Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Angel_3

Karena sudah ada yang minta cepet di publish, aku publish deh😀 vomen myeon juseyo😊
.
.
.

"Tadi, kau bilang paling lambat. Bagaimana dengan kemungkinan terburuk?"tanyaku hati-hati. sebagian karena takut ingin dengar jawabannya dan sebagian lagi karena aku tak bener-bener tahu apakah aku memang ingin mengetahuinya atau tidak.

"Hari ini. Mungkin nanti malam"jawab jungkook kaku. "Jujur saja, aku takut.konsep tentang kematian sama sekali tak pernah mampir di benakku. Aku mantan malaikat yang immortal. Sama sekali tak pernah membuang-buang waktu memikirkan hal remeh macam itu. Menarik mungkin. Namun, sama sekali tak relevan bagiku. Tapi sekarang, saat immortality-ku telah dicabut..."jungkook mengangkat bahu.

"Tiba-tiba saja, hal itu mendekatiku. hal yang awalnya tak berlaku untukku, ini akan mendatangiku. Aku tak punya bayangan satu pun. Akan seperti apa jadinya. Sakitkah? Siapa yang akan mencabut nyawaku? akan dibawa ke mana aku? Memikirkannya saja sudah membuatku takut..."

Tidak! Kenapa secepat itu? Kenapa harus hari ini? Sebegitu sedikit kah waktu yang tersisa? Aku menjerit dalam hati

"Memang sedikit. Dan, aku masih punya banyak hal yang harus kucemaskan. Untuk kali ini saja, aku bersedia menukarkan segalanya dengan tambahan satu minggu extra"ujar jungkook. Dia tersenyum padaku, menyiratkan secara tak langsung bawa dia telah menyadap pikiranku.

"Aku cemas akan dirimu. Hingga saat ini, aku tak bisa meyakinkan nayeon dan yongi untuk tidak menyentuh mu. mereka begitu yakin kalau kematian mu adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan jihyo, padahal tidak begitu. Mereka pikir aku sudah benar-benar lepas tangan mengenai jihyo. Padahal, aku sudah memiliki solusi sendiri"

Aku mengernyit memikirkan maksud jungkook. Sementara, yang bersangkutan menggerakkan tangannya ke belakang leher. aku baru saja akan menanyakan apa yang sebenarnya akan dia lakukan, ketika jungkook meraih tanganku dan menjatuhkan suatu di atas telapaknya.

Kalung perak sands of time. Ukiran pasirnya bergemericik ketika menyentuh telapak tanganku.

"Apa-apaan...?"

"Dengar, dahyun"jungkook menatap mataku lebih dan tidak memberiku kesempatan untuk menyela.

"Jika Nayeon, sana dan siapapun juga ingin membunuhmu dengan alasan hendak menyelamatkan jihyo, maka berikan sands of time milikku pada mereka. Jika aku sudah mati, maka seluruh pasirnya akan berbalik ke atas. Menjadi semacam pengejawantahan kehidupan baru. Perintahkan mereka untuk menukar sands of time jihyo dengan milikku. Dan, jihyo akan selamat. Dengan begitu, tak ada yang perlu dikorbankan. Hanya aku seorang. Kuharap dengan begitu sudah cukup untuk menyelamatkan gadis yang kucintai dan gadis yang mencintaiku".

Gadis yang kucintai? Gadis yang dia cintai? Ucapan itu langsung menimbulkan sensasi tersengat listrik ditubuhku. Membuatku tak bisa memikirkan apapun. Membuat otakku berhenti bekerja. Dan,seluruh sistem tubuhku tampaknya berpusat untuk mendebarkan jantungku hingga rasanya mau melompat keluar dari rongganya.

Jungkook kembali tersenyum. "Aku mencintaimu. Konyol memang. Tolol pun iya. Tapi sejak pertama kali aku bertemu denganmu, aku merasa semacam... Hei inilah dia! Sesuatu semacam itu. Seakan aku mencari sedemikian lama tanpa tahu apa yang kucari. Begitu bertemu dirimu, aku merasa kalau pencarian itu sudah berakhir. Aku tidak menginginkan jawabanmu,dahyun. Sudah tak ada gunanya. Bagaimanapun, aku akan segera mati. Aku hanya ingin membeberkan semuanya agar kau tahu bahwa di bumi ini,ada seorang pemuda tampan bekas malaikat yang mencintaimu dengan tulus"jungkook separuh bergurau ketika mengatakannya.

Namun di luar itu, aku tahu dia jujur. Tak ada manipulasi mental apapun di sini. Jungkook memang mencintaiku. Tulus dan tanpa syarat. Aneh memang, tapi benar-benar tulus. Jenis cinta altruistis yang nyaris absolut.

"Kau benar-benar tak menginginkan jawaban?"aku bertanya

Jungkook menggeleng. "Tidak. Jawaban apapun yang kuterima hanya akan menyakitiku. Aku sedang dalam fase pengecut sekarang ini,berusaha menghindari segala macam bentuk kesakitan mental apapun sebelum aku mati. Jika kau menjawab tidak, well...Penolakan semacam itu tak mungkin tertanggungkan olehku. Sementara, berkat keajaiban tuhan atau karena kepalamu terbentur atau apa, jika kau menjawab iya, itu bahkan lebih menyakitkan lagi.aku takkan pernah berhenti meratapi betapa sedikit waktu yang tersisa untuk bisa bersamamu.itu hanya akan membuat penyesalanku semakin mutlak dan tak terhindarkan".

Sebenarnya, aku sudah memiliki jawabannya. Namun, aku takkan mengatakannya atau lebih sekedar memikirkannya. Jungkook tidak pantas disakiti lebih jauh dari ini.

"Oke. Jadi, kau tak menginginkan jawaban? Apakah ada sesuatu yang kau inginkan dariku?"

"Aku tidak akan menolak sebuah pelukan perpisahan" jungkook nyengir ketika mengatakannya. Lagi-lagi dia separuh bercanda.

Namun sebelum dia sempat mengatakan apapun, aku sudah melingkar kan tanganku di perutnya dan memeluknya. Saat itulah, aku merasakannya. Bahwa,kehadiran jungkook dalam hidupku memberi efek lebih daripada yang kubayangkan. Memeluknya seperti ini, mengetahui kalau dia mencintaiku. Rasanya seperti memperoleh separuh alam semesta. Tapi, tidak tepat seperti itu juga. Lebih menyerupai pemberian obat penahan sakit di saat aku berdarah-darah. seperti memperoleh sesuatu yang teramat sangat membutuhkan tanpa aku menyadarinya.

Tunggu... Kurasa ku memiliki penggambaran lain.Rasanya benar-benar menjadi seperti gadis menemukan pintu masuk ke negeri dongeng,fairytale, atau sesuatu semacam itu. Tempat dimana keajaiban bukanlah sesuatu yang mustahil, tempat dimana impian tak pernah berakhir,dan tempat dimana bahagia untuk selamanya terjadi setiap hari. Yeah, kurasa itulah penggambaran yang tepat.sempurna adalah satu-satunya kata yang sanggup menggambarkan bagaimana perasaanku.

Puluhan gambaran dan deskripsi yang berbeda,namun semuanya sama-sama berbunga-bunga mengambil tempat di benakku dalam waktu bersamaan. aku sampai memerlukan upaya ekstra untuk menghentikan banjir imajinasi itu agar tidak melukai jungkook lebih jauh lagi.

"Terima kasih" jungkook berujar di pundakku, lalu tidak mengatakan apa-apa lagi. Pelukannya terlepas. Tangannya kini terkulai di sebelah tubuhku.

"Jungkook, kau baik-baik saja?"
Tidak ada jawaban.

Aku menyentakkan tubuh lemah jungkook ke depan. Wajahnya sudah sepucat mayat,bahkan lebih pucat lagi disertai dengan rona ke biruan yang tidak sehat. Matanya terpejam erat. Ekspresinya hampa.
Tidak!

Jangan bercanda! Aku tidak mau.
Tidak... Tidak... Tidak... Tidak... Tidak...!
Tidak mungkin secepat ini. Pasti masih ada harapan.

aku nyaris bisa dikatakan bergulat dengan diriku sendiri untuk menekan segala macam pikiran buruk. Pikiran-pikiran itu mencoba mengambil alih kepalaku dan membuka gerbang air mata yang sedari tadi kutahan. aku berusaha mengabaikan dan menekan nya ke alam bawah sadar sebisa mungkin. Ini belum final. Akhir itu bukan sekarang. Tidak!







Ah iya, Foto di mulmet editan dari Dianty_Rose terima kasih 😍

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro