
Angel_6
"Kita mau ke mana?"tanyaku saat mobil yongi meluncur ke sebuah gedung kosong setengah jadi yang terletak di area pemukiman relatif sepi. Papan bertuliskan FOR SALE besar berwarna merah terpampang di jalan setapak yang mengarah ke gedung,diikuti oleh nomor telepon agen real estate yang bisa dihubungi.
"Jangan banyak tanya!ikuti saja aku dan berusahalah untuk tetap menutup mulut besarmu" perintah yongi sambil mendorong ku keluar dari mobil dengan kasar.
Aku berjalan tersaruk-saruk ke arah gedung tersebut. Yongi mengikutiku di belakang sambil mencengkeram kedua tanganku.
"Hei, apakau tidak takut akan dihukum? Bagaimanapun,tampaknya membunuh manusia tidak dibenarkan dalam aturan malaikat yang mana pun juga" tanyaku, mengabaikan perintah yongi untuk menutup mulut.
Bagaimanapun juga, bisa saja ini merupakan saat-saat terakhirku. Jadi, aku harus memuaskan nafsu bicaraku sebisa mungkin.
"Tidak! Ini konsekuensi yang harus ku tanggung. Aku sudah siap dengan segala resikonya sedari awal" yongi menjawab ala kadarnya.
"Ya sudah. bagaimanapun, itu adalah masalahmu"balasku sekenanya, lalu melanjutkan melangkah ke depan sambil memikirkan beberapa rencana.
Apa yang harus kulakukan? Kabur adalah hal yang mustahil sekarang. Yongi telah menunggu kesempatan untuk membunuhku.dia tak mungkin memberiku peluang kabur saat kesempatan itu disodor lkan dihadapannya. Sama mustahil nya dengan mengharapkan pertolongan. Memangnya siapa yang mau menolongku? Tidak ada!satu-satunya orang yang menghargai keberadaanku adalah angel, namun kini dia sekarat. Memang sudah tidak ada opsi. Kecuali satu.
Meskipun berat, namun hanya itu satu-satunya pilihan yang tersisa sedari awal.
"Yongi"kataku lagi, bersiap menghadapi segala bentuk reaksi yongi begitu mendengar perkataanku. "Mungkin kau beranggapan bahwa angel sudah tidak memperdulikan jihyo. Kumohon jangan marah dulu. Dengarkan perkataanku sampai akhir. Kenyataannya tidak begitu. Angel masih sangat peduli pada jihyo. Lebih dari itu, bahkan angel menyayanginya"
Cengkeraman di pergelangan tanganku terasa semakin kuat sehingga aku harus menahan diri sebisa mungkin untuk tidak meringis.
"Apa maksudmu mengatakan hal seperti itu, hah? Itu adalah kebohongan terbesar abad ini. Angel sama sekali tidak peduli pada jihyo! Dia..." Bentak yongi
Aku menyentakkan tangan kiriku dari cengkeraman yongi. Sakitnya bukan main kalau boleh aku tambahkan. Aku merogoh saku. Sebelum yongi sempat berkomentar, aku sudah mengacungkan sands of time milik angel tepat didepan wajahnya.
"Ini, Yong! Ini adalah bukti kepedulian angel pada jihyo!" Bentakku sengit untuk mematahkan segala bentuk bantahan apapun yang mungkin dilakukan oleh yongi.
"Dia menyuruhku memberikannya pada siapapun yang ingin membunuhku demi menyelamatkan jihyo. Kata Angel,dengan menukarkan sands of time miliknya dengan milik jihyo saat dia mati, maka jihyo dapat memperoleh kehidupannya kembali"
Saat aku susah bicara, ekspresi wajahnya langsung berubah menjadi penuh kemuakan dan kejijikan.
"Kau katakan itu demi jihyo? Kenapa aku merasa kalau itu dilakukan demimu? Bukan untuk menyelamatkan jihyo, melainkan untuk menyelamatkanmu. Prioritas utama angel di sini bukan jihyo, melainkan dirimu! Agar tak ada yang membunuhmu. Agar, kau tetap hidup. Soal keselamatan jihyo hanya merupakan bonus sampingan baginya"
"Tidak! Bukan begitu!" Aku membantah sebisaku, namun gagal menemukan kalimat yang tepat. Kebencian yongi pada angel rupanya begitu sulit ditolerir.
Yongi tidak mau menungguku menyelesaikan perkataanku. Dia merampas sands of timeangel dari tanganku dan menggenggam nya erat erat.
"Benda ini, nyawa Angel. Aku tidak membutuhkannya untuk menyelamatkan jihyo. aku tak mau darah dari sampah itu mengalir ke dalam pembuluh nadi orang yang kucintai"
Yongi membuat gerakan meremas. Secara refleks, aku memutar balik tubuhku untuk menerjangnya.
"Jangan! Jika kau berani menghancurkannya, maka aku akan..."
"Akan apa? Akan apa, dahyun? Membunuhku? Menghabisi ku? Kurasa kau lupa posisi kita disini. Aku pemburu dan kau mangsa. Bukan sebaliknya!"
Setelah itu, tanpa diduga juga yongi menarik kepalan tanganku dan menjatuhkan sands of time angel disana. Benda itu masih tetap seperti semula, mulus dan tak bercacat.
"Simpan saja itu baik-baik. Aku tak mau mengotori tanganku dengan menghancurkannya. Lumayan, bukan?Itu bisa menjadi kenang-kenangan terakhir untuk mengingatkan mu pada angel sebelum kau mati"
Tidak usah menjadi jenius untuk menebak jalan pikiran yongi. Dia akan tetap bertahan pada rencana pertamanya, membunuhku demi menyelamatkan jihyo. Dia terlalu benci pada angel sehingga menolak setiap bantuan ditawarkan angel demi menyelamatkan jihyo. Well..., Kurasa sudah tak ada lagi yang bisa kuperbuat.
Jadi Jimin itu yongi. Hehehe bukan jimin, yaa😂
Cuma mau kasih tau aja. Liat readers banyak, tapi yang vote sedikit itu ada nyes nyes nya looh😆
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro