part 3
Aku memang membutuhkan setiap keberuntungan yang mungkin kudapat. Aku bahkan rela sial selama seminggu ke depan agar bisa beruntung hari ini, pikirku sambil mempersiapkan diri masuk ke dalam kelas.
***
Ternyata, kekhawatiranku tidak bisa beradaptasi terbukti berlebihan. Sejauh ini, tidak ada yang terlalu memperhatikan kemunculanku kembali. Waktu satu tahun terbukti cukup bagi setiap orang di kelas ini untuk melupakan Kim Dahyun yang sedari dulu selalu berdiam diri dipojok belakang kelas, sibuk mencatat dan tidak berinteraksi dengan siapa pun. Aku bahkan ragu mereka pernah memperhatikan kalau aku ada.
Lima menit sebelum perkuliahan dimulai, seorang pemuda tampan berambut pirang dan menggunakan kacamata hitam berjalan santai ke arahku. Ia menghempaskan diri di bangku sebelahku.
"Di sini kosong kan?" Tanyanya tanpa basa basi sambil melepaskan kacamata hitamnya.
Wajahnya sepintas mirip Suga BTS. Btw Yaah... walaupun aku sakit, aku bahkan tidak ketinggalan akan informasi tentang para suami haluku itu..hehe.. Matanya berwarna hitam menatapku tajam dan menyelidik.
Aku menjawab pertanyaannya dengan anggukan sambil memperhatikan penampilannya. Dia mengenakan jaket jeans diluar kaus hitamnya. Penampilan khas anak muda trend zaman sekarang. Jika dia memang ada di kelasku dari dulu, aku pasti mengenalnya. Tidak mungkin aku melupakan anak setampan dan semencolok dia.
"Kau anak baru?" Tanyaku ragu-ragu
Dia mengangguk, lalu mengulurkan tangan padaku dengan ramah.
"Hey, i'm Jimin. I moved from London" cerocosnya dengan aksen Inggris yang mantap. Omo!dia memiliki nama yang hampir sama dengan suami haluku itu hahaha.
"Harap maklum jika aku canggung atau berbuat keanehan yang berlawanan dengan adat Korea . Bagaimanapun, aku baru seminggu disini" ucapnya dengan senyum
"Oh, hai" kataku gugup dan tersenyum.
Ini kebiasaan lamaku jika bertemu orang baru. "Aku Kim Dahyun. Kau bisa memanggilku dahyun. Senang berkenalan denganmu."
Ya Tuhan! Apa sih yang kukatakan? Bicaraku terlalu formal sekali, seakan aku baru saja melatih percakapan sebuah pelajaran perkenalan.
"Senang berkenalan denganmu juga. Nah, sekarang beri tahu aku. Dosen apa yang paling galak disini? Bukannya bagaimana, namun aku ingin siap siaga jika dia mengajar. Aku punya kecenderungan mengantuk tingkat tinggi" ucapnya
Aku tersenyum malu-malu sebelum menjawab pertanyaannya. "Hmm Jim, statusku hampir sama denganmu disini. Aku juga semi mahasiswa baru. Jadi maaf, jika aku tidak tahu apa-apa soal kelas ini."
Astaga! Jika tadi aku bicara kelewat formal, kini gaya alien menguasai ku. Apa coba arti pasti semi mahasiswa baru? Jimin pasti menganggapku tolol.
"Semi mahasiswa baru? maksudnya?" Ucapnya
"Aku sakit. jantungku lemah. Jadi selama setahun, aku belajar di rumah dibimbing dengan tutor dari kampus ini. Dan ini adalah hari pertamaku kembali ke kampus"terangku
"Ooh begitu rupanya... Baiklah kalau begitu kita harus saling membantu. Semoga kita bisa menjadi teman baik" ucap Jimin ramah
"Terima kasih, tuhan. Terima kasih karena aku tak harus sendirian di hari pertamaku kuliah. Terima kasih karena kau telah mengirimku malaikat penolong dalam wujud jimin." Ucapku dalam hati
***
Kyosu shindong sedang bad mood. Dia memberi kami ujian dadakan. Aku pulang jam 4. Kalau mau menumpang, tunggu aku di perpustakaan.
Received: Jungkook
Aku membaca pesan itu sambil menggerutu pelan. Kyosu Shindong si penyiksa murid benar-benar memilih waktu yang keliru untuk mengadakan pembantaian. Jika Jungkook ditahan dikelas karena ujian dadakannya, bagaimana caraku pulang sekarang juga? Aku lupa membawa obat. Kini, dadaku mulai terasa berat. Aku tak mungkin sanggup menunggu selama dua jam lagi. Aku memutuskan untuk menelpon Taehyung dan... "Mianhae dahyun,Aku masih sibuk. Kamu pulang naik taksi saja. Mianhae" panggilan pun berakhir dengan Taehyung yang mematikan secara sepihak.
Dan aku berpikir, apakah sebaiknya aku pulang naik taksi saja atau meminta ayah untuk menjemputku. Namun seketika seseorang memanggil namaku.
"Dahyun!"
Aku menoleh kebelakang dan melihat sosok Nayeon yang berlari riang menghampiriku. Dia adalah gadis dengan tinggi menengah dan berwajah manis dengan bentuk bulat telur. Rambutnya yang coklat ikal dipotong sebahu menambah kesan manis diwajahnya. Aku sekelas dengannya di kelas bahasa Inggris dan biologi. Sementara sisanya, aku dengan jimin.
"Hai,nayeon" sapaku. "Jaket yang bagus"
Nayeon tersenyum sumringah mendengar pujianku sambil mengangkat kepala jaket birunya dengan penuh gaya.
"Hadiah kupon undian di mall. Jangan bilang-bilang ya"
Aku tertawa mendengar ucapannya. Nayeon adalah gadis paling ramah yang kukenal. Sikapnya padaku sungguh apa adanya dan tanpa basa-basi, tidak seperti orang-orang lain yang cenderung menjaga jarak denganku. Namun, aku tidak suka matanya. Mata Nayeon yang berwarna kelabu seakan siap menelanku bulat-bulat, bahkan ketika ekspresinya sedang berada di titik paling ramah sekalipun. Sorot mata itu membuatku Takut.
"Kau belum pulang?" Tanyanya
Aku mengangkat bahu. "Belum. Hari ini, aku menumpang dengan senior. Dia sedang menghadapi ujian dadakan Shindong. Sungguh hadiah selamat datang kembali yang manis dari dosen terbaik di kampus ini" duniaku sarkatis
Mata Nayeon kontan melebar. " Oh, wow! Kau pacaran dengan senior?"
Aku memutar bola mataku. "Nayeon, adakah konteks kata menumpang yang terasa ambigu atau tidak jelas untukmu? Aku hanya menumpang mobilnya. Titik. Aku tidak ada hubungan apa-apa dengannya".
Namun, Nayeon tak terhentikan. "Ah, itu kan hari ini. Bisa saja besok kalian sudah jadian. Memangnya siapa orangnya?"
"Seseorang dengan nama D.A Jungkook yang praktis bisa diberi gelar pemuda terdingin dan tertenang di seantero Seoul university ini" jawabku.
Mendengar nama itu, entah aku mengkhayalkan nya atau tidak,mata kelabu Nayeon mendadak tampak berapi-api. Namun ketika aku memastikan ulang, mata kelabu itu kembali normal. Tampak ramah dan ceria, tetapi tetap dengan kesan lapar.
"Oh, si JUNGKOOK yang itu. Anak-anak dikelas utamaku meributkannya terus. Mereka bilang dia tampan, misterius dan sebagainya. Tapi menurutku, dia aneh. Lebih baik kau berhati-hati dengannya. Jadi, jam berapa dia pulang?"
Aku nyaris mengerang mendengar pertanyaan Nayeon. " Jam empat yang berarti, aku harus menunggunya dua jam lagi".
"Pulang bersamaku saja. Aku akan mengantarmu. Kau tinggal di seongdo g-gu kan? Aku kebetulan ada perlu disana"
Aku baru saja akan menyambut tawaran Nayeon, ketika seseorang mencengkeram tanganku. Aku tersentak dan melihat sosok tinggi jangkung Jungkook. Dia menatap Nayeon dengan kebencian yang tak ditutup-tutupi. Nayeon juga melotot balik kearahnya aku baru pertama kali melihat Jungkook kehilangan kendali seperti ini. Dia adalah manusia paling tenang yang aku tahu, bahkan hingga ke selnya.
"Dahyun pulang bersamaku" tegas jungkook. Tandas dan terbantahkan.
"Tapi, katamu tadi kau ada ujian dadakan" sergahku nekat
"Dibatalkan. Shindong sakit perut. Kami dipulangkan. Ayo dahyun. Jangan membantah lagi kau harus segera minum obatmu." Ucap Jungkook dengangan nada otoriter. Tanpa menunggu persetujuanku, dia menggenggam tangan kananku dan praktis menyeret ku sepanjang koridor.
Karena tahu tak akan bisa Menang berdebat dengan Jungkook, aku lalu menoleh ke belakang untuk meminta maaf pada Nayeon. Namun, gadis itu sudah menghilang.
Semangat untuk kalian yang sebentar lagi UAS online, ujian lewat online harus teliti ya karena tidak bisa kalian ganti jawaban nya jika sudah memilih. Tapi baca dulu petunjuk sebelum mengerjakan soal, karena tidak semua soal online bisa kalian pilih berkali-kali jawabannya karena akan otomatis tersimpan. Semangat💪
Annyeong 👋
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro