aku siap menanti badan mobil menabrakku, tubuhku dihantam oleh kekuatan yang tak kasat mata. Kekuatan itu mendorongku kencang hingga aku terpelanting ke seberang jalan, tepat depan kafe yang ingin kukunjungi tadi.

Kraaaak....!

Dengan bunyi yang memantulkan itu, aku dapat mendengar tulang kaki kiriku berderak patah saat tubuhku membentur permukaan trotoar. Sementara itu, sekaligus di injak-injak mammoth pada detik yang sama.

"Nona, kau tidak apa-apa?" Seru seorang pelayan kafe diikuti oleh rombongan orang yang berduyun-duyun mengerumuni untuk mengecek kondisiku.

"Hei, Hoon! Panggilkan ambulans!"

Aku mendengar pertanyaan itu dengan jelas, namun aku tak bisa memikirkan jawabannya. Aku masih shock atas apa yang menimpaku. Dibandingkan dengan kematian, luka-luka yang kualami sekarang bukanlah apa-apa. Benar-benar keajaiban aku bisa selamat dua kali dari maut

Jika kau mencoba menyakitinya lagi, maka aku akan membunuhmu!

Suara itu tiba-tiba terdengar dikepalaku yang berdenyut-denyut karena terbentur trotoar. Suara itu kini menjadi sesuatu yang familiar bagiku. Itu suara Angel, siapapun dia.

Hah! Coba saja! aku ingin tahu apa yang bisa dilakukan malaikat yang sudah kehilangan immortality-nya!

Suara-suara itu mendadak lenyap begitu saja dari pikiranku, digantikan oleh teriakan panik seseorang.

"Dahyun...dahyun...! Maaf, tolong permisi sebentar! Gadis itu kenakalanku!"

Aku mendongakkan kepalaku ke kanan untuk melihat siapa yang bicara.






























Yaaah...dahyun nya celaka. Hidup atau mati yaa?














































Terus scroll kebawah😂









































.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.

.
.
.














Nak holkay nih wkwkwk. Dahyun sama para kaka nya 😂 editannya abal-abal, maaf ya baru coba ngedit foto gitu😂




Annyeong 👋

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro